🔆Sisi Lain yang Terungkap🔆

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bagi Azkia, cinta itu sangat membingungkan. Jika tak tepat sasaran pasti akan menjadi bumerang bagi diri sendiri. Ibarat dalam pencampuran obat sitotaksik, jika terdapat kesalahan dalam perhitungan itu akan sangat berbahaya bagi dirinya dan pasien yang diberikan obat tersebut. Begitu pun dengan definisi cinta.

Azkia mengaduk vanila latte yang sudah dingin. Minuman rasa vanila adalah favoritnya. Minuman aroma vanila yang biasa membuatnya tenang, kali ini tak lagi memiliki efek magis dalam tubuhnya.

Laki-laki minim ekspresi itu berdiri menyudahi pertemuan ini, sialnya Kayla memilih tidak kembali bergabung dengan mereka. Alasannya karena letak kampus yang dekat dan berseberangan  kafe ini. Entah itu betulan atau sengaja memberikan ruang pada dua orang yang kasmaran tetapi memilih ego masing-masing. Kayla sendiri geregetan melihat keduanya karena sebenarnya dari tatapan mereka menyimpan rasa satu sama lain.

Perjalanan kembali diisi kebisuan. Padahal matahari pelan-pelan sudah muncul memberikan kehangatan, pukul delapan pagi tak segelap waktu lalu, saat hujan mengguyur bumi.  Sayangnya sinar tak mampu melelehkan ketegangan di dalam mobil.

“Pulang kerja jam berapa? Biar nanti saya jemput,” tawar laki-laki yang tak suka basa-basi.

Napas Azkia tercekat, tenggorokan mendadak kering, padahal belum lama menghabiskan minuman di kafe. “Tidak perlu repot-repot menjemput. Nanti  pulang bersama sahabat saya. Jadwal pulang kerja bisa berubah-ubah,” tolak Azkia secara halus.

Benar saja, beberapa detik kemudian terdengar dengkus napas berat laki-laki yang sudah fokus mengemudi. 

“Penolakan sekarang bukan berarti penolakan untuk selanjutnya, kan? Atau jangan-jangan Anda akan menghindar selamanya dan tidak mau bertemu saya lagi?” tebak Irsyad dengan nada sengit.

Azkia memilih diam karena itu adalah cara terbaik untuk tidak mengibarkan bendera peperangan karena pastinya Irsyad yang akan menang. “Nanti saya kabari jika sudah mempunyai waktu yang pas untuk bertemu dengan Anda.”

Irsyad hanya bisa menelan kekecewaan. Bagaimana  bisa dekat dengan perempuan itu Jika hubungannya seperti ini, terasa sangat formal seperti sedang berhadapan  dengan relasi bisnisnya.

Diam-diam di balik mata yang berat, Azkia menikmati sosok yang hanya tampak punggung saja. Tubuh itu sangat tegak ditambah potongan rambut tipis.

Dalam hati Azkia, ada titik di mana ia takut berumah tangga. Walaupun sebenarnya ada setitik cinta untuk Irsyad.  Azkia takut jika dia gagal menjadi istri laki-laki yang memiliki kecerdasan tinggi dan tampan itu. Dia takut Irsyad tak kunjung berubah sikap. Tantangan yang paling besar adalah saat mereka menemukan orang lain yang mampu menumbuhkan cinta. Apakah pernikahan akan bertahan atau hancur?

Pintu mobil terbuka dan Irsyad sudah berdiri dan memberikan tatapan yang menyedihkan karena perpisahan hari ini akan terjadi. Niat hati untuk mengajak masuk ke dalam jebakan, yang ada malah dirinya terjebak pada suasana yang membuat hati tidak karuan. Kebersamaan kurang lebih satu jam menumbuhkan dan menguatkan jika Azkia adalah calon masa depannya

“Gute Nacht,”¹ ucap Irsyad sebagai salam perpisahan.

Azkia menahan senyum di bibirnya yang mulai kering. Ingatan dipaksa kembali pada surat di dalam botol. Jika kemarin ia hanya bisa bermimpi, sekarang laki-laki itu benar-benar peduli dengannya.

“Danke,”² balas Azkia masih dengan senyum disertai lesung pipinya.

Kesedihan karena perpisahan hari ini sedikit terhibur dengan ucapan barusan. Tidak ada ketegangan di wajah cantik itu. Seandainya  saja situasi ini hadir ketika di kafe tadi, mungkin saja penyakitnya seketika langsung hilang karena senyuman barusan ibarat obat untuk hati Irsyad.

Laki-laki itu melupakan sesuatu yang sudah dipersiapkan dari kemarin. Bukan cincin tunangan atau pun bunga, melainkan sebuah map berwarna hijau untuk diserahkan kepada Azkia.

“Apa ini?” tanya perempuan itu dengan keheranan karena tidak menahu apa isi di dalamnya. Ingin rasanya cepat-cepat membuka untuk mengurangi rasa penasaran tetapi laki-laki itu mencegahnya

“Itu CV saya sebagai permintaan untuk taaruf. Baca di dalam saja. Siapa tahu bisa jadi pertimbangan dan membuat kamu berubah pikiran untuk secepatnya minta dilamar,” canda Irsyad sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

Azkia cukup tertegun. Ia mengira orang yang minim ekspresi tidak tahu perihal taaruf dan batasan antara laki-laki dan perempuan. Pantas saja saat di mobil, Irsyad menyuruhnya duduk di belakang. Jendela mobil di samping laki-laki itu sedikit dibuka. Pertemuan mereka tak hanya berdua tetapi ada Kayla di sana. Rasa kekaguman pada laki-laki itu semakin bertambah.

“Insyaallah jika senggang, nanti saya baca.”

Irsyad mengangguk, mencoba memberikan senyum walaupun terasa kaku mengiringi langkah menuju kembali ke mobil. Baru hendak menutup mobil, panggilan lirih membuatnya menatap kembali pada sosok yang tengah mencari sesuatu di dalam tas.

“Kamu panggil apa barusan?” Laki-laki itu kurang suka dengan penyebutan Azkia barusan.

Tangan Azkia yang sedang mencari barang terselip di tas, akhirnya menatap wajah Irsyad yang sudah kembali normal — dingin dan tidak bersahabat. “Bapak? Apa saya salah panggil ?” terka Azkia bingung.

“Setelah ini, langsung baca CV saya. Setelah itu kamu tahu berapa umur saya,” ucap Irsyad dengan nada yang sangat ketus.

Azkia mengangguk, enggan menimpali barusan karena malas menanggapi perdebatan kembali. Ia lalu menyerahkan sebuah benda untuk diserahkan. Benar saja, manik mata hitam langsung membulat menatap barang yang sudah ia buang. Tak menyangka juga akan kembali pada  orang yang tepat menemukan benda ini.

“Jaga baik-baik benda ini, Pak. Jangan karena sudah tidak ada gunanya atau memberikan suatu kesan yang buruk, seenaknya membuang begitu saja. Sama saja  dengan sebuah pernikahan, seburuk atau sebanyak apa pun kekurangan pasangan tetap saja harus kita terima karena pasti ada sisi bahagia yang akan kita lupakan pada saat kecewa.”

Irsyad mematung, terkesima dengan ucapan barusan yang terasa di mengena di hatinya. ‘Tunggu aku di depan orang tua kamu,’ janji Irsyad dalam hati.

****

Rintik hujan turun semakin deras. Matahari seakan kehilangan jati dirinya karena ditutup paksa oleh akuarel yang membawa hujan. Cerau air dari langit membuat ingatan perempuan pada ayahnya yang meninggalkannya tanpa pamit kecuali secarik kertas yang selalu ia simpan di bawah bantal. Berharap bisa bertemu walaupun sekadar dalam mimpi. Tangan perempuan yang semakin kurus, diarahkan pada kaca jendela yang sudah berembun. Jari di sana melukiskan sebuah nama yang tak begitu jelas tetapi cukup terbaca karena menampilkan  sebuah nama seseorang.

Laki-laki yang sedari tadi menemani perempuan itu,   pura-pura tersenyum melihat perempuan yang dicintainya, tengah menikmati air hujan dari balik kaca jendela. Ray seperti menelan duri kaktus melihat kenyataan terpampang di depan mata. Ia memang berhasil memiliki raga Almira tetapi tidak dengan hati perempuan itu.

Dua orang perempuan tergopoh-gopoh masuk suatu tempat yang sudah dijanjikan. Sebenarnya orang yang barusan datang dilanda kelelahan yang hebat. Perempuan yang identik dengan kerudung, semalaman telah  bekerja  di rumah sakit dan satu lagi  baru pulang  dari luar kota untuk kepentingan dinas. Namun, untuk keinginan sahabatnya, mereka mengabaikan itu.

“Kenapa mengajak ketemu saat cuaca tidak tepat seperti ini?” tanya Azkia bersimpuh di depan perempuan yang menggunakan kursi roda. Kedua tangan disandarkan pada pundak itu. Almira meraih tangan orang yang baru dikenal tetapi sangat peduli dengan hidupnya.

“Aku ingin kita berkumpul saja, merayakan kebersamaan sebelum ajal menjemput.”

Azkia menatap Anisa dengan tatapan yang sulit diartikan. Mata langsung menatap bawah, menyaksikan tangannya yang sudah berhiaskan beberapa helai rambut  rontok milik Almira.

Persahabatan yang terjalin sekitar tiga bulan terakhir setelah vonis mematikan pada pasien yang bernama Almira. Dua orang tenaga medis yang tak lain Azkia dan Anisa cukup trenyuh dan prihatin terhadap artis yang namanya sudah memudar akibat sakit. Butuh perjuangan ekstra bagi keduanya  untuk meyakinkan Almira jika kebahagiaan dan kebersamaan mereka bisa mengurangi rasa sakit yang terus mencengkeram.

----
Catatan kaki:
¹ (Jerman): Selamat tidur
² (Jerman): Terima kasih

•┈┈•••○○❁❁𝕯𝖗𝖊𝖆𝖒𝖘 𝕮𝖔𝖒𝖊 𝕿𝖗𝖚𝖊❁❁○○•••┈┈•

Terima kasih untuk para pembaca 𝕯𝖗𝖊𝖆𝖒𝖘 𝕮𝖔𝖒𝖊 𝕿𝖗𝖚𝖊 yang sudah mengikuti cerita ini dari awal sampai part ini.  Cerita ini tidak akan dilanjutkan karena kelanjutan ada du versi cetak. Jika ada yang tertarik dengan novel  ini bisa loh ikutan Waiting List  ke penulis, bisa hubungi ke http://wa.me/6289680710616 . Dapatkan gift menarik botol minum cantik dari penulis. Untuk kisaran harga novel sekitar 70-80k, siap-siap nabung dari sekarang.  PO akan diinfokan di sini. Terima kasih.

•┈┈•••○○❁❁𝕯𝖗𝖊𝖆𝖒𝖘 𝕮𝖔𝖒𝖊 𝕿𝖗𝖚𝖊❁❁○○•••┈┈•

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro