15 - Crystal Snow

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apa yang menyenangkan dari sebuah friendzone? Apakah ada sosok orang yang selalu ada untukmu atau status single tetapi memiliki gandengan saat acara tertentu? Coba tanyakan pada Freya yang kini sedang mengalaminya.

"Kau, kenapa tersenyum sendiri?" tanya Kang Daniel heran.

"Hahahaha, kau sejak tadi melihatku karena penasaran ternyata." ujar Freya.

Kang Daniel memalingkan wajahnya bosan, sepupu perempuan satu-satunya ini mendadak terkena sawan sejak kepulangannya dari prom night kemarin.

"Tak ada apa-apa, aku hanya senang saja." jawab Freya sembari tersenyum.

"Aku tidak yakin..." ujar Daniel meragu.

Freya merangkul sepupunya, sepertinya ia harus berusaha ekstra menyembunyikan raut bahagia di depan keluarga tantenya tersebut. Salah-salah bisa membahayakan rencananya untuk mendapat izin siang ini.

"Kakak Daniel, ku beritahukan kepada dirimu ya. Tidak semua hal itu patut kau cari tahu, jangan sampai kau menyesal diakhir karena dengan lancang memaksa mencari tahu hal tersebut." ujar Freya.

Daniel menghela napas pasrah, Freya tidak semudah istrinya ketika diintimidasi. Freya berbanding 180° dari istrinya. Freya adalah pemberontak kelas wahid.

"Fre, kemarin promnya bagaimana?" tanya Stella mengalihkan.

"Menyenangkan sekaligus menyedihkan. Kenapa memang?" tanya Freya penasaran.

"Menyedihkan?" tanya Stella heran.

"Hahahaha, iya menyedihkan. Harusnya aku bisa dansa dengannya, tetapi akibat kemarin kram perutku parah aku pingsan dan malah romantisan di rumah sakit." adu Freya.

"Apakah hanya itu saja?" tanya Stella penasaran.

Freya menggelengkan kepala, "Tidak, aku dijemputnya dan dibawakan sebuket bunga Lily putih. Oh damn, he's very romantic." jawab Freya sembari membayangkan momennya kemarin malam.

"Oh sungguh beruntungnya putri Jean Dupont ini, lelaki itu pasti setengah hati melakukannya." sahut Daniel.

Dengan kesal Freya melempar bantal sofa ke arah Daniel, memberikan raut wajah kesal dan meninggalkan sepasang suami istri tersebut di ruang tengah. Ia memilih pergi ke kamar.

Baik Daniel ataupun Stella hanya tertawa melihat tingkah sepupunya. Merasa takjub dengan segala perubahan Freya dalam semalam.

***

Di dalam kamar, Freya baru teringat bahwa gaun Cinderellanya harusnya ia kembalikan hari ini. Dengan segera ia menghubungi Chris, memastikan bahwa Dio berada di butik juga.

"Halo tuan muda, perkenalkan aku Freya Dupont. Anak dari Jean Dupont, bolehkah aku bertanya?" tanya Freya basa-basi.

"Hahahahahaha, maaf. Ok, aku serius ingin bertanya. Apakah Dio ada di butik?" tanya Freya lagi.

"Hmm... Jam berapa?"

"Baiklah, aku akan segera meluncur."

Klik

Freya bergegas mengambil gaunnya untuk di kembalikan. Hari ini ia ingin pergi sendiri saja, menaiki taksi dan selesai sudah urusannya dengan gaun.

Sesampainya Freya di butik, ia melihat Yoon Ji dan Chris yang sedang terlihat berbicara serius dengan Dio. Bahkan Yoon Ji hanya terlihat mendengarkan tanpa berminat menengahi.

"Excuse me." sapa Freya.

Mereka bertiga menoleh, Freya membalas dengan senyuman ramahnya. Ia mengamati satu persatu tiga manusia di hadapannya.

"Yoon Ji, bisakah aku berbicara denganmu sebentar?" tanya Freya.

Yoon Ji mengangguk, pamit pergi dari hadapan dua lelaki tersebut. Freya mengampit lengan Yoon Ji dengan posesif. Entah apa tujuan Freya mengajaknya berbicara ke dekat sudut yang seharusnya diisi manekin bergaun cantik.

"Ada apa?" tanya Yoon Ji to the point.

"Ini, untukmu." Freya menyodorkan sebuah kotak untuk Yoon Ji.

"Ini apa?"

"Hadiah spesial untukmu, yang sudah mau repot-repot dihari seharusnya aku berkenalan banyak denganmu." jawab Freya.

"Itu bukan sebuah kerepotan Fre, sudah keharusan aku dan Chris menolong. Maaf, aku tidak bisa menerima hadiah ini." Yoon Ji menyerahkannya ke Freya.

"Tolong terima, anggap ini hadiah perpisahan dariku." ujar Freya sembari mendorong hadiah yang dikembalikan Yoon Ji.

Yoon Ji menatap bingung Freya, tetapi pada akhirnya hadiah tersebut ia masukkan ke dalam tasnya.

"Terima kasih banyak." ucap Yoon Ji ramah.

Freya hanya sanggup tersenyum. Ia melihat kejanggalan pada pakaian Yoon Ji hari ini. Apakah selera pakaian Yoon Ji menjadi lebih feminis sekarang?

"Yoon, boleh aku bertanya?"

"Ya, silahkan."

"Sejak kapan kau jadi suka menggunakan dress?" tanya Freya penasaran.

"Umm... Ini, sebenarnya ceritanya agak panjang Fre. Aku tidak yakin kau memiliki banyak waktu untuk mendengarnya." jawab Yoon Ji tanpa panik.

"Oh sayang sekali, padahal aku tahu pasti ada cerita menyenangkan." goda Freya.

Sedang asyik berbicang dengan Yoon Ji, Freya melihat Bunda baru saja datang menggunakan taksi. Tetapi kenapa dengan taksi? Dimana mobilnya?

"Bundaaa...." panggil Freya.

Bunda menoleh seketika, senyumnya mengembang sempurna melihat Freya dan Yoon Ji. Dua gadis cantik yang sedang menjadi perbincangan hangat dirinya dengan sahabatnya.

"Freya dan Yoon Ji ada perlu apa?" tanya bunda ramah.

Freya melangkah mendekati bunda, bergelayut manja di lengan perempuan yang umurnya kini nyaris setengah abad. Tidak menua dan tetap cantik di mata Freya.

"Freya mau mengembalikan gaun yang kemarin. Terima kasih sudah membantu Freya tampil cantik bun." ujar Freya sembari menyerahkan paper bag kepada Bunda.

Bunda menatap paper bag yang disodorkan Freya, Yoon Ji juga segera menghampirinya pula sembari membawa paper bag.

"Aku juga mau mengembalikan ini Bun, terima kasih sudah membuatku tampil cantik kemarin." ujar Yoon Ji.

Bunda mengernyit heran, baju yang di pakai Yoon Ji sepertinya hasil desain dari Yeon Christina Ji. Apakah semalam Yoon Ji menginap?

"Ah, para princess ini sepertinya harus segera masuk ke ruangan bunda. Ayo, akan bunda jelaskan sesuatu." ucap Bunda sembari menggiring dua gadis tersebut.

Kyungsoo dan Chris yang sedang asyik mengutak-atik strategi untuk nanti malam menjadi kaget karena melihat Bunda.

"Kalian sedang apa?" tanya bunda penasaran.

Hanya dijawab cengiran oleh dua lelaki tampan tersebut. Kyungsoo langsung mengalihkan fokus bundanya kepada dua perempuan di kanan kirinya.

"Bunda mau menggiring mereka kemana?" tanya Kyungsoo.

"Sedikit perbincangan perempuan. Kalian tidak perlu tahu." jawab bunda santai.

Chris hanya menatap kepergian tiga wanita itu sampai di kelokan menuju lantai 2. Kyungsoo terkekeh, ia sudah tidak heran dengan tingkah bundanya jika menyangkut 2 anak perempuan tadi.

"Nah Kyungsoo, mari kita lanjutkan yang tadi. Aku akan pergi setelah bundamu selesai urusan dengan Yoon Ji." ujar Chris.

Kyungsoo duduk kembali dan membahasnya dengan Chris sembari menunggu dua perempuan yang sedang di monopoli oleh bunda Kyungsoo.

***

Tepat sebelum makan siang, Freya dan Yoon Ji keluar dari ruangan bunda. Freya berlari menghampiri Kyungsoo yang sedang asyik menyusun berkas kepindahannya ke China.

"Diooo..." panggil Freya manja.

Chris mengernyitkan alisnya, merasa heran. Sejak kapan Kyungsoo bisa bersikap biasa saja dengan tingkah Freya yang ajaib.

"Ah, aku pamit kalau begitu. Sampai ketemu nanti Kyungsoo." ujar Chris sembari membawa tasnya dan mengajak Yoon Ji pergi.

Freya menatap kepergian dua manusia tersebut dengan melongo, Kyungsoo lalu mengajak Freya pergi juga dari butik. Ada hal yang harus dia bicarakan dengan Freya, hanya berdua. Tanpa di temani Chris, tanpa di tatap penuh selidik oleh Yoon Ji dan tanpa aksi menguping sang bunda. Ia harus pergi dan mencari ruang privasi.

***

Menempuh perjalanan selama dua jam hanya untuk mencari sebuah kedai makan Jepang yang menurutnya sangat rekomendasi. Freya menatap takjub pada kedai makan tersebut, tidak sia-sia dia menuruti Kyungsoo agar diam saja saat mereka baru memulai meninggalkan butik tadi. Kyungsoo langsung menggandeng tangan Freya untuk langsung mengajaknya masuk ke dalam.

"Kau harus makan disini kalau mau tahu rasa makanan Jepang yang otentik. Rasanya akan seperti makan di Jepang sungguhan." jelas Kyungsoo.

Freya mengangguk, matanya masih menatapi sekeliling bangunan kedai makan tersebut. Rasa kagumnya membuatnya tersenyum, mungkin ia harus mencari pohon bunga sakura saja agar lebih lengkap.

"Nah, kita duduk disini saja. Kau suka outdoor kan kalau makan begini. Aku jamin kau akan berulang kali datang jika ingin makan menu Jepang." oceh Kyungsoo.

Freya tersenyum senang, sepertinya cintanya tak bertepuk sebelah tangan dengan Kyungsoo. Ia senang dengan kedai ini, benar-benar suasana yang ia suka.

"Nah, mari kita pesan. Pesan sebanyak yang kau mau, aku yang mentraktirnya." ujar Kyungsoo tengil.

Freya tertawa dan mengangguk, memulai memesan menunya. Makan siang kali ini ia harus berhasil mengungkapkan semua apa yang dirasakannya.

"Kau mengetahui bahasa Jepang?" tanya Kyungsoo saat mereka menunggu menu pesanan.

"Tahu, tetapi hanya sedikit saja bisanya." jawab Freya.

"Wah, apa kau mau mendengarkan lagu yang kemarin di rekomendasikan oleh adiknya Chris?"

"Lagu? Berbahasa Jepang?"

Kyungsoo mengangguk, lalu memutar lagu yang sejak pagi tadi ia cari di salah satu aplikasi streaming musik.

"Judul lagunya apa?" tanya Freya ketika intro lagu tersebut masuk.

"Crystal Snow, Kookie bilang begitu." jawab Kyungsoo.

Sembari ditemani alunan lagu Crystal Snow, mereka menikmati pesanan yang baru saja tiba. Makan siang hari itu begitu berkesan bagi mereka, entah karena pada akhirnya salah satu akan meninggalkannya lebih dahulu atau karena mereka berpikir ini adalah momen langka.

"Freya, kapan kau akan berangkat ke Prancis?"

Freya menenggak kunyahannya terlebih dahulu. "Mungkin besok. Kenapa?"

"Berarti aku antar kau nanti sore ya, kau pasti belum packing. Disana belajar yang benar." ujar Kyungsoo perhatian.

Freya mengangguk antusias, benar-benar hari ini adalah harinya. Bahkan seperti mimpi saat tiba-tiba tadi Kyungsoo mengajaknya pergi hanya berdua. Biasanya ia harus repot membuatnya kesal agar Kyungsoo mau menemaninya.

"Huh... Kenapa dunia ini cepat sekali dari yang ku duga." hela Kyungsoo.

"Mungkin karena Dio kurang memaknainya. Makanya jadi terasa cepat sekali yang ternyata hari terakhirmu disini." jawab Freya.

"Mungkin... Ah bagaimana kalau setelah ini kita keliling di tempat ini. Ku dengar banyak tempatnya yang instagramable." ajak Kyungsoo.

"Ayo, jadi lekas habiskan makanmu. Dari tadi mengoceh saja." omel Freya.

Kyungsoo terkekeh, segera ia melahap makan siangnya. Hari ini harus menjadi hari paling berkesan baginya.

Setelah selasai makan siang, mereka benar-benar menjalankan rencana berkeliling tadi. Tangan Kyungsoo bertaut dengan tangan Freya, mereka berkeliling dengan wajah bahagia. Senyum terpancar dari keduanya. Entah apa yang ada di pikirannya masing-masing saat mengukir senyuman.

Freya berlari saat melihat ada sekumpulan bunga cantik yang sedang bermekaran. Kyungsoo menggelengkan kepalanya. Heran tetapi juga takjub atas segala tingkahnya.

"Entah mengapa senyumanmu terasa sangat menyakitkan sekarang untukku Freya." gumam Kyungsoo.

Freya terlihat melambaikan tangan memanggil Kyungsoo agar segera bergabung dengannya dan bunga yang bermekaran. Kyungsoo mengangguk dan berlari menghampiri Freya yang sedang asyik menyentuh bunga-bunga tersebut.

Puas berkeliling, mereka memilih duduk di salah satu kursi yang letaknya masih di tengah hamparan bunga yang bermekaran.

"Dio..." panggil Freya.

"Ya. Kenapa Freya?" tanya Kyungsoo yang langsung menatap mata Freya.

Freya membuang tatapannya ke arah hamparan bunga. "Bisakah aku menyentuh hatimu? Padahal aku ingin, tetapi entah kenapa hatimu selalu membiaskannya. Atau mungkinkah suatu hari nanti?"

Kyungsoo terdengar menghela napas lelah. Perlahan namun pasti, Kyungsoo memilih menjawab pertanyaan Freya sembari kembali ke parkiran.

"Freya, bagaimana caranya aku bisa dekat dengamu? Lalu kenapa pula aku tidak dapat menemukan jawaban atas perasaanku ini? Bagaimana cara aku menemukannya? Tolong katakan padaku." ujar Kyungsoo lirih.

Freya terdiam, pertanyaan dari Kyungsoo membuatnya bungkam. Apakah selama ini perasaannya terbalas? Tetapi kenapa menjelang semuanya harus pergi? Apakah ini mau Tuhan agar ia belajar bahwa Freya bisa mendapatkan ketulusan dari orang yang dia pilih.

"Mari kita pulang, aku tidak mau kau besok repot karena belum packing." ajak Kyungsoo sembari membukakan pintu mobil dengan suka rela tanpa perlu rengekan Freya agar membukakannya.

Freya lekas masuk, Kyungsoo segera berlari masuk ke dalam kursi kemudi. Lekas pulang adalah pilihan terbaik saat ini.

Sepanjang perjalanan pulang, Kyungsoo akhirnya memutuskan mendengarkan lagu Crystal Snow karena itu yang mewakilinya saat ini kepada Freya.

"Akan aku terjemahkan lagu ini. Spesial karena kau mentraktirku. Tetapi lewat surat yang sudah ku titipkan pada Chris." ujar Freya.

Freya hanya menerjemahkan lirik yang mewakilinya saja. Dirinya tidak akan sanggup jika mengatakan langsung, ia sadar bahwa kesempatannya dengan Kyungsoo terbatas. Sebenarnya lagu Crystal Snow juga rekomendasinya, Freya meminta kepada Chris untuk memberitahukan kepada Kyungsoo. Entah bagaimana Chris membawa nama adiknya untuk lagu tersebut.

Mereka telah sampai, mobil berhenti tepat di depan gerbang rumah tantenya Freya. Dengan senyum, Freya memastikan ini adalah terakhir ia berbicara banyak pada Kyungsoo. Freya turun, disusul Kyungsoo yang menemaninya sampai depan gerbang.

"Dioo... Aku ingin melihatmu meskipun itu tak nyata, peganglah tanganku. Kehangatan yang tulus ini, semoga tetap ada selamanya. Aku ingin memelukmu sekali lagi sebelum kau menghilang." pinta Freya yang matanya entah sejak kapan sudah berkaca-kaca.

Kyungsoo langsung meraih tubuh Freya dan memeluknya "Aku ingin kau percaya bahwa aku akan datang menjemputmu. Someday." bisik Kyungsoo sebelum melepas pelukannya.

Kristal bening turun dengan sukses dari kedua mata Freya, nyatanya cintanya tak bertepuk sebelah tangan. Cintanya bersambut walau terlambat.

Freya pamit masuk, meninggalkan Kyungsoo yang menatap pagar hitam menjulang. Bagi Freya, ini adalah lambaian tangan terakhir yang entah kapan ia akan melambaikan tangan lagi kepada orang yang sama.

***

Because, for me.. You are Crystal Snow..

Aku tak akan membiarkan kisahku tak berbalas
Eh, meskipun aku bisa mengubahnya
Aku ingin menepati janjiku sebelum berubah menjadi air mata
Meskipun seratus tahun, aku tak masalah selama aku akan bersamamu
Bisakah aku menjadi milikmu?
Aku perhatikan cahayamu
Aku akan menunggumu di mana pun

Kehangatan yang tulus ini, semoga tetap ada selamanya
Tak banyak yang bisa aku katakan, tapi akan aku katakan apa adanya
Can I touch your heart
Its always you, its always you, crystal snow
Biarkan aku merasakan cintamu, ya selamanya

Freya Dupont

***

.
.

Annyeong, suratnya Freya dibuat dari kutipan lirik lagu Crystal Snow.

I hope you enjoy with my story, please give me feedback (like & comment).

감사함니다,

Jakarta, 14 Januari 2019
비안네205

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro