Bonus 2 : Look Here

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selepas mengantarkan Kyungsoo dan sang bunda ke bandara, kami sekeluarga kini dalam perjalanan pulang. Masih merasa tidak percaya akhirnya hari kami benar-benar memutuskan berpisah terjadi, berpisah karena mimpi kami akhirnya tak satu arah. Tetapi aku yakin, semua itu semata-mata karena kami menginginkan yang terbaik untuk hidup kami sekarang dan yang akan datang.

Sudah sangat malam, Kookie dengan lelapnya tertidur. Demikian pula dengan bang Hobie, yang tersisa hanya aku, mama dan papa. Senyap, tidak ada percakapan. Tetapi itu beberapa saat yang lalu jika saja mama tidak tiba-tiba menanyakam perempuan ajaib peraih 10 besar tes psikotes saat akan masuk universitas.

"Jadi? Apakah anak papa yang baru angkat kaki dari rumah ini sudah menemukan siapa tambatan hatinya?" tanya papa.

"Ah papa kayak enggak pernah muda aja, emang menurut papa tuh kemarin siapa? Kalau enggak ada sesuatu diantaranya kan mana berani dibawa ke rumah." mama menjawab.

"Iya juga ya ma, aduh. Semoga Hobie lekas menemukan perempuan yang pas. Biar papa sekalian gitu pusingnya. Sebentar lagi juga Kookie yang bawa pacarnya ke rumah." oceh papa.

"Jadi gimana bang? Habis prom jadian gak sama si Yoon? Mama jadi penasaran." goda mama.

"Yang jadian mah yang baru pergi ma, Chim hanya remahan." jawabku dramatis.

"Ah, pesonamu tidak sekuat papa dulu." sahut papa.

"Chim meragukan perkataan papa." jawabku.

"Halah, dulu siapa yang sampai rela-rela pindah kursi padahal lagi ngobrol sama pacarnya." balas mama.

Sungguh aku tertawa sekarang, padahal tadi posisinya aku sedang diinterogasi oleh mama dan papa. Tetapi kini mereka malah bernostalgia dan saling meledek. Untung saja dua jagoannya yang lain masih tetap pulas sekalipun kini aku bagaikan obat nyamuk melihat mama dan papa malah asyik bermesraan.

"Itu tolong yang sudah suami istri, kasihanilah lelaki single yang cintanya belum jelas statusnya." ucapku drama.

Mama menoleh dan tersenyum, menghentikan aksi nostalgia dengan papa.

"Kamu bener enggak ada sesuatu sama Yoon? Mama sama papa sih enggak keberatan bang, asal kuliah kamu bener dan enggak telat lulus." ujar mama.

"Chim juga bingung mau jawab apa ma, bahkan Chim kodein sewaktu antar si Freya ke rumah sakit dia aja enggak beraksi." jawabku.

"Kamu aja salah." protes papa.

"Lho salah dimana?" tanyaku.

"Memangnya Yoon Jo sejak kapan jadi kotak pos? Sampai kau malah bermain kode. Jadi lelaki itu harus ambil sikap, kalau suka nyatakan. Jangan bertele-tele nanti malah diambil orang." jawab papa.

Aku mengangguk paham, sebenarnya bukan aku bertele-tele. Hanya saja Yoon Ji terlalu sulit di dekati. Bahkan Key saja bilang kalau Yoon Ji bukan pribadi yang senang berbasa-basi.

"Pikirkan besok Chim, senang mama kalau ada dia. Jadi teman masak, mentor bahkan dia enggak pelit berbagi ilmu memasaknya. Kalau jadi mantu mama pasti..."

"Ekhm..." instrupsiku.

Mama hanya tersenyum samar, biasa baginya jika sudah nyaman dengan orang-orang terdekat anaknya lalu dianggap anak pula oleh mama.

***

Aku bahkan lupa jika besok sudah harus kembali dan mempersiapkan diri untuk tes selanjutnya. Siang nanti bang Hobie akan kembali lebih dahulu, karena besok dia ada kelas pagi dan belum mempersiapkan materi apapun untuk kelas presentasinya besok. Abang yang satu itu memang jagonya.

"Bang Chim, nanti jemput Kookie ya. Kan hari ini terakhir di rumah, besok kan Kookie bawa motor." ujarnya.

"Iya, nanti abang jemput. Naik sepeda roda tiga tapi."

Serbet melayang ke wajahku, memang satu anak ini tengilnya luar biasa. Kalau aku tidak di rumah merengek minta lekas pulang, tetapi jika di rumah diajak adu mulut tanpa jeda.

"Kalian ini, kumpul berantem misah kangen-kangenan. Kookie cepat, sudah mau jam berapa ini?" omel mama.

Dan terjadilah, makan cepat ala Kookie. Mama sampai geleng kepala melihat kelakuan anak bungsunya. Mungkin mama berpikir dulu dia melakukan apa sampai anaknya ini kebanyakan terlalu aktif jika sudah bangun tidur.

"Mama Kookie berangkat, bye semua. Aku sayang kalian." teriaknya dari teras rumah.

See, ajaib bukan adikku satu itu. Tetapi kami menyayanginya. Bang Hobie sudah selesai sarapan, bersiap membersihkan piring sisa makannya dan Kookie. Sedangkan aku? Masih asyik mengunyah roti panggang buatan mama dan tentu saja susu cokelat kesukaanku.

"Chim, nanti hubungi Yoon Ji ya. Tanyakan apakah Agust menjemputnya atau tidak." titah bang Hobie.

"Iya, nanti Chim hubungi." jawabku sembari mengirimkan pesan kepada Yoon Ji.

Aku selesai makan dan bergegas menghabiskan susu, lalu menghampiri bang Hobie yang akan selesai mencuci piring.

"Nitip bang, besok Chim yang cuci piring." ujarku lalu pergi ke kamar.

Ponselku berdering saat aku baru saja akan mengambil album foto polaroid. Panggilan dari Kyungsoo.

"Ya..

"Kau baru bangun? Tidak kencan dengan putri salju?" tanya Kyungsoo.

"Dia akan meleleh jika ku ajak jalan siang hari. Dan juga kau pasti akan kesepian karena Cinderellamu belum sampai rumah saat ini." ledekku.

"Sialan. Ah iya, apa kau benar-benar akan menyatakannya pada Yoon Ji besok? Kenapa tidak nanti malam saja kalian pergi." ujar Kyungsoo.

"Kau tunggu saja kabar baiknya, sudah ya. Aku mau packing, selagi bang Hobie bawa mobil baliknya." ucapku lalu menutup panggilan.

Aku duduk sejenak di tepi tempat tidur, memikirkan saran Kyungsoo. Sebenarnya aku yakin Yoon Ji tidak akan keberatan jika ku ajak pergi. Toh, ibunya pasti juga mengizinkan.

To : Princess SnowWhite
Bagaimana kalau nanti sore aku ke rumahmu? Ah ya, jangan lupa tersenyum. Karena kau cantik jika tersenyum.

Send

Aku tersenyum membaca pesan tersebut, ternyata aku bisa seaneh ini.

Yoon Ji hanya menjawab iya saat ku ajak tadi, jadi sekarang aku sudah dalam perjalanan menuju rumahnya dengan meminjam mobil mama yang tanpa banyak tanya langsung memberikan kuncinya padaku. Mama hanya tersenyum jahil saat melihatku berpenampilan tidak biasa.

Tiba di depan rumah Yoon Ji, ia sudah berdiri di depan gerbang. Sepertinya ia menghitung kapan aku akan tiba. Jadi tidak ada alasan akan berbasa-basi pada orang tuanya.

"Memangnya mau kemana?" tanya Yoon Ji saat sudah berada di dalam mobil.

"Sepertinya menyenangkan kalau kita ke taman bermain, kau tidak takut naik roller coster kan?" tanyaku.

"Tidak, ayo kita kesana. Kalau kau takut, kau akan metraktirku selama sebulan."

"Lalu jika kau yang kalah?"

"Terserah kau." jawab Yoon Ji cuek.

"Baiklah." jawabku lalu mulai menjalankan mobil.

Setibanya kami di taman bermain, kami langsung menentukan akan bermain apa terlebih dahulu.

"Bagaimana kalau bermain perahu itu, sepertinya menyenangkan." ajak Yoon Ji.

Aku mengangguk menyetujui, hari ini biar dia saja yang memilih akan naik wahana permainan apa yang ingin dicobanya.

"Bisakah kita berhenti dahulu, sungguh ini melelahkan. Woah..."

Aku menarik tangan Yoon Ji untuk duduk dan menyodorkan air mineral. Ternyata dia bisa lelah jika terlalu bersemangat. Yoon Ji masih mengatur napasnya, tersenggal karena berlari di labirin berhantu. Sebenarnya aku juga takut, jadilah kami malah saling tarik menarik jika melihat hantu jadi-jadian tersebut.

"Kau tidak lelah?" tanya Yoon Ji.

"Hahahaha, kau sepertinya tahu kapasitasku jika sedang asyik ikutan bang Jung latihan seperti apa." jawabku sembari menyeka keringatnya di dahi dengan tissue.

Terlalu dekat, aku bisa melihat pipi Yoon Ji blushing. Ah sial, aku merusak momennya. Yoon Ji langsung mundur dan mengajakku menaiki wahan lain yang belum di coba.

Waktu memang tidak bisa membeku ketika kita bersama dengan orang yang kita cinta dan sayang. Hari ini, akhirnya aku bisa pergi berdua saja dengan Yoon Ji tanpa harus repot dengan kehebohan Freya dan kelelahan Kyungsoo.

Malam telah tiba, wahana juga sebentar lagi tutup. Tinggal satu wahana lagi yang belum dinaiki, Kincir.

"Kau yakin mau naik ini?" tanya Yoon Ji.

Aku mengangguk lalu menggandeng tangan Yoon Ji. Suasana malam di sekitaran taman ini sangat bagus, jadi tidak ada salahnya melihat dahulu.

Perlahan namun pasti kami akan berada di ketinggian maksimal. Yoon Ji berulang kali kagum melihat suasana yang sangat gemerlap, sesekali ia menunjuk beberapa wahana yang bagi kami berkesan.

"Jadi, kau mau minta apa?" tanya Yoon Ji.

"Nanti saja, ku kira kau akan menang. Tidak ku sangka. Nanti akan ku beritahukan saat kau sudah di dekat rumah." jawabku.

Yoon Ji mengangguk dan mulai menikmati pemandangan malam dari atas kincir. Aku hanya bisa tersenyum melihat wajahnya yang antusias.

"Kita bertemu bukan hanya kebetulan. Bertemu denganmu adalah apa yang ku mau." ucapku.

Yoon Ji menoleh, menatapku heran. Kali ini aku tidak boleh mengelak, biar dia menebak dulu bagaimana. Maka nanti ketika sudah sampai di depan rumahnya baru ku sampaikan yang sebenarnya.

Yoon Ji menoleh bebas, mengenyahkan perkataanku. Sulit memang berbicara dari hati ke hati dengannya. Harus ekstra sabar dan tangguh jika memang ingin terlihat sungguh-sungguh.

Ketika kincir sudah kembali ke posisi semua, Yoon Ji langsung bergegas turun. Berjalan cepat, sepertinya sedang kesal. Aku mengejarnya dan menahan tangannya. Kali ini aku yang dominan, bukan dia.

"Kita makan malam dahulu baru pulang." ajakku.

"Aku mau seafood. Boleh?" tanya Yoon Ji.

Sejak kapan dia jadi berani merajuk? Ah, mungkin tadi ada cupid tidak sengaja mengenainya.

"Baiklah. Ayo, kita makan seafood."

Selepas makan malam dan menghabiskan perjalanan dengan banyak ungkapan hati tetapi malah ditinggal tidur oleh Yoon Ji. Butuh sekitar satu jam untuk sampai di rumahnya.

"Ah putri salju bukannya baru akan bangun jika diberikan kecupan? Haruskah ku coba?" gumamku.

Lalu aku mencondongkan wajahku ke wajah Yoon Ji, seperkian detik matanya membuka sempurna. Tatapannya sinis, dan aku? Hanya tersenyum menanggapinya.

"Kau mau apa Park Christian Jimin?" tanya Yoon Ji menahan geram.

"Aku hanya sedang membuktikan dongeng Snow White, ternyata belum ku kecup sudah bangun." jawabku.

Yoon Ji berdecak kesal, ia terburu-buru membuka pintu. Tetapi sepertinya dia lupa bahwa ini masih ku kunci.

"Lihat kesini, jangan pergi. Karena nanti kau akan menginginkanku."

Yoon Ji menatapku kesal, tangannya masih ku tahan agar dia tenang sedikit dan tidak masuk ke rumah dalam kondisi emosi.

"Kau sangat cantik, aku jatuh hati. Pesonamu meledak, datang kepadaku." ucapku sembari menatap dalam bola mata hitam pekat milik Yoon Ji.

Yoon Ji akhirnya berhasil membuka pintu, tidak menanggapi perkataanku tadi. Ketika dia sudah sampai di depan gerbang aku memanggilnya.

"Min Yoon Ji..."

Yoon Ji menoleh.

"Selamat malam dan selamat tidur, jangan mimpikan aku. Karena nanti aku jadi sangat merindukanmu." ucapku.

"Dasar gila." balasnya.

"Ya, aku gila karena jatuh hati kepada Min Yoon Ji." ucapku lalu bergegas masuk ke mobil ketika Yoon Ji sudah masuk dan menutup gerbang.

Ya, malam ini aku pulang dengan bahagia. Biarkan mama, papa dan Kookie mendadak menjadi cenayang. Toh memang aku sedang jatuh cinta pada Yoon Ji.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro