Tea or Turkey

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng






Pertama, Diana tidak mengira pesta penyambutan nyonya Lily akan di adakan semegah ini. Seindah ini dengan halaman taman yang di hias dengan penuh berbagai macam bunga bunga indah, terukir dengan elok di tambah pemandangan yang membuat mata terpana.

Kedua, diana baru sadar korsetnya terikat lebih kencang. Tali tali yang mengikat pingangnya di tarik dengan sangat padat sehingga tidak ada ruang untuk perutnya bernafas.

Ketiga, perempuan itu telat 30 menit dari perjanjian.

Deru nafas diana tersegal-segal, walau takjub dengan pemandangan serta keindahaan pesta kali ini, nyaris saja diana akan tewas oleh ibunya sendiri akibat ketelambatanya datang ke pertemuan yang di janjikan. Ia terlalu asik memanah kalkun kalkun itu bersama cezka sampai lupa ia mempunyai janji dengan ibunya, jika bukan karena suara terompet dari desa, diana mungkin akan melupakan pertemuan itu secara keseluruhan.

Dengan itu, dengan seluruh kekuatan yang diana miliki, ia menunggangi kudanya secepat kilat menuju kamar nya. Pelayan pelayan dirumah rupanya sudah panik juga cemas nona mereka belum sampai rumah ketika jam pertemuan sudah teng berada pada waktunya. Hasil karya para pelayan juga yang membuat diana bisa kembali terlihat bersih dalam hitungan menit, setelahnya mr.lack mengendarai kereta kuda secepat kilat menuju mansion istri jendral ekpedisi costaguana yang baru.

"Sepertinya ada yang terlambat, mari kita dengar alasanya, Nona Ingrid?"

Oh god, Diana berdiri dengan tubuh menegang, ibunya memang sudah akan membunuhnya dengan tatapanya. Kini nyonya Lily dengan mulutnya juga akan membunuh Diana dengan cepat.

Perempuan itu mengatur nafasnya dengan perlahan, menenangkan otaknya yang sejujurnya sedang berada di ujung kepanikan. Matanya melirik ibunya untuk meminta tolong.

Menunduk. Salam. Dan sepertinya Deanor benar benar memberi bantuan dari tempat duduknya.

Kaki diana menekuk dengan gerakan gemulai, ia rendahkan tubuhnya seraya tanganya menaikan ujung gaunya. Kepalanya menunduk dengan sopan memutus tautan matanya pada tamu tamu undangan minum teh siang ini. "Segala keagungan cahaya untuk Costaguana, siang nyonya lily. Saya tidak bermaksud menyepelekan undangan anda, ada sedikit masalah di jalan. Kericuhan kecil yang membuat kereda kuda sata berhenti." Ujarnya, tentu saja mengarang.

Seluruh para wanita membalas salamku dengan suara pelan, ada juga yang bergumam takut untuk menunggu respon nyonya lily.

"Segala ke agungan dan cahaya untuk costaguana." Nyonya lily akhirnya menjawab kalimatku dengan lantang, tanganya mengipas ngipas wajahnya dengan kipas tangan berciri khas negara Dajura, bunga dengan daun bewarna merah muda. "Apakah sering terjadi disini keributan kecil seperti itu?" Nyonya Lily bertanya pada perempuan lainya yang sudah duduk dengan rapih.

Semuanya menganguk dengan yakin, "kadang para penduduk seperti gila, berteriak mencari masalah." Cibir nona Keira.

Nyonya Lily melirik diana kembali yang masih menunduk, merendahkan tubuhnya mematung sejak tadi. Melihat kesungguhan itu Nyonya Lily menarik nafasnya dalam-dalam, "kau boleh ikut bergabung, Diana."

Perempuan dengan gaun merah mudanya kini bisa bernafas dengan lega. Hari ini ia lolos dari kematian. Walau sepertinya ia akan mati tecekik akibat korset yang memasang di pinganya sangat ketat, lebih dari ketat malah, diana tidak bisa merasakan pingangnya lagi. Tapi setidaknya diana dapat di maafkan.

"Mutiaramu sangat indah, Diana. Walau terlambat diri mu tetap cantik."puji nyonya lily, matanya memandang kalung mutiara biru tercampur unggu pada piara yang menghiasi kepala diana

"Terima kasih, tapi ini tidak seindah cincin nyonya Lily. Lihatlah semua, itu mengkilap dengan terang!" Ujarnya kembali melemparkan pujian.

Para perempuan dissana kembali berbicara dengan melempar pujian satu sama lain setelahnya. Heboh membicarakan cincin terbaru milik nyonya lily yang sejak awal memang sudah menarik perhatian.

Diana duduk di kursi kosong sebelah ibunya, bersebrangan langsung dengan sang nyonya jendral. Dengan tergusruk gusruk diana sudah duduk dengan nyaman di atas kursi empuk itu, merapihkan rok nya dengan gerakan kilat dan cepat.

"Dari mana saja kamu, diana." Ibunya berbisik dengan menekan seluruh katanya. Bahkan mata biru pudarnya juga membelak seperti nyaris keluar dari tempatnya.

mulut diana ingin kembali terbuka untuk melanjutkan kebohonganya pada ibunya, tapi sepertinya nyonya lily melempar pertanyaan sesuatu pada Diana dengan tiba tiba.

"Jadi apakah nona Diana terlambat akibat bertemu dengan kekasihnya?"

seluruhnya menutup mulutnya rapat rapat, matamereka memicing memperhatikan setiap ditail reaksi diana. Pembahasan soal asmara memang sangat nikmat di jadikan gossip teh perkumpulan. Dan tentu saja diana tidak mau semingu kedepan orang orang bergossip tentang dirinya ingin tahu kekasihnya jika ia tidak buru buru mengkonfirmasi hal ini.

"Aku??? Tidak." Jawabnya dengan jujur. "Aku tidak punya, nyonya."

Lalu terlihat hembusan nafas kecewa seluruhnya. Nyonya Lily memutar kedua bola matanya malas, "baik sampai mana pembahasan kita sebelumnya?" Ia bertanya untuk melanjutkan topik yang menurutnya seru untuk di bahas.

Blaire, wanita sepantaran Diana membuka mulutnya untuk memasukan biskuit coklat kedalam mulutnya. Karena itu diana jadi tergoda ingin memakai biskuit itu juga. Di meja depan mereka sudah tersusun hidangan manis yang langka dan mahal, mulai dari berbentuk lingkaran hingga segitiga, bewarna gelap hingga terang, dan slice slice kue manis yang dijadikan.

Memang pemilihan tempat untuk minum teh di halaman belakang di bawah pohon rimbun adalah tindakan yang tepat.

"Oh, pemuda lokal yang tampan?" Jawab Fionna mengingatkan.

Deanor memaju mundurkan tubuhnya risau, "siapa tadi namanya, aku lupa."

"Jayden. Jayden Everdeen." Jawab Jasmine dengan cepat.

Nyonya Lily menganguk dengan cepat, "baik, cepat ceritakan kembali soal pria tersebut."

Ini adalah perkumpulan wanita berumur 17 tahun ke atas yang di dominasi wanita berumur 48 tahun. Biasanya perkumpulan seperti ini akan membahas informasi pria yang baru saja debutante, hal ini adalah pertukaran informasi atau pembokingan pasangan dengan melonby ratu daerah kekuasaan tersebut. Para ibu lah yang bergerak saling menjodohkan anaknya, bertukar informasi soal gadis dan laki laki yang siap untuk di jodohkan dengan putri putri mereka.

Jadi setelah diana mendengar nama itu, sudah di pastikan ia adalah pria yang tampan juga makmur hingga bisa masuk dalam percakapan minum teh siang hari. Walau diana tidak tahu lebih jelas siapa pria itu.

"Pria paling tampan di Athaholland hingga para gadis costaguana meliriknya dibanding pria negara kita" kata Pinn mengingatkan

Asing dengan pembicaraan, Diana menoleh pada ibunya dengan alis yang terangkat. "Siapa dia?" bisik nya

Ibunya mendecih pelan, "kenapa? Calon suamimu." Balas ibunya dengan berbisik juga.

"Jangan bercanda. Tuhan." diana kini malah terlihat semakin geram.

Ibunya menunjuk nyonya lily dengan dagunya lagi. "Dengarkan." Bisiknya

Fionna melanjutkan pembahasan. "Jayden Everdeen. Anak kesayangan Athaholland, anak emas. Baik hati, rendah diri, pintar, kaya dan yang penting tampan. Dan satu lagi, seumuran dengan Leon, diana, blaire."

Deanor tampak memajukan tubuhnya menoleh pada fionna yang seumuran denganya. "Lalu mengapa pria sesempurna itu belum menikah?"

Blair menganguk anguk, "tapi walau begitu semua orang tahu ia akan menikah dengan Francezka atau Aural."

Wah, Mata diana membelak mengetahui nama temanya ikut terseret dalam gosip seperti ini. Diana ikut mencondongkan tubuhnya penuh rasa ingin tahu. Selama ini ia hanya mengenal cezka sebatas perempuan gila yang memiliki ambisi dalam memanah dan berjualan kalkun, ia juga tahu sedikit soal ibunya yang bekerja di rumah sakit dan rumah cezka yang terdapat bunga lily unggu di halamanya.

Pinn yang sedari tadi diam ikut mulai penasaran. "Mencurigakan, Francezka memang tampak tidak menyukai Jayden, tapi Aural menyukai Jayden sejak kecil, Aneh kalau mereka berdua belum menikah hingga sekarang."

Katerina menganguk dengan yakin. "Sepertinya ia memiliki standart istri yang tinggi bukan?"

Nyonya Lily menghela nafasnya panjang. "Generasi sepantaran Jayden, putraku, Leon. Lalu Diana, dan sepantaranya. Entah ada apa pada pikiran mereka, rata rata seluruhnya menunda pernikahaanya hingga dua tahun dari debutante mereka. Tapi baru kusadari tertundanya pernikahaan mereka akibat ekpansi mendadak ke pulau ini, mereka pasti sibuk dengan pekerjaanya. Mereka lah korban dari kesuksesan ini." ujarnya sedih, menatap diana dengan kesedihan yang nyata.

Tubuh diana menegang ketika seluruhnya memandangnya. Telinga memang mendengar dengan jeli, tapi perhatianya sudah tertuju pada biskuit biskuit di hadapanya. Perlahan ia mulai kembali mengunyah biskuit itu walau masih menjadi sumber perhatian seluruhnya.

"Nyonya Lily jangan khawatir, aku yakin mereka semua akan menikah." Ujar Diana dengan santai, berusaha untuk mencairkan suasana kembali riang.

Wajah Nyonya Lily berubah menjadi tampak jengkel. "Mereka? Jangan pikirkan mereka, pikirkan saja dirimu! Maksudku! Jangan pikirkan apa apa dan segera menikah!" Ia berkata dengan lantang.

Tangan nyonya lily mengangkat secangkir tehnya, menyeruputnya dengan anggun sebelum kembali berbicara. "Diana, aku mempunyai koneksi seluruh laki laki berkualitas tinggi. Dari yang tampan hingga yang kaya, dari yang berasal costaguana ataupun negara Lackzon. Aku bisa membantumu mencari suami yang terbaik"

Diana membuka matanya lebar dengan binar binar terharu yang muncul. "Oh nyonya lily, kebaikanmu ternyata bukan hanya sekedar rumor belaka. Saya tersanjung jika nyonya lily berkenan membantu perempuan sederhana sepertiku."

Nyonya itu tersenyum kecil, tersipu atas pujian barusan. "Aku bahkan bisa mengenalkanmu pada pangeran Claude, kau bisa menjadi ratu Costaguana jika kau sungguh sungguh."

jadi diana tahu alasan ibunya memaksa dirinya untuk hadir, untuk meminta bantuan nyonya lily dalam mencari suami yang diana inginkan atau bahkan yang diana butuhkan menurut orang orang.

Tapi tetap saja,

diana tidak mau menikah jika hanya untuk perjanjian bisnis dan keuntungan semata.

Deanor, ibu dari Diana tersenyum dengan lembut, tanganya menaruh di pundak putrinya. "Jadi diana, apa yang kau inginkan sekarang?"

Daging kalkun pangang. Sepertinya enak bukan? Diana membatin.



_____




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro