Chapter 01 Shandy

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.

Suasana malam ini begitu tenang. Bintang-bintang tak menampakkan diri. Bulan bersinar menerangi malam hari. Warna bulan malam ini berbeda tak seperti warna biasanya yaitu putih.

Kali ini bulan berwarna merah bata menyala. Ada juga warna hitam di berbagai sisi bulan.

Yap!

Sekarang adalah bulan merah darah atau biasa di sebut Super Flower Blood Moon. Gerhana terjadi saat bulan purnama super (supermoon karena kedekatan Bulan ke Bumi) melewati bayangan Bumi. Selama gerhana bulan, wajah bulan akan berubah menjadi merah bata hingga merah darah.

(Sumber: Google)

Di salah satu rumah, seorang Pemuda terlelap dalam tidur. Selimut tebal bergambar kucing menutupi seluruh tubuh terkecuali bagian kepala.

Suara dengkuran halus, menandakan sang Pemuda tengah bermimpi indah. Sebuah cahaya bulan berwarna merah menelisik masuk melalui sela-sela jendela kamar.

Shandy Maulana, nama pemuda itu. Tiba-tiba tubuh Shandy gemetaran. Shandy nampak tak terusik ataupun terbangun.

Sekilat cahaya merah masih menyinari tubuh Shandy. Perlahan roh Shandy keluar dari dalam raganya.

Roh Shandy melayang pelan, lalu berdiri di sisi kasur. Kedua netra Shandy terbuka perlahan menyesuaikan cahaya di kamar.

Degh!

Kedua bola mata Shandy melebar. Dia melihat tubuhnya masih terbaring di atas kasur, tetapi roh Shandy berada di luar.

"A-apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Shandy terkejut.

Tatapan mata masih melekat di tubuhnya. Shandy mencoba tenang. Shandy berdiri dan perlahan berjalan, tetapi ia malah melayang.

"E-eehh! Ini aneh dan keren!" seru Shandy heboh.

Shandy tersenyum tipis. Shandy mengingat kejadian saat raga dan rohnya terpisah.

"Apakah mungkin kemampuan khusus gue berkembang?" tanya Shandy berpikir.

Satu tangan ditaruh di dagu. Seringai tipis terukir di bibir.

Shandy berusaha menapaki kaki ke lantai, lalu ia menatap ke arah dinding kamar. Shandy berlari kencang dan ia dapat menembus dinding kamar.

"Wow! Keren banget!" Shandy heboh sendiri.

Berkali-kali Shandy berwujud roh menembus dinding dan pintu. Shandy seperti mendapatkan mainan baru.

"Hahaha... gue bakal kasih tahu yang lain apa nggak ya? Ah! Nggak usah deh, biar mereka tahu sendiri." Shandy tak mau berpikir terlalu keras.

Hingga sosok bayangan hitam muncul di hadapannya. Roh Shandy terasa membeku.

"Kau memiliki kemampuan khusus baru dan... sesuatu hal menarik akan segera terjadi," ucap sosok bayangan hitam menyeringai.

Sosok bayangan hitam menghilang. Dan roh Shandy dipaksa masuk ke dalam raganya kembali. Shandy pun tertidur lelap.

__08__

Gilang terbangun dari mimpi buruk untuk kesekian kali. Peluh keringat membasahi wajah dan pakaian tidur yang ia kenakan.

Deru napas Gilang begitu cepat. Debaran jantung berdetak cukup kencang. Kelopak mata Gilang sudah mirip seperti hewan Panda.

"Gila! Kenapa sih mimpi itu terus berdatangan?!"

Gilang meraih gelas di atas nakas meja sebelah kanan. Ia teguk air di dalam gelas hingga habis tak tersisa. Ditaruh kembali gelas di atas nakas.

Dada Gilang naik turun mengatur napas. Gilang mengacak-acak rambutnya kesal.

"Gue bosen mimpi kaya gitu terus! Gue tuh pingin mimpi ketemu cewek cantik terus pacaran deh!" Gilang malah berkhayal.

Gilang melirik ke jam dinding. Waktu menunjukkan pukul 05:00 pagi. Ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi. Gilang akan melaksanakan shalat Subuh.

Sekitar satu jam lamanya, Gilang menuruni anak tangga. Seragam sekolah lengkap sudah dikenakan. Tas selempang berada di punggung.

Sepi. Tak ada siapapun. Devin, sang Paman sudah berangkat duluan. Sebagai guru BK, Devin sangat disiplin, tegas dan tepat waktu.

Sepiring nasi goreng sudah tersaji di atas meja makan. Menu sarapan kali ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya.

"Huh! Gue bosan makan nasi goreng terus, tapi sayang kalau nggak di makan," geruru Gilang.

Gilang sudah duduk manis di duduk. Sarapan pagi dinikmati Gilang dengan muka masam.

Setelah selesai sarapan, Gilang tak sengaja melirik ke atas meja makan paling pojok. Buku hitam usang ada di sana dan Gilang tak mau mengambil buku itu. Semenjak menemukan buku hitam tidurnya jadi dipenuhi mimpi buruk yang sama.

Gilang buru-buru berangkat sekolah menggunakan motor sport yang baru dibeli. Motor sport mulai melaju cepat meninggalkan perkarang rumah sang pemiliknya.

Buku hitam usang di atas meja makan tiba-tiba menghilang. Sosok bayangan hitam berdiri tak jauh dari atas balkon lantai 2.

__08__

Ricky dan Fajri sudah kembali dari rumah sakit. Fase pemulihan Ricky kian hari semakin membaik. Sekarang mereka di dalam perjalanan pulang di mobil.

"Bang Iky, semangat terus ya!" Fajri memberikan semangat.

"Hahaha... dikira Abang mau ikut turnamen lari apa," ucap Ricky tertawa kecil.

Fajri cemberut. Padahal ia berniat memberikan dukungan, malah diledekin sang Abang.

Ricky semakin tertawa geli. Hobi baru Ricky sekarang menjahili atau meledeki Fajri. Ada rasa bahagia melihat Fajri bersikap seperti anak kecil.

"Andai... kamu jadi Adik kandung Abang. Rasanya Abang bahagia banget," gumam Ricky.

"Abang Iky! Aji dengar ya!" Fajri protes.

Ricky terdiam. Ia tersenyum lebar. "Iya, Aji. Maafin Abang ya," ujar Ricky memegang tangan Fajri.

Fajri tak menjawab. Wajahnya masih ditekuk. Hal itu malah membuat beberapa cewek yang melintas terpesona aura Fajri.

"Ciee... Abang Adik sekarang sudah punya banyak fans dimana-mana," ledek Ricky mencairkan suasana.

"Iya dong. Fajri gitu loh," sahut Fajri percaya diri.

"Bang Iky, nanti mau makan apa?" tanya Fajri.

Ricky berpikir sejenak. Baru saja ia akan berucap sosok bayangan hitam muncul di kaca mobil, tepat di sebelah Fajri. Sosok bayangan hitam langsung menghilang dengan meninggalkan seringai tipis.

"Bang! Bang Iky kenapa?" Fajri panik.

"Gapapa kok, Ji. Hmm... nanti Abang mau makan steak," jawab Ricky mengalihkan pembicaraan.

Fajri menghela napas kecil. Dia merasakan bahwa sejak berangkat dan pulang dari rumah sakit, ada hal yang disembunyikan Ricky darinya.

"Bang... Aji tuh khawatir sama Abang. Tolong jujur ya sama Aji." batin Fajri lirih.

"Ji!" panggil Ricky menggoyangkan pundak Fajri.

"Eh, iya Bang. Kenapa?" tanya Fajri bingung. Dia baru saja melamun.

Ricky mengacak rambut Fajri pelan. Dia tahu bahwa Fajri mencemaskan dirinya, tetapi untuk sekarang Ricky harus menyembunyikan sesuatu itu pada saatnya tiba.

Mobil mereka telah tiba di perkarang rumah mewah milik keluarga Zakno. Pak Diki langsung keluar membuka bagasi.

Kursi roda telah dikeluarkan, pintu mobil dibuka oleh Pak Diki. Fajri dan Pak Diki perlahan membantu Ricky keluar mobil, lalu di dudukkan ke kursi roda pelan.

Whuzz!!

Degh!

Hembusan angin kencang menerpa kasar wajah mereka, terutama Ricky. Debaran jantung berdetak kencang. Pandangan mata Ricky terfokus pada sosok hantu wanita berpakaian ala pengantin di depan rumah. Sebuket bunga mawar biru di pegang erat oleh hantu wanita.

"Aku kembali...," ucap sosok hantu wanita itu lalu menghilang.

.
.
.
.
.

{21/10/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro