How to run from The Mess u made

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng










BELUM!

Belum usai pesta perayaan yang harus kudatangi seminggu ini, pertama undangan nyonya ketua jendral yang sudah ku datangi, lalu pesta perayaan penyambutan yang di khususkan oleh para bangsawan di aula tengah rumah beliau, yang mana pada malam ini sedang ku hadiri.

lalu pesta perayaan secara umum yang di adakan untuk rakyat bertempat di lapangan akan di ubah menjadi pasar malam yang penuh makanan, lalu pesta pernikahaanku, dan yang terakhir pesta menyambut musim dingin.

Rasanya aku akan mati sebelum sampai pda pesta pernikahaan miliku.

Lagi pula tidak ada yang tahu aku akan tetap di athaholland atau di costaguana.

Berdiri di tengah hall dengan dress berenda bewarna unggu muda, rambut di sanggul dengan kepangan indah, lalu ornamen bunga di atas kupingku membuatku sedikit geli akan rendanga. Perlu ku jelaskan, kalung emas ku ini sangat berat hingga membuat leherku sakit, sepatuku tidak nyaman akibat pembuatnya terlalu di buat pass oleh bentuk kakiku, lalu yang penting, KORSET KU MENCEKIKU KEMBALI.

Ruang hall sudah penuh di isi oleh seluruh bangsawan Costaguana ataupun Athaholland, mereka semua berbaur dalam balutan dress dan pakaian terbaik mereka. Hilir mudik pelayan membawakan minuman minuman berbeda warna, meja meja di setiap pojok yang menawarkan minuman selalu kembali di restock oleh yang baru. Aula tinggi bernuansa dewa dewi, pahatan indah layaknya castill negri dulu, aku bahkan bisa mencium aroma kemewahan dari radius berapa puluh meter dari mansion mewah ini milik sang jendral keluarga Evzen, keluarga nyonya Lily.

Bisa di lihat pada sanping tangga yang menjuntai dari lantai atas menuju lantai hall room yang tepat berada di tengah tengah, si sampingnya kanan kirinya, sudah berdiri pada pemain alat musik yanh siap menggesekan alat musik mereka untuk mengikuti irama dansa kali ini.

The inggrid baru sampai setelah pesta perayaan di mulai 30 menit lebih awal. Yah ini semua karena Putri Lizzie yang paling cantik harus mempersiapkan dirinya, ini pesta kedua setelah debutante nya, yang mana pasti banyak pria yang akan menghampirinya untuk menikahinya. Ibuku repot sekali membuat anak perempuan terakhirnya menjadi sewangi bunga mawar sungguhan, Lizzie sangat cantik dan usaha ibu juga para pelayan tidak sia-sia.

Mungkin saja, dalam jadwalku disana lebih dulu pesta pernikahaan lizzie lalu kepulanganku ke costaguana.

Di tengah, para pemuda dan pemudi mulai bersiap berdansa ketika lagu - the perfect time, lagu dansa romantis kelompok milik Athaholland mulai di putar. Lizzie terlihat sudah di tarik oleh pria kaya yang tampan dari keluarga Ternè yang memiliki tambang garam di Athaholland, keluarga Terne sendiri sejatinya orang costaguana. Pilihan yang bagus Lizzie.

Jika kalian berandai andai, dimana kah aku? Tentu saja di deket meja penuh biskuit.

Aku sudah pernah bilang bahwa keluarga Evzen memiliki snack biskuit yang lezat. Jadi saat baru sampai mataku sudah sibuk sendiri menyapu pandangan mencari meja berisi kue kue manis dengan tampilan paling menggiurkan. Aku akan memakanya semua rasa! Akan ku coba satu persatu! Merasakan rasa manis yang di campur rasa wangi ketika mengunyahnya mengingatkan ku pada costaguana yang tidak pernah kehabisan makanan manis yang nikmat!

Athaholland lebih banyak rempah rempah di banding makanan pemanis seperti gula. Setiap hari memakan makanan gurih, asin, pedas dan berkuah. Kue disini sangat langka, mau semahal apapun itu hanya di kirim tiga bulan sekali dari costaguana.

Yah, aku memang ingin memfokuskan makan biskuit nikmat ini, tapi sepertinya ibuku sudah memberi tatapan galaknya dari sebrang sana. Menyipitkan matanya sambil menyuruhku untuk berhenti mengambil biskuit, lalu mata ibuku terseret untuk melirik area wanita dengan gaun putih yang sedang bersama suaminya, Nyonya dan Tuan Evzen.

Jadi, ya tentu saja aku menyudahi cicip mencicip kue nikmat ini untuk menggeret gaun besar ini menuju depan, dua pasangan paruh baya yang sedang memandang indah para pemuda pemudi yang sedang berdansa di tengah sana, menjadi topik perhatian seluruhnya.

Tubuhku berusaha melewati kerumunan orang yang mulai melipir ke pinggir, memberikan space para penari di tengah untuk menari dengan indah dan romantis ala gerakan tradisional Athaholland yang begitu ceria. Nadanya menaikan keharmonisan suasana kali ini. Alasanku bisa menyendiri mencicipi makanan juga karena tarian itu belum ku hafalkan dengan baik, mungkin saat instrumen lagu milik costaguana mulai di putar aku akan turun ke tengah sana. Tentu saja jika aku sudah menemukan pasangan ku malam ini, tapi kakaku dean bisa ku paksa supaya menjadi pasanganku.

"Dianaaaa!" Nyonya Lily terkejut melihatku, tatapnya memperhatikanku setiap detail dari ujung kaki hingga ujung helai rambutku, matanya jeli sekali memperhatikanku hingga aku takut remah biskuit masih tertinggal di sudut bibirku.

Aku tersenyum tepat ketika kipas renda putih miliku yang menutupi wajahku sedari tadi aku turunkan. Kakiku berhenti di hadapan kedua pasangan tua ini yang tampak serasi dan mewah melebihi siapapun.

"Keagungan dan berkat untuk costaguana, Selamat Malam Tuan dan Nyonya Evzen." Ujarku dengan angung, menurunkan tubuhku juga menundukan wajahku untuk memberi salam.

Nyonya lily menganguk, ia juga menurunkan tubuhnya pdaku dengan tingkatan kedalaman yang sama. Sedangkan Tuan Evzen menaruh telapak tanganya pada dada kirinya, menunduk dengan tegas kepadaku.

Sejatinya deretan kasta sosial kami sama di Athaholland, maka dari itu dalam salam kami sama sama menunduk satu sama lain. Mungkin jika kami bertemu di costaguana, beliau yang memberi salam padaku. Masyarakat costaguana selalu mengagungkan pemimpin daerah, jadi walaupun sekaya atau sepure apapun darahnya, orang itu harus tetap menunduk pada pemimpin daerah tempat yang ia tinggali.

"Berkat untuk costaguana." Balas Nyonya lily.

Tuan Evzen memandangku bingung setelahnya, "mengapa kau tidak turun dan menari bersama mereka, Diana?"

Ku jawab dengan pelan, "sepertinya aku terlalu sering bolos dalam pelajaran menari di daerah ini, Tuan."

Kedua pasangan itu tertawa dengan rapih, dan terlihat menjaga image mereka atas hubungan kami. "Ada banyak yang ingin berdansa denganmu, berikan mereka kesempatan." Tegur pria ini kembali

Aku menunduk dengan ramah menerima saranya walau dengan perasaan jengkel. "Akan ku lakukan."

"Kau sangat cantik, Diana." Nyonya lily melempar pujian, ia tersenyum puas melihat menampilanku setelah menscanya berkali kali melihat kekurangan padaku malam hari ini. Ini membuatku bisa sedikit bernafas lega,

Aku tertawa pelan, "ini berkat nyonya bukan? Nyonya yang merekomendasikanku untuk gaun bewarna merah muda pada acara ini, juga perhiasan pada toko yang nyonya rokemendasikan." Ujarku rendah diri.

Tuan evzen melirik istrinya dengan senyuman bangga. "Sudahku bilang lily, kau harus membuka butiq."

Nyonya lily tersipu malu, ia menutup mulutnya dengan tanganya yang lentik. "Ah, diamlah Jullian." Ujarnya tersipu malu

Obrolan kami terhenti sementara akibat tepuk tangan ricuh oleh para penghuni aula ini, kulihat juga kelompok tari disana sudah menunduk membrikan salam perpisahan pada pasangan dansa mereka.

Mataku ingin segera berbalik kembali menghadap Nyonya dan tuan Evzen jika saja aku tidak asing pada rambut hitam legam di bawah sama, mengunakan dress bewarna unggu anggur dan ornamen indah lainya. Mataku membelak, tubuhku menfrezee seketika.

Cezka, aku tahu bahwa gadis ini seorang bangsawan lokal. Tapi aku tidak menyangka bahwa kami akan bertemu di luar hutan seperti ini. Rasanya aneh melihat cezka anggun seperti itu.

Mungkin cezka sadar bahwa pungungnya di tatap olehku dengan bara api, hingga cezka pun ikut menoleh ke arahku. Matanya tidak kalah terkejut denganku.

"Woah, ternyata dansa sudah selesai." Nyonya Lily menyadarkan lamunanku segera.

Tubuhku kembali menghadap pasangan ini, rasa terkejutku masih belum hilang kini sudah kembali dikejutkan dengan manusia lainya yang bergabung pada kami. Celana dan jaz hitam yang serasi dengan tuan besar Evzen, aku tahu pria ini sebab kami satu sekolah dulu di costaguana, Leon. Leonardo.

"Tepat sekali kamu datang, Anaku." Nyonya Lily menyapa putra sulungnya dengan hangat. Leon mencium pipi ibunya dengan lenbut, lalu ia menunduk salam pada ayahnya.

dan aku disini diam mematung seperti orang bodoh.

Aku. Ingin. Menjauh. SEKARANG.

"Leon, ini Diana. Aku rasa kalian sudah saling kenal." Nyonya Lily menunjuku, berusaha agar aku tidak di abaikan.

Dengan mati matian menahan agar mataku tidak memutar malas, aku menunduk memberi salam padanya si yang seharusnya tidak layak aku beri salam. Leon pria gila, pemalas yang gila.

"Dean's little sister?" Ia bertanya

Nyonya Lily menunjuk Lizzie yang mengunakan gaun hijau muda di tengah pesta dansa. "The little sister, Lizzie yang menjadi queen of debutante tahun ini. Tapi tidak ada salahnya kamu berkenalan dengan kakaknya, bukan?" Ujar Nyonya Lily, matanya membelak juga pda putranya supaya menuruti perintahnya.

"Iya, tidak buruk berkenalan kembali dengan wanita normal." Ujar Leon menghela nafasnya, ia menjulurkan tanganya padaku. "Leonardo Barlett Evzen."

Aku menerima uluran tanganya. "Diana Stephanie Inggrid."

Lalu dengan menjijikan Leon mencium pungung tanganku dengan amat terpaksa, kami sangat terpaksa karena semua benar benar menoleh ke arah kami. Aku tidak menduga hal ini akan terjadi, ketika aku sengaja melepas sarung tanganku untuk mengambil biskuit barusan, menaruhnya pada saku di dalam gaunku. Dan harus kena sial membiarkan pria asing menyentuh kulitku.

Menjijikan,

aku tidak tahan. rasanya kenangan buruk itu mulai mencuat lagi pada permukaan ingatanku, sensasi dan atmosphere nya kembali datang. Mimpi buruk itu.

Instrumen milik costaguana masuk dalam telingaku, lagu Allegero III yang menjadi lagu dansa paling terkenal di costaguana. Mendadak satu hallroom menjadi semakin heboh, para orang tua mendorong anak anak nya untuk turun ke lantai dansa. Seluruh pria dan wanita muda costaguana, mereka semua dengan senyuman rindu pada negaranya turun ke lantai dansa.

Begitupun dengan Nyonya Lily yang tampa sempat aku mengucapkan satu dua kata, beliau mendorongku juga putranya untuk masuk ke dalam lantai dansa. Tentu saja tidak ada yang menghalangi hal ini, bahkan entah kenapa mereka semua malah terlihat menyiapkan space untuk ku berdansa disana.

Aku bahkan belum sempat kembali memasang sarung tanganku, tapi seluruhnya sudah mulai ricuh dan menoleh kepadaku. Seluruh wanita dan pria yang turun ke langai dansa, menoleh padaku dan Leon. Walau sempat bingung aku akhirnya sadar apa yang mereka tunggu, kesempatan.

"Kita tidak akan berdansa bersama." Ujarku tegas.

Ia terkekeh, "tidak ada yang ingin berdansa padamu, nona paling tinggi harga dirinya."

Leon pergi dari sisiku, berjalan masuk diantara pemuda pemudi itu untuk mencari pasanganya.

Kali ini jarak dengarku semakin mengecil, nafasku tersekat, mataku menatap lamat lamat pungung tanganku. Masih tidak sudi ada bekas kecupan menjijikan di atas tangan bersihku.

Semuanya kembali mengeblur, bahkan ketika banyak pria yang mengerubungiku untuk bertanya padaku dengan pertanyaan yang tumpang tindih.

Ini memperjelas ingatan sialan itu, Rasanya jantungku bergedup semakin kencang dan bebas. Ingin meledak, mulutku ingin berteriak, tubuhku melemas.

Di saat saat sengsara itu, melalui celah celah bahu banyak pria di sekitarku. Mataku menangkap Cezka yang berdiri di depan Leon, wajahnya menoleh ke arahku dengan tatapan menukik khawatir, bertanya tanya dalam anganya, perempuan ini yang paling sadar atas seluruh perubahan ekpresiku. Atau mungkin seharusnya pria pria ini sadar bahwa aku tidak nyaman, sialan, mereka hanya mementingkan ego mereka yang merasa menang karena mendapatkan kesempatan berdansa denganku.

Sialan sialan sialan, mengapa ingatan itu mulai mengambil alih diriku kembali?

"Pria ini, dengan pria ini saja."

Bibir cezka bergerak dengan perlahan dan jelas, gerak bibirnya jelas di baca mengucapkan hal itu. Lalu matanya melirik pria berambut coklat yang sedang tersenyum ramah pada Leon, berbincang.

Kakiku ingin bergerak dengan lugas, meninggalkan segerumpulan pria pria sialan ini dan ingin menghajarnya. Aku ingin, tapi mereka semua semakin tidak tahu diri mulai menyentuh pundaku yang tidak terbalut kain apapun.

Semakin jatuh, semakin dalam.

Dalam suasana yang gelap, di dalam gang tua di costaguana. Aku masih mengingatnya jelas malam itu.

"Permisi, maaf malam ini adik saya sudah membuat janji berdansa dengan kakaknya." Kakaku datang entah dari mana, tanganya mengengam lenganku yang berlapisi kain, menyeretku keluar dari kerumunan itu dengan sekali tarikan.

"Dean,

aku ingin pulang."






_____

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro