19

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku membuka mata perlahan ketika merasakan sentuhan lembut di pipiku. Sebuah senyuman yang sangat manis lantas kudapatkan setelah netra ini berhasil terbuka. Tak ingin membiarkan senyum itu kesepian, aku pun menemaninya dengan cara ikut tersenyum.

"Pagi, Putri Siput."

"Pagi juga, Pangeran Jerapah."

Pergerakan kecil dapat kurasakan ketika lelaki tampan di sebelahku ini menggeser tubuhnya agar semakin dekat padaku. Dia mengarahkan tanganku untuk memeluk pinggangnya kemudian memberikan kecupan yang cukup lama pada keningku. Aku yang menerima itu hanya bisa tersenyum kecil.

"Gimana tidurnya? Nyenyak?"

"Eum."

Selama delapan tahun menjalani hubungan sebagai pasangan kekasih jarak jauh tidak membuat rasa sayangku padanya berkurang secara drastis. Kami saling menjaga kepercayaan satu sama lain hingga sekarang telah mencapai tahap yang lebih serius. Berpuluh-puluh masalah telah kami hadapi, tetapi tak ada satu pun yang berhasil membuat hubungan ini berakhir. Aku bersyukur akan hal itu.

Kupikir menikah hanyalah sebuah khayalan untuk kami berdua. Namun, khayalan itu berhasil menjadi kenyataan sejak satu bulan yang lalu. Aku sangat senang akan hal itu, begitu juga dengannya.

"Aku mau minta sesuatu." Kedua mataku lantas terpejam ketika dia tiba-tiba membelai pipiku dengan jemarinya yang—cukup—panjang. "Tetap kayak gini buat selamanya, ya."

"Maksudnya?"

"Ya, tetap sayang sama aku. Jangan pindah hati ke cowok yang lain. Janji?"

"Pasti, kamu satu-satunya." Aku semakin merapatkan diri dan mengeratkan pelukan pada pinggangnya yang tidak terlalu besar untuk ukuran lelaki.

"Kenapa kamu nggak pernah ragu ngucapin sesuatu kayak gitu?"

"Eum … karena aku yakin Tuhan emang suruh aku buat sayang sama kamu dari dulu, hari ini, besok, dan sampai aku nggak ada nanti."

Dia tersenyum mendengar jawabanku. Secepat kecupan bibirnya pada keningku, secepat itu pula aku terjaga dari alam bawah sadar yang mendorongku hingga kembali ke kenyataan. Kosong. Tidak ada satu jiwa pun di dalam kamar ini selain aku. Untuk yang kesekian kalinya, aku harus menyadari bahwa semua itu hanyalah mimpi akibat khayalanku yang terlalu tinggi. Namun, aku percaya bahwa mimpi itu akan menjadi kenyataan di masa yang akan datang.

My boy, would you stay on my heart and be the part of my life? I want you stay by my side when I wake up and when I open my eyes. I just wanna see your face.

Drabble write by Schyler_

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro