A wide Eyes

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



















satu dua langkah kecil, kakinya memilah milah mencari tempat pijakan di atas batu menyebrangi sungai kecil yang membelah antara pasar pusat keramaian seluruh dengan bukit kecil yang mengarah pada hutan. aroma segar pagi hari yang di hasilkan oleh alam masih sedikit tercampur oleh bau roti pangang serta bau bau makanan sarapan khas lainya yang di jual di belakang sana, pasar.

rumput pada bukitnya tidak rimbun, melainkan hanya semata kaki tingginya, diantara sela sela rumput bermekaran juga bunga kecil merah-kuning dan putih yang menghiasi. jika melangkah kaki disana tampa alas kaki akan terasa menyenangkan, atau melakukan piknik kecil untuk agenda minum teh bersama.

setelah melewati sungai jernih, mendaki bukit dengan beberapa langkah, maka sudah bisa terlihat hamparan luas lapangan milik athaholland. luas sekali hingga gunung besar disana tampak seperti dongeng dongeng cerita yang di sampaikan oleh orang tua. tidak ada pohon besar yang memandangi pemandangan, sehingga ini semua bisa di jelajah dengan mata telanjang.

Matahari bersinar terang hari ini, namun suhu sepertinya masih sedikit berangka rendah akibat hujan deras dini hari saat diana masih meringkuk dalam selimmutnya. hal ini juga yang membuat pangkal hidung gadis itu memerah, dan samar pipi gadis itu juga memerah sebagai reflek tubuhnya atas suhu yang rendah.

hamparan luas itu terlihat sangat indah, tapi itu bukan tujuan dari diana. melihat ke arah kiri, sepanjang jalan berada mengelilingi area hutan, terpasang kawat dengan tegangan tinggi untuk menjauhkan pada penduduk dari area hutan, katanya penuh moster disana, katanya banyak mayata disana, katanya terkutuk tempatnya. semua mitos-mitos itu nihil, tetap hanya menjadi rumor belaka.

Kaki diana kembali melangkah, langkahnya mengendap endap agar tidak di lihat dari permukiman pasar di belakangnya jika perempuan itu akan menyusup masuk dalam hutan melewati pagar pembatas pengamanan.

hanya butuh 12 langkah mengendap untuk sampai pada celah pagar berolt tegangan tinggi itu, celah yang di tutupi oleh semak belukar pada pager yang menyetrum siapa saja yang menyentuh kawatnya. didepan diana berdiri, kini terdapat satu pohon tua yang runtuh yang menubruk pager itu, sehingga untuk beberapa jengkal pager tegangan tinggi itu ambruk tertimpa walau kabel kabelnya masih menyatu dengan lainya.

diana melompat dengan gesit ke atas pohon tersebut, menyebrang pagar kawat dengan mudah. ini bukan pertama kalinya perempuan itu melakukan kegiatanya seperti ini, ini sudah masuk ke dalam rutinitas harian miliknya.

kakinya dengan mudah berdiri di dalam pagar, berjalan dengan cepat membawa dirinya semakin masuk ke dalam hutan, semerbak aroma batang kayu yang basah, tanah yang segar dan beberapa wangi daun mulai menusuk hidungnya. pohon pohon semakin tinggi jika semakin dalam, berbeda dengan semak belukar yang semakin sedikit jika semakin masuk ke dalam.

pada satu pohon yang sedikit mencolok penampilanya, sebab batangnya melengkung seperti membentuk gerbang, persis seperti pohon kembar di buku fantasy-narnia seri 2, ketika pengarangnya mengambarkan pohon kembar yang membuka gerbang dimensi lainya. tangan diana terjulur menggali daun daun kering di bawahnya yang menumpuk, terus menyingkirkan daun daun itu hingga busur panah hitam mulai ia lihat dengan jelas.

di dalam busur yang besarnya setengah badanya, terukir indah nama bunga paling indah yang ia sukai. bibir diana tersenyum lebar ketika busurnya kembali kepadanya, ia gengam dengan kondisi busur baik-baik saja.

tidak berhenti disitu, diana berjalan kembali menuju pohon tua yang mati akibat tersambar petir, batang pohonya patah sehingga hanya menancap satu setengah batang yang sudah keropos, walau tersekan jelek tapi batang pohon ini yang masih berdiri lah yang mampu menyembunyikan puluhan anak panahnya di dalam kayunya yang lapuk.

"datang lebih pagi, huh?"

Diana benar benar hampir menjerit dengan seluruh tenaganya, suara tersebut terlalu mendadak tampa diana bisa mendengar suara langkah kakinya terlebih dahulu. Jeritanya benar benar kembali diana tarik setelah matanya menangkap sosok perempuan di belakangnya.

Francezka berdiri dengan mantel putihnya, celana leging serta korset yang talinya tidak teringkat rapih. Perempuan itu sendiri sudah mengalungi busur di tubuhnya, galian tempat busuk diana di sembunyikan kini terlihat lebiih dalam, dimana cezka ternyata sudah menggalinya entah sejak kapan,

lebih mengherankan sejak kapan francezka disini.

"oh tuhan, francezka. aku akan melayangkan busur jika anak panah ini sudah siap, berhenti datang tiba tiba!" diana membentak dengan sebal,

responya gadis berambut hitam legam itu hanya tertawa puas melihat diana ketakutan. sambil tertawa puas hingga mau meneteskan air mata, Francezka juga merapihkan rok gaunya yang ia lepas, ia mengulung rambutnya dengan lihai sebelum mengambil anak panahnya juga di tempat yang sama dengan diana menyembunyikan anak panahnya.

"Ann, kepekaanmu menurun." ingat cezka,

Diana masih berkaca pingang menetralkan jantungnya, tubuhnya sangat lemas akibat adegan yang membuat jantungnya secara mendadak turun ke daerah lambung. "kita sudah setuju untuk bersiul saat mulai memasuki hutan! kau tidak bersiul!" bentaknya marah

mereka berdua memang sepakat untuk bersiul sebagai tanda komunikasi rahasia mereka, untuk menunjukan posisi tanda mereka berada. jika memasuki hutan seharusnya salah satu mereka akan bersiul, jika terdengar siulan lanjutan maka itu balasan bertanda salah satu dari mereka hadir dalam hutan ini.

Cezka kembali menegakan tubuhnya, "kau juga tidak bersiul saat memasuki hutan tadi."

"aku berniat bersiul setelah memastikan busurku aman!" ujar diana galak

"tetap saja kau tidak bersiul."

perempuan yang rambutnya sedikit lebih terang berusaha mengatur emosinya dengan mengatur nafasnya dengan benar. "baiklah, tapi berjanji padaku untuk bersiul kedepanya, aku akan melakukan itu di gerbang mulai esok" diana mengambil keputusan jalan tengah.

Francezka menganguk, "ya memang sudah seperti itu perjanjianya. ayo cepat bersiap-siap, para kalkun pasti sedang meneguk air di sungai." cezka mengingatkan, ia kembali duduk di atas tanah untuk memeriksa selurh anak panah miliknya yang bewarna hitam, perbedaan anak panahnya dengan diana hanya berupa warna. yang sedang diana gengam bewarna terang.

melepas korsetnya, diana segera juga melucuti rok gaunya yang sangat menyiksa, menyisakan celana bahan milik kakak nya yang ia curi. ia menaruh kain tersebut di depan batang pohon anak panahnya berada, melipatnya dengan rapih sebelum kembai memakai korset luaranya. kini diana hanya mengunakan kemeja putih lengan panjang, celana bahan bewarna coklat serta korset luaran bewarna cream.

"sudah dengar berita?" cezka memubuka topik dengan suara rendah

kepala diana menggeleng, ia mengeluakan belati kecil pada saku celana nya. tanganya masih sibuk memperispakan segalanya.

cezka yang sudah lebih siap lebih dulu terlihat bosan, tanganya meruncingkan satu batang kayu kecil dengan belati miliknya juga. "jam malam di majukan, kini pukul 8 seluruh warga sudah harus memasuki rumah."

diana ber-oh ria dengan panjang, "itu akibat accident penyerangan jendral, memperketat jam malam untuk menghindari hal buruk pada rakyat. katanya oknum oknum yang tidak setuju pada jendral yang baru semakin mengganas, di pinggir kota sudah ada yang membakar rumah kantor militer, apinya merembet kerumah warga dan menewaskan 2 orang dewaasa," tutur diana,

cezka mendecih, matanya menyipit dengan sebal. "kau bilang tadi tidak tahu gosipnya."

yang di ajak bicara hanya memaerkan deretan gigi rapih nya. "aku kira soal hal apa, ini kan sudah berita hari lampau."

"yeaah, tapi bagaimana jika aku salah satu dari pemberontak itu?" tanya cezka, suaranya semakin pelan di akhir kalimatnya.

wajah diana menoleh penuh kebingungan pada cezka, cezka sendiri malah terkesan menunggu jawaban diana dengan menegangkan. "kau bicara apa?kau kan memang pemberontak jika kau lupa." balas diana dengan enteng

"sialan."

"tapi kau berbeda. aku percaya kau masih menggunakan otak kecilmu, cez. pemberontakan mu membuahkan hasil, tidak merugikan seluruh orang di pulau ini"

diana adalah perempuan costaguana berdarah asli, begitupun cezka yang berdarah asli Athaholland. walau menyangkal fakta, Costaguana menjajah negara lemah ini, Diana masih berteman dengan cezka setelah itu semua.

Cezka berdiri dari duduknya, ia membenarkan tas kecil berisi anak panahnya. "ayo kita berburu kalkun hari ini!"

jika orang bertanya mengapa diana lihai dalam membidik, ini lah alasanya, selama dua tahun penuh diana habiskan hanya untuk memburu di dalam hutan bersama teman penduduk asli dari tanah ini.








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro