2 - CodeRed

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


14 Februari 2015

Dermaga Markas GASSS.

"Ini ada apa, Ron?" tanya Joy sesubuh itu. Semalam Roni mengabarkan berita mengejutkan. Kelima agen Misi 44 yang ditugaskan stand by setelah penangkapan Larry Wong dan penggagalan penculikan berikut jual-beli anak pemimpin negara lewat kargo ilegal lima hari lalu, tiba-tiba mendapat kode merah.

Mereka bahkan hanya tidur dua jam untuk kemudian segera menyiapkan diri sebelum subuh hari begini harus menyeberang dari Mapur ke Bintan, lalu lanjut perjalanan darat sampai ke Pelabuhan Tanjung Uban. Semakin Joy bertanya, Roni sebagai kepala regunya tidak bisa menjawab. Sesungguhnya, Roni juga tidak tahu mengapa komandan utama tim Bintan tiba-tiba memanggil mereka semua, lebih-lebih ditambah kode merah.

"Waktu kita terbatas. Kita diminta ke Pelabuhan Tanjung Uban untuk segera menuju ZEE Indonesia-Singapura," tambah Roni singkat. Ia tidak ada waktu untuk menjelaskan duduk perkaranya. Kepalanya yang nyaris plontos, tertiup angin dingin Pulau Mapur.

Joy dan Martha sudah lengkap dengan pakaian taktis mereka. Kedua gadis agen rahasia itu duduk segera di salah satu bagian speedboat. Sementara itu, Bima mengangkut bahan bakar untuk suplai tambahan dan Reynaldo bersiap di bagian kemudi. Roni yang memastikan timnya sudah siap semua, barulah melepas rantai kapal cepat itu dari tiang dermaga. Sebagai kepala regu, ia selalu naik terakhir.

"Jalan sekarang, Rey," tegas Roni. Mata cekungnya di bawah dahi yang agak maju, menatap nyalang di kegelapan subuh. Matahari bahkan belum hendak memunculkan semburat merah, seolah pertanda seharian akan mendung.

Beberapa saat Rey terdiam untuk memastikan tak ada keanehan di kapal yang mereka tumpangi, lalu ia pun mengendalikan kemudi. Speedboat berjalan konstan di tengah ombak kecil kawasan Laut Cina Selatan. Mereka akan menuju bagian utara Pulau Mapur untuk bergabung dengan kapal milik tim lain yang lebih besar dan langsung menuju Pelabuhan Tanjung Uban.

Di tengah perjalanan yang hening, Roni mulai memasang posisi duduk siaga. Joy tengah mengencangkan rompi anti peluru dan mengencangkan ikat rambutnya saat Roni berdeham.

"Negara kita dengan Singapura tidak ada perjanjian ekstradisi," ujar Roni singkat. Alis tebal dan kedalaman matanya tampak seperti pembunuh berdarah dingin. Apalagi dengan kata-katanya yang selalu singkat dan tegas, Roni jelas cocok jadi pemimpin grup Joy.

Joy sendiri tak bisa memungkiri kalau Roni menarik. Tapi, hubungan cinta dengan kawan kerja, sudah pasti tidak bisa bertahan lama. Joy bahkan tidak mau peduli kalau Bima saja menaruh hati padanya. Ia senang diperhatikan Bima, tapi ia tahu hubungan seperti itu tidak akan berhasil bagi dirinya, seorang agen rahasia.

Saat tengah berpikir macam-macam, Martha mengomentari perkataan Roni. "Jadi, maksudnya ada kejadian di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia - Singapura."

"Karena kejadiannya di tengah-tengah, kita harus memastikan bahwa mereka tidak tembus Singapura. Jika itu terjadi, kita kehilangan kesempatan untuk menangkap mereka," jelas Roni lagi.

Bima ikut berkomentar, "Siapa 'mereka' yang kau maksud?"

"Lingkaran ketiga Da Lei Grup. Mereka semacam kepala seremonial atau incense master yang melakukan rekrutmen dan kaderisasi kalau dalam Triad. Mereka tentu saja salah satu jembatan dari pemimpin teratas Da Lei Grup. Misi 44 kemarin ada celah, salah satu anak ada yang terbawa sebagai sandera dan itu anak direktur BUMN," tambah Roni lagi.

"Lho? Kok bisa?! Divisi taktis gimana sih kerjanya bisa enggak kelar begitu?!" seru Joy dan Martha hampir bersamaan. Mereka berdua langsung saja mengingat ketika sedang susah-susahnya menghajar Larry Wong untuk mendapatkan informasi.

"Jangan ngomong begitu, mungkin memang penaksiran situasi mereka saat itu agak melenceng. Jumlah anak yang diculik tepat, tapi satu anak ternyata hanya umpan dan bukan anak direktur BUMN sebenarnya. Memang cerdas Da Lei Grup ini, kita harus tetap fokus dan hati-hati di ZEE nanti," tutup Roni.

Sambil menahan kesal, Joy memandang jauh ke riak-riak ombak di hadapannya. Angin dini hari bertiup, menerbangkan rambut-rambut di sekitar pucuk dahinya yang baru tumbuh dan menebal.

Bima memandangi hal itu dan berfirasat buruk. Apakah hari ini terakhir baginya untuk memandangi Joy Elfreda, sang agen rahasia peringkat S yang disukainya sejak awal masuk tim ini?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro