09 | Perburuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema: Old West
Karakter: Ganyu

-

Dulu, perburuan kepala manusia pembuat onar tidak seperti sekarang.

Mengingat tidak banyak manusia yang memiliki Mata Tuhan di kala itu, mereka umumnya membidik sasaran dari jauh menggunakan panah - entah panah yang telah dibakar dengan api atau panah dengan mata yang sangat tajam. Memang, habitat yang paling indah menurut Ganyu untuk mempraktekkan panahannya adalah gunung-gunung dengan semak-semak yang rimbun. Kala itu, membunuh manusia terasa lebih sulit karena geografi yang tidak mendukung. Semenjak ada banyak daerah Liyue yang gersang akibat perang para Adepti yang menginginkan kuasa, tidak ada banyak tempat untuk pemanah bersembunyi.

Dulu juga, kuda begitu liar ada di padang rerumputan. Semua orang bisa memiliki kuda mereka sendiri, berbeda dengan sekarang saat seluruh kuda diatur oleh Millelith dan Liyue Qixing. Kuda-kuda liar itu pula yang membuat manusia pembuat onar semakin sulit dicari. Walau begitu juga, manusia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kemampuan memanah para Adepti.

Memorinya mungkin tidak sekuat dulu, tapi Ganyu ingat ketika ia diminta oleh Qixing pada zaman-zaman awal untuk membantu mereka memburu seorang manusia yang kerap mencuri dari pelabuhan. Manusia itu kerap terlihat saat malam, bahkan poster wajahnya dan harga kepalanya sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Pelabuhan Liyue saat itu. Lagi, tidak ada yang bisa menangkapnya, entah karena alasan apa. Selidik boleh selidik, pria ini bukan merupakan anggota perompak. Pria ini juga tidak tinggal di gunung yang kerap dikunjungi Ganyu.

Rex Lapis bersabda pada mereka di hari itu, "Manusia itu mungkin kabur ke tempat yang mudah dicari, lagi membuatnya sulit untuk ditemukan."

Tempat pertama yang terlintas di benak Ganyu adalah Lapang Guili, yang masih rata oleh pasir sejak peristiwa perang Archon. Memastikan dahulu perihal apakah tebakannya benar, Ganyu pamit lebih awal hari itu dari pekerjaannya sebagai sekretaris Yuehai Pavilion.

.

Padang pasir adalah tempat yang terasa asing bagi dirinya, seorang setengah Adepti yang selalu dikelilingi oleh hijau dan air jernih. Sulit baginya untuk melayangkan satu bidikan saja ke arah sang pria yang memacu kuda hitam itu, membelah tanah yang gersang, alih-alih segalanya hanya permainan belaka.

Ganyu hampir kehabisan ide untuk mencoba memanah, ketika ia mendapat ide untuk memanfaatkan pasir yang ada di sana.

Pasir itu sangat panas, lebih panas dibandingkan pasir yang ada di dekat air muka pantai. Siasat berikutnya yang ia lancarkan, adalah untuk menghadapi pria itu dengan berhadapan, tidak mengejar kudanya dari belakang. Ganyu berlari cepat, alih-alih menghalau kuda yang hendak menukik, lagi ia melempar pasir itu tepat di mata sang kuda. Kuda hitam gagah itu pun terhuyung, melemparkan sang pria ke hamparan padang pasir.

"Semoga Rex Lapis memaafkan segala kesalahanmu."

Satu bidikan cukup untuk memisahkan kepala dengan tubuh sang pembuat onar, tidak perlu membuatnya terlalu lama meronta di atas tanah. [ ]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro