🔆Kencan Pertama Kali🔆

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Keringat dingin bermunculan pada wajah Azkia ketika dilanda kepanikan. Berulang kali bertanya kepada pengemudi akan dibawa ke mana dirinya tetapi belum ada jawaban.

Pelan-pelan tubuh disandarkan pada kursi mobil, pasrah dengan apa yang akan terjadi. Azkia sendiri percaya jika Irsyad adalah orang yang terpelajar, namanya sempat menjadi trending lulusan terbaik di Jerman. Ia pasti tidak akan melakukan hal buruk karena bisa berpengaruh pada nama baiknya yang sudah dibangun mati-matian.

Azkia memejamkan mata sejenak, rasa lelah yang luar biasa membuat  kulit di bawah mata sedikit menghitam.

“Sudah sarapan?”

Untuk pertama kali Irsyad membongkar kesunyian mereka. Azkia yang hampir terlelap, tubuhnya seketika tersentak karena kaget mendengar suara barusan. Suara Irsyad sudah kembali ke normal, tidak sama seperti pertemuan di loket, terdengar penuh kebencian.

“Saya ingin pulang ke kost. Sepertinya Anda paham di mana alamat kost saya, kan? Saya pernah memergoki Anda bertemu dengan Novita,” ucap Azkia.

Irsyad kembali bungkam dan melanjutkan mengemudi. Ingin rasanya tertawa karena diam-diam ternyata Azkia sering memperhatikan dirinya.

‘Bodoh. Kenapa kamu tidak turun saat aku ke sana? Mungkin cerita tidak akan serumit ini.’

Irsyad entah sudah berapa kali mencuri pandang lewat kaca di depannya. Sosok di belakang sangat berbeda dengan gambar yang Novita tunjukkan. Perempuan ini lebih cantik, bahkan lesung di pipi ingin sekali mencubit karena saking gemasnya.

“Astaghfirullahaladzim,” bisik Irsyad sambil fokus mengemudi. Tangan menggeser kaca di depan agar bayangan perempuan di belakang tak mengganggunya.

Mobil menepi dekat supermarket ternama. Irsyad menyentuh layar ponsel untuk berkirim pesan pada seseorang. Namun, suara berisik di belakang membuat dirinya menoleh pada perempuan itu.

“Ada apa?” tanyanya singkat.

Azkia semakin geregetan, ingin rasanya memukul kepala orang di depannya dan kabur dari mobil ini. Bagaimana tidak, semenjak mobil ini berhenti, laki-laki itu tak menggubris panggilannya.

“Saya ingin pulang, mau istirahat. Nanti saya kebagian shift dua,” lirih Azkia dengan muka memelas. Badan rasanya sudah tidak ada tenaga, padahal nanti adalah jadwalnya yang paling berat, pencampuran obat sitotoksik karena ada pasien yang akan kemoterapi.

Irsyad cukup trenyuh dengan wajah memelas di depannya. Niat hati mau memberikan pelajaran, tetapi melihat Azkia yang terus menguap dan bolak-balik terkantuk sepertinya enggan meneruskan kembali apa yang ada di otaknya.

Laki-laki itu segera membalikkan badan menghadap kemudi. Terlalu memperhatikan Azkia dari gaya bicara, bahasa tubuh membuat jantung Irsyad bekerja semakin cepat. Tak baik untuk kesehatan mata dan hatinya. Ini adalah kedua kali kembali merasakan cinta setelah cintanya pada Almira.

Pintu mobil depan terbuka, masuklah gadis cantik, tinggi dan berkulit putih. Usianya sekitar menginjak dua puluh tahun.

Di depan mata Azkia sendiri, gadis itu menempelkan pipi pada pipi Irsyad. Yang membuat hati panas, laki-laki itu hanya diam saja, tanpa penolakan. Keduanya kemudian menghadap depan. Irsyad kembali mengemudi mobil dan sosok di sebelahnya sudah berkutat dengan ponselnya. Mereka tak menghiraukan jika ada satu penumpang lain di belakang dengan mata yang memerah karena dibakar api cemburu.

Azkia hanya bisa memeluk tas seerat mungkin untuk melampiaskan  kekesalannya. Mobil memasuki pelataran kafe di daerah Kemang. Perempuan yang masih memakai pakaian kerja hanya bisa pasrah mengikuti alur yang Irsyad ciptakan.

Pintu di samping Azkia terbuka, mata melirik ke arah gadis tadi yang sudah berdiri di dekat pintu masuk kafe. Sedangkan yang membuka pintu untuk Azkia tak lain laki-laki dingin itu. Di tangannya terdapat sebuah payung untuknya agar tidak kehujanan.

“Ayo turun.”

Berdua dalam satu payung dengan jarak lumayan dekat, membuat Azkia merasa otaknya berhenti memberikan impuls, sehingga ia tak bisa berbuat apa-apa. Jalan yang tampak dekat akan terasa panjang padahal hanya beberapa meter saja.

Kayla yang sudah berdiri sejak tadi tersenyum menyambut kedatangan perempuan yang akan menjadi iparnya. Setelah teror semalam pada kakaknya, akhirnya Irsyad mau berterus terang tentang yang apa yang sudah terjadi. Oleh sebab itu, Kayla memaksa ingin ketemu dengan sosok yang berhasil mengalihkan Almira di hati kakaknya.

Azkia terpaksa tersenyum dan masih bertanya-tanya tentang sosok ini. Melihat bekas air hujan di baju gadis itu mengisyaratkan jika Irsyad lebih mementingkannya agar tak kehujanan.

“Perkenalkan saya Kayla, adik Kak Irsyad.”

Ucapan perkenalan barusan seketika membuat hati Azkia sedikit tenang, rasa penasaran tentang siapa sosok ini terjawab sudah. Keduanya berkenalan sambil berpelukan hangat.

Tak sengaja tatapan Azkia tertuju pada sosok yang terus memperhatikannya. Laki-laki itu tampak salah tingkah dan menyuruh untuk masuk.

“Saya di meja samping, biar tidak mengganggu kebersamaan kalian,” pamit Kayla langsung menuju meja dengan ukuran lebih kecil di samping mereka berdua.

Tinggallah Irsyad dan Azkia saling berhadapan. Sebuah buku menu disodorkan laki-laki itu dekat tangan Azkia. Perempuan itu hanya bisa menggeleng lemah karena laki-laki minim ekspresi ini sulit sekali untuk ditebak. Ia tak sepenuhnya percaya mengapa ada laki-laki secuek ini ada di dunia.

Azkia menatap menu di depan laki-laki itu, semangkuk bubur ayam dan segelas teh hangat. Menu yang sangat cocok untuk orang yang sedang kurang enak badan. Tangan Azkia meraih segelas vanila latte dan dua potong roti gandum bakar sudah tersaji cantik di dekatnya. Aroma vanila sedikit menenangkan ketika harus berhadapan  dengan manusia kutub.

“Kenapa kemarin tak mau bertemu dengan saya?” Suara dingin itu akhirnya keluar juga. Tidak hanya Azkia yang kaget, Kayla yang sedari tadi melihat layar laptop terpaksa menatap ke arah mereka berdua. Pasangan yang sangat unik, pertemuan yang seharusnya santai malah terkesan kaku dan aneh.

“Maaf kemarin ada keperluan mendadak,” balas Azkia.

“Jangan pernah berbohong pada saya,” sindir Irsyad menyudahi makanan yang masuk hanya beberapa sendok saja.

“Sa-saya belum bisa bertemu karena masih ragu. Apalagi keinginan Anda membicarakan masalah masa depan terkesan mendadak dan terburu-buru. Apalagi kita belum pernah bertemu dan saling mengenal,” balas Azkia dengan wajah panik. Dari pertama ia sudah mempersiapkan hati jika laki-laki ini akan menyinggung masalah ini.

Irsyad hanya mengangguk. Ia tak menyangka jika ada sepotong ruang tidak nyaman  dalam hati Azkia. Situasi serba mendadak seperti ini membuat  ruang itu tidak bisa dimasuki, kecuali perihal waktu dan rasa nyaman yang mungkin bisa saja hadir setelah pertemuan ini.

“Ajakan yang saya tulis di kertas bukanlah main-main. Saya sangat serius dengan apa yang ditulis kemarin,” ujar Irsyad penuh penekanan dan harapan agar Azkia tahu maksud hatinya. Laki-laki itu sendiri sudah lelah dengan perempuan yang selalu datang  dalam mimpinya. Mungkin  ini adalah teguran dari Allah untuk segera melepas masa lajangnya.

“Beri saya waktu.”

Jawaban barusan terasa menggantung dan Irsyad tak puas dengan itu. Ia melirik perempuan di depannya yang tengah memainkan sendok di atas roti.

“Mau sampai kapan?”

Azkia tidak bisa tenang karena interogasi laki-laki itu, pergolakan batinnya, dan Kayla yang ikut mendengarkan pembicaraan mereka. “Sampai saya benar-benar siap.”

“Hati kadang bisa berubah-ubah, bisa jadi saat ini saya mencintai Anda tetapi bisa jadi esok atau lusa saya sangat membenci Anda. Apakah siap kehilangan jika saya benar-benar pergi untuk mencari hati lain yang lebih baik dari Anda?”

Ucapan barusan sangat menampar hati Azkia, telinga dan wajahnya sempat memerah? Padahal di hati kecilnya menyimpan sedikit rasa simpatik pada laki-laki itu. Kagum dengan prestasi yang diraih, bukan sikap dingin dan kelewat cuek yang membuat hatinya bimbang dan belum siap menerima ajakan hidup bersama. Apa jadinya jika besok-besok Irsyad tahu kedekatan dirinya dengan Ray dan Almira?

Ini hanyalah perihal waktu yang akan menjawab rahasia mereka berempat yang sudah disimpan rapat-rapat.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro