3 - Danger

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Np : Stella on Mulmed

***

Bagian mana yang menurutmu itu menyedihkan dari sebuah patah hati? Apakah tidak bisa move on atau kau bagian dari mereka yang putus asa saat salah satu pihak sudah lebih dahulu menemukan pengganti? Bagiku tidak ada bedanya, karena sekarang Kyungsoo sedang menjadi setengah waras karena Miss Stella. Melihat tingkah sahabatku menjadi begitu, aku bergidik ngeri. Bagaimana jika Kyung tidak move on? Lalu dia tidak berniat menikah -kau terlalu berlebihan Chris- dan malah akan menjadi kaum mengenaskan karena memilih tidak menikah.

"Hei Chris, kalau kau menjadi aku. Apa yang akan kau lakukan menghadapi ajakan seperti ini?" tanya Kyungsoo sembari menunjukan pesan singkat dari... Stella.

Aku menyipitkan mata, membaca pesan singkat yang dikirimkan Stella kepada Kyungsoo. Hey, wanita gila mana yang berani mengirim pesan singkat kepada mantannya sedangkan dia sudah bersuami.

"Mantanmu gila?" tanyaku mendesis.

"Iya dia gila sejak berani menerima perjodohan itu. Bodoh bukan?" jawab Kyungsoo angkuh.

Baik mantan laki-laki ataupun perempuannya ternyata sama saja gilanya. Ah Tuhan, aku kebanyakan dosa apa sampai memiliki teman seperti Kyungsoo.

"Chris, aku harus membalas apa?" tanya Kyungsoo putus asa.

"Tinggal kau jawab tidak. Apa susahnya hah!!" jawabku sedikit keras.

"Park Christian Jimin, Do Kyungsoo. Maju kalian." Panggil Miss Stella.

Aku dan Kyungsoo maju ke depan. Sial, pasti kami disuruh menjelaskan materi ini. Memangnya dikelas unggulan kedua ini tidak ada yang mengerti dari lanjutan materi yang lalu?

Kyungsoo memilih berdiri di dekat meja guru. Memang kunyuk satu ini harus ku rendam kepalanya dengan detergen andalan mama, agar pikirannya yang isinya hanya Stella bersih.

"Apa yang sedang kalian ributkan tadi?" tanya Miss Stella.

"Kami meributkan sesuatu hal yang sangat tidak penting bagi hidup saya miss. Tetapi sepertinya untuk teman saya yang baru patah hati permanen ini hal tersebut sangat penting." Jawabku malas.

Dan kalian lihatlah, raut wajah Miss Stella berubah melembut ke Kyungsoo. Brengsek, kenapa pula aku yang jadi korban dari kisah sampah mereka. Tatapan mata miss Stella seperti bahasa isyarat yang menanyakan apa yang sebenarnya tadi dia katakan kepadaku.

Kepala Kyungsoo menunduk, enggan menatap si penanya "Bukan sesuatu yang penting bagi kami Miss. Maaf sudah membuat gaduh." Jawabnya singkat.

Miss Stella mengangguk paham dan mempersilahkan kami untuk duduk kembali. Ku isyaratkan kepalan tangan kepada Kyungsoo. Bocah tengik itu harus ku ajak duel dahulu mungkin agar pikirannya benar.

Kembali mendengarkan Miss Stella menjelaskan materi, ku abaikan Kyungsoo yang seperti orang sakau. Yang menurut Kookie kepanjangan sakau adalah sakit karena engkau. Halah receh sekali singkatan adikku itu.

.
.
Sebenarnya hari ini bang Hobie akan menjemputku dan Kookie, tetapi ku tolak. Alasannya sederhana saja, si makhluk gila sudah menarikku dan Kookie untuk menemaninya ke cafe. Sudah jelas bukan siapa tamu yang akan bertemu dengan dedemit gila yang secara tidak langsung juga adalah sahabatku.

"Kau seperti tidak tulus menemaniku Juk." Keluh Kyungsoo.

Kyungsoo biasa memanggil Kookie dengan sebutan Juki. Mungkin karena nama panggilan asli adikku ini lebih mudah diplesetkan menjadi Juki.

Kookie mendengus kesal, mengaduk ice creamnya dan enggan menanggapi pertanyaan Kyungsoo.

"Kau itu mau bertemu dengan siapa sih? Kenapa bukan bang Chris saja yang kau seret kesini. Kenapa aku juga." Omel Kookie.

"Bertemu dengan makhluk cantik Juk. Ah lagi pula tidak asyik hanya mengajak Chris, kau ikut begini malah dapat ice cream double kan."

Sedang asyik mendengarkan Kyungsoo membela diri, aku melihat Stella sedang mencari dimana kami duduk. Lekas ku menarik tangan Kookie.

"Kita disana saja, ada yang ingin ku bahas denganmu." Ujarku pada Kookie.

Tepat saat Stella menemukan dimana kami duduk, aku dan Kookie sudah pergi dari meja kami.

Aku merangkul bahu Kookie, mencari meja yang posisinya bisa memantau Kyungsoo dan pintu. Kita duduk disini saja. Ujarku saat menemukan meja kosong.

"Kenapa kita tidak di sana saja bersama Kyungsoo?" tanya Kookie penasaran.

Aku harus menjelaskan apa pada bayi kelinci ini, terlalu gawat jika dia tahu apa yang sebenarnya terjadi. Memang Kookie adalah partner in crime jika di rumah. Tetapi pada kasus ini sangat berbeda, sekalipun ku tahu Kookie tidak akan pernah macam-macam dengan informasi nan rahasia ini.

"Sepertinya aku tidak bisa memberitahukanmu sekarang Kook, tunggu saja nanti. Aku janji ini terakhir kau terseret." Ucapku yakin.

Sebenarnya bukan karena alasan apapun, aku lebih takut mama akan melarang berteman dengan Kyungsoo jika tahu masalah ini. Kookie terlampau dekat dengan mama, sangat berbanding terbalik denganku yang justru dekat dengan papa.

"Bang Kyungsoo enggak lagi mau transaksi barang haram kan bang?" tanya Kookie polos.

Aku menahan tawa setengah mati, apanya yang transaksi barang haram. Ditinggal nikah saja dia sudah gila seperti sekarang. Tetapi aku sepertinya tidak bisa menahan tawaku, sedikit keras aku tertawa. Astaga, bayi kesayangan mama ini terlalu polos.

Raut wajah Kookie berubah kesal, bibirnya cemberut yang justru menampakkan ekspresi menggemaskan.

"Bang, kalau kita kena grebek gimana?" tanya Kookie lagi.

Astaga, bang Hobie apakah adikmu yang satu ini terlampau diprotect mama sampai kelewat polos. Sungguh ingin ku tertawa kencang, tetapi sepertinya itu tidak cool.

"Tenang saja, kau cukup temani aku disini. Kau ingin makan lagi?" tanyaku mengalihkan.

Kookie menggeleng, di luar langit sedikit mendung. Sebentar lagi juga malam akan tiba. Tetapi sepertinya Kyungsoo sedang asyik melepas rindu dengan Stella. Sekalipun hari ini sudah weekend dan beberapa pengunjung mulai ramai, aku justru was-was saat melihat sosok pria yang ku kenali sebagai suami dari Stella.

"Bang, itu suaminya miss Stella kan?" tanya Kookie meyakinkan.

Sial, kenapa makhluk ini ada di cafe sih. Ck, brengsek.

"Kook, ke parkiran. Telpon Hobie. Minta jemput, aku ke Kyungsoo dahulu." perintahku.

Kookie dengan sigap pergi ke parkiran dan menghubungi bang Hobie. Double Ddaeng, Kyungsoo sedang asyik bermesraan dengan Stella. Dan cukup berdiri lima meter aku sudah melihat raut geram laki-laki yang katanya suami Stella.

"Dio, ayo balik. Abang udah jemput." ujarku basa-basi dalam rangka misi menyelamatkan makhluk gila bernama Kyungsoo.

Tepat saat keduanya menoleh, raut wajah terkejut justru datang dari Stella. Sedangkan Kyungsoo hanya tersenyum samar. Apakah aku tertinggal dari strategi konspirasi kaum gagal move on?

"Jadi ini yang kau bilang meeting nyonya Kang Myung Stella?" ucap mr. Kang Daniel.

Aigoo, apakah akan ada pertempuran antara manusia di masa lalu dan masa depan? Entah, aku hanya bisa menyimak percakapan sesama lelaki yang katanya mencintai Kang Myung Stella.

Aku yang menunggu lima menit tiada hasil, ku tarik tangan Kyungsoo. Playboy cap papan ujian ini harus ku apakan agar sadar bahwa Stella telah berstatus istri orang.

"Hah, lelaki lemah. Membuang waktu saja, tidak sekalian saja kalian bermain lego bersama agar aku tambah muak melihat drama kalian bertiga." omelku.

"Kau, nyonya Kang Myung Stella. Ku peringatkan sekali lagi kepadamu. Jauhi sahabatku, atau..."

"Park Christian Jimin, apa hakmu melarang Stella bertemu denganku?" sanggah Kyungsoo.

Aduuuhhhh, Tuhan andaikan aku bunda Kyungsoo maka sudah ku kutuk kunyuk satu ini menjadi hiasan dinding di ruang tamu. Kenapa otaknya tidak bekerja sinkron dengan hatinya? Malah saling berkhianat. Ku putuskan mengabaikan pertanyaan tidak penting nan bermanfaat dari Kyungsoo.

"Dan kau tuan Kang. Peringatkan istrimu agar menjaga sikap. Aku mengenal baik ayahmu. Jangan sampai berita buruk ini terdengar oleh ayahmu." Ancamku.

Tatapan mata tuan Kang menajam, seperti isyarat mengiyakan. Ku seret paksa manusia tak tahu malu ini. Kebetulan bang Hobie sudah sampai. Cukup sudah ku kesal dengan drama murahan yang tercipta tanpa sengaja.

.
.
Tiba di rumah tepat akan mulai makan malam. Aku dan Kookie pamit untuk membersihkan diri sejenak. Ponselku berulang kali berbunyi. Entah dari siapa, ku abaikan saja. Perutku sudah lapar.

"Kau tumben pulang malam bang?" Tanya papa.

"Iya, tadi Kookie minta antarkan abang ke cafe. Kebetulan sedang ada diskon untuk ice creamnya." Jawab Kookie langsung.

Papa mengangguk percaya, demikian mama. Tetapi tidak dengan bang Hobie. Tatapan matanya menaruh curiga penuh kepadaku. Ku abaikan saja dahulu, biarkan dia membuat hipotesa sendiri.

Malam minggu seperti ini, biasanya bang Hobie akan menyuruhku dan Kookie tidur di kamarnya jika sedang pulang. Tepat saat aku dan Kookie akan memasuki kamar, mama memanggilku.

"Ada Kyungsoo." ujar mama.

Aku mengangguk, pergi ke teras.
Sepertinya sesuatu yang penting dan ada sangkutannya denganku.

"Kenapa tidak masuk saja?" tegurku.

Kyungsoo tidak menjawab, justru menyerahkan ponselnya padaku. Apa maksudnya? Mau di tukar tambah? Kan aku juga bukan toko ponsel.

"Dibaca kadal, ngapain cuma dipandang!!" ketusnya.

"Yeee mana tau, ngomong dong. Dikira dukun." jawabku sedikit emosi.

Aku duduk di kursi satunya. Makhluk gamon ini sungguh menyusahkan jika emosi. Mengalahkan perempuan jika PMS, entah bagaimana perempuan jika PMS.

From : xxxx
Ku harap kau sadar posisi, kau hanya mantannya. Tidak akan pernah mungkin bisa bersatu. Ku peringatkan kau untuk menjauhi Kang Myung Stella. Atau ku buat lebih kacau.

Heol, suami Kang Myung Stella mengancam Kyungsoo. Apakah ini sudah gila?

"Kan, apa ku bilang. Sekarang kau malah mengundang bahaya dengan tuan Srigala itu." Omelku.

Kyungsoo hanya duduk lesu. Aku bingung harus memperingatkan bagaimana bahayanya menantang suami Stella. Sungguh, aku sudah berulang kali bertemu dengannya. Tetapi aku tidak tahu bahwa lelaki itu sangat niat mengancam Kyungsoo.

"Sungguh aku tidak ingin menyerah Chris, tujuanku mau melanjutkan pendidikan hingga jauh agar aku pantas bersanding dengannya suatu saat nanti..."

"Yaa suatu saat nanti, saat kau menjadi kakek-kakek dan dia sudah bahagia dengan kehidupannya sebagai nyonya Kang Daniel." Ocehku.

Kyungsoo menghela napas, sengaja lampu teras ku matikan dan mengandalkan lampu yang ada di halaman. Memilih menyembunyikan raut kusut nan galau Kyungsoo.

"Ini hanya saranku, jauhi bahaya ini sekarang. Percaya padaku jika Stella adalah takdirmu, ia akan kembali. Aku, orang pertama yang tidak rela kau sakit karena mengorbankan diri kepada orang yang juga tak mau berjuang." Jelasku sembari menepuk bahunya memberi semangat.

"Ya, sekarang pulanglah. Bundamu pasti cemas." Usirku halus.

***

.
.

Jangan lupa kritik dan saran kalian untuk keberlangsungan cerita ini. Feedback kalian akan sangat berarti bagi kami.

Salam hangat,

Bianne205
Jakarta, 02 Januari 2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro