Bab 24 - Kabur -

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Baru beberapa jam yang lalu Hana merasakan bahagia. Namun kini, wanita itu harus kembali bersitegang dengan ibunya. Hanya karena persoalan sepele, yaitu sang Ibu menanyakan alasan kenapa Hana baru pulang dan di saat itu juga dia memaki sang Ibu dengan cukup keras.

Keduanya bertengkar dengan hebat dan akhirnya Hana memutuskan untuk keluar dari rumahnya.

Tepat pukul 12 malam, wanita itu sendirian di sebuah taman yang cukup jauh dari rumahnya. Pikirannya terasa penuh sehingga dia hanya terdiam sembari menangis tanpa suara.

Rasanya dia tidak ingin hidup karena merasa tidak ada yang peduli padanya. Bayang-bayang tentang kehidupan bahagianya dulu tiba-tiba saja terlintas dan membuatnya kembali merasakan kesedihan yang amat dalam.

Di sela tangisnya, tiba-tiba saja ponselnya berbunyi. Evan tiba-tiba mengajaknya untuk melakukan video call dan Hana langsung menolak.

Wanita itu kembali terdiam sembari menatap langit. Kini, Hana memutuskan untuk berbaring di atas rerumputan taman yang bersih itu. Langit malam ini sangat indah. Namun, hal itu tidak dapat membuat perasaannya lega.

Tak lama kemudian, Evan kembali menelpon wanita itu karena kesal Hana melempar ponselnya. Namun ternyata karena lemparannya panggilan tersebut terterima.

Evan jelas mendengar bahwa Hana kini tengah menangis, pria itu kemudian memanggil-manggil Hana dan wanita itu kemudian menghentikan tangisnya.

Diliriknya ponsel tersebut yang jaraknya tidak terlalu jauh dari tempat dia duduk. Dengan berat hati Hana mengambil kembali ponselnya yang sudah rusak dibeberapa bagian.

Hana mengambil nafas cukup panjang hingga memenuhi paru-parunya. Dia jelas tidak peduli pada penampilannya karena perasaannya lebih hancur sekarang.

Hana berdeham agar Evan dapat mengetahui panggilan tersebut sudah diterima oleh Hana.

"Han, lo kenapa?" tanya Evan dengan nada khawatir.

"Nggak papa," jawab Hana singkat dengan suara serak khas orang baru menangis .

"Lo dimana? Di rumah? Mau gue datengin?"

"Nggak usah, gue nggak di rumah."

Evan terdiam sesaat, "lo kabur?"

"Lo nggak usah peduliin gue," tegas Hana yang langsung membuat Evan mendengus kesal.

"Han, lo pasti enggak lupakan dengan status gue sekarang, gue itu pacar lo dan gue peduli sama lo."

Kini, Hana tiba-tiba saja terdiam. Namun, di samping itu dia merasa bahwa hatinya menghangat karena ucapan Evan. Perhatian yang jelas pria itu lakukan begitu membekas di hati Hana yang tengah sakit ini.

"Han, lo masih di sana?" tanya Evan lagi dan Hana berdeham setelah sadar dari lamunannya.

"Lo dimana? Biar gue samperin," tanya Evan lagi.

"Taman kota deket sekolah," jelas Hana dengan singkat.

"Ya udah, gue kesana. Lo tunggu gue ya."

Panggilan tersebut dimatikan oleh Evan dan pria itu segera pergi ke tempat yang Hana maksud. Sekarang sudah tengah malam. Namun, dia takut akan terjadi hal buruk pada pacarnya tersebut.

Tak lama kemudian, Evan sampai di taman kota yang Hana maksud. Pria itu terlihat ngos-ngosan sembari terus berjalan mencari pacarnya.

Dari kejauhan Evan melihat sosok yang mirip dengan Hana, wanita itu menggunakan celana tidur kotak-kotak dan hoodie putih. Jelas terlihat bahwa wanita itu tengah menangis di dalam lipatan tangannya.

Rambutnya terikat tetapi acak-acakan dan setelah Evan tepat berdiri di hadapannya. Wanita itu mengangkat pandangannya.

Evan dan wanita tersebut akhirnya saling menatap. Benar saja bahwa wanita itu adalah Hana. Evan berjongkok untuk mensejajarkan wajahnya dengan Hana.

Wajah wanita itu terlihat kusam dengan sisa air mata yang memenuhi wajah cantiknya.

Evan ikut merasa sedih saat melihat kondisi Hana. Namun, dia tidak berani untuk bertanya dan memutuskan untuk membawa tubuh Hana masuk kedalam pelukannya.

Hana kembali menangis di dalam pelukan hangat dari Evan dan pria itu hanya mampu mengelus punggung pacarnya dengan lembut untuk menenangkannya.

Cukup lama tangisan itu berlangsung dan kemudian Hana menghentikan tangisnya. Evan yang merasa aneh pun langsung melihat pacarnya itu dan ternyata Hana tengah tertidur. Sepertinya dia sangat kelelahan.

Tanpa sadar Evan mengulas senyum di wajahnya dan kemudian mengangkat wanita itu di belakang tubuhnya.

Digendongnya Hana sampai ke rumahnya karena Evan tidak tau dimana rumah pacarnya itu.

Sesampai di rumahnya, Evan segera membawa Hana untuk masuk ke dalam kamarnya. Membaringkan wanita itu di atas kasur dengan pelan agar Hana tidak terbangun dan Evan memutuskan untuk tidur di lantai.

***

Pagi harinya, Hana terkejut karena menemukan dirinya ada di rumah Evan. Wanita itu bahkan sempat-sempatnya melihat baju yang dia pakai dan setelah tau bahwa bajunya lengkap, Hana tiba-tiba saja menghembuskan nafasnya dengan lega.

Beberapa saat kemudian, Evan masuk ke dalam kamarnya dan menemukan Hana yang sudah bangun.

Pria itu duduk di samping Hana dan mengelus kepala wanita itu. "Gimana? Udah enakan perasaan lo?" tanya Evan yang langsung membuat Hana mengangguk pelan.

Evan tersenyum kecil dan kemudian menarik tangan Hana untuk mengikutinya, "ya udah. Yuk, kita sarapan."

Hari ini adalah hari minggu dan keduanya tidak perlu takut untuk telat.

Sesampai di meja makan, Hana cukup merasa malu karena keluarga Evan sudah berkumpul untuk sarapan bahkan mereka menunggu Hana terlebih dahulu sebelum akhirnya sarapan bersama.

"Pagi, Kak Hana," sapa Lea dengan ramah. Namun, Hana hanya mampu membalas dengan senyuman. Dia sekarang sangat gugup dan takut berbicara hal yang tidak-tidak.

"Makan, Nak. Maaf ya, sarapannya cuman nasi goreng sama telur ceplok," jelas Sari sembari menaruh piring di hadapan Hana.

Kini, wanita itu sudah duduk rapi di meja makan dengan Evan yang berada di sisi kirinya dan Sari yang berada di sisi kanannya.

Mereka semua makan dalam diam. Hana pun sadar bahwa kebiasaan Evan makan itu berasal dari keluarganya.

Setelah makan, mereka langsung mengangkat piring masing-masing untuk dicuci. Hana ikut berdiri. Namun, langkahnya tertahan karena tiba-tiba Evan mengambil piring yang dia pakai sebelumnya.

Hana terus mengekor di belakang Evan dan memperhatikan pria itu yang tengah asik mencuci piring.

"Yang bersih loh ya," ledek Hana sembari tersenyum.

Evan ikut tersenyum dan menatap ke arah Hana, "iya, Nona Hana."

Tiada hari santai bagi keluarga Evan. Kini mereka tengah melakukan banyak pekerjaan rumah, seperti mencuci baju, membersihkan rumah bahkan menyiram tanaman. Semua ikut bekerja dan Hana juga ikut membantu.

Perasaan wanita itu kini tengah sangat baik bahkan dia tidak memikirkan untuk pulang karena dia sangat nyaman berada di rumah Evan.

Malam tiba, Hana dan keluarga Evan tengah menonton bersama bersama.

Tayangan televisi ternyata tidak seburuk itu, pikir Hana.

Namun, sebuah ketukan yang tiba-tiba membuat keheningan di antara mereka.

Lea berdiri dan kemudian berjalan menuju pintu masuk rumahnya. Setelah terbuka, Hana menjadi satu-satunya orang yang terkejut karena menemukan sang Ibu tengah berdiri di pintu itu.

***

Yeay, bab 24💞

***

Jangan lupa tinggalin jejaknya ya.

***

Makasih💕

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro