Chapter 07 Khawatir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Fajri sudah sampai di depan gerbang rumah Fenly. Di sana sudah berdiri tegak Kezia. Kedua tangan dilipat di dada serta jari telunjuk naik turun.

"Gue nanti yang bilang," ucap Fajri.

Fenly terlihat gugup dan takut. Dia tak menepati janji untuk langsung pulang sekolah. Sekarang sudah menunjukkan pukul delapan malam.

"Ayo turun," ujar Fajri menepuk singkat pundak Fenly.

"Iya," jawab Fenly lemas.

Fenly turun duluan, disusul oleh Fajri. Kezia menatap kedua Pemuda di depannya dengan tenang.

"Ma-maaf Kak, Ovel baru pulang," ucap Fenly menelan saliva pelan.

Tak ada jawaban dari Kezia. Fenly semakin takut dibuatnya.

"Kak, maaf tadi kami mengalami hal sesuatu mengerikan di gedung sekolah lama. Terus kita pingsan dan bangun-bangun sudah menjelang sore. Saya mengajak Fenly buat mampir makan dulu. Jadi tolong jangan marah-,"

"Oke! Saya paham." potong Kezia tegas.

"Kak," ujar Fenly tak enak dengan Fajri.

"Kakak nggak marah kok. Lain kali kamu jangan ceroboh sama meninggalkan ponsel di kamar dan--"

Perkataan Kezia terjeda. Kedua Pemuda tampan saling melirik sekilas menunggu jawaban. Kezia tiba-tiba sudah berada di depan Fajri.

"Aji, kamu harus hati-hati. Sosok hantu itu tengah mengawasi kamu."

Deg!

Jantung Fajri seakan mau lepas. Fajri lupa kalau Kezia juga memiliki kemampuan yang sama dengan Fenly, bisa melihat masa depan.

"I-iya, Tante. Aji bakal hati-hati. Terima kasih," jawab Fajri mengganggukan kepala kecil.

Kezia tersenyum tipis. Satu tangan merogoh saku celana. Sebuah benang tipis berwarna merah sudah berada di genggaman nya.

"Ini adalah jimat. Untuk sementara kamu akan aman sampai ke rumah. Dulu ini jimat punya mendiang suami sekaligus Kakak kandung Ovel."

Kezia menepuk pundak Fajri pelan setelah memberikan benang merah. Fajri menatap benang benang tipis di tangan penuh khitmat.

"Baik, Tante. Aji mengucapkan terima kasih sekali lagi atas pertolongan ya."

Fajri tersenyum kecil. Fenly menghela napas lega, walau pikirannya merasakan hal-hal buruk. Gambaran penglihatan tadi membuat Fenly beserta sahabat lainnya waspada.

"Tante, Fenly. Aji pamit pulang dulu."

"Iya, Ji. Terima kasih sudah kasih gue tumpangan," balas Fenly menunjukkan senyum tampan.

Fajri merinding dibuatnya. Tatapan Fajri beralih ke Wanita yang telah memberikan jimat. Sebenarnya Fajri penasaran tentang hubungan Alif, kedua Kakak kandung, Kakak ipar serta Kezia.

"Ji, salam buat Alif ya," ucap Kezia membuat lamunan Fajri buyar.

"Eh iya, Tante. Selamat malam," pamit Fajri.

Pemuda tampan asal Cimahi masuk ke dalam mobil. Perlahan Fajri menyalakan mobil, lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang.

Kezia dan Fenly langsung masuk ke dalam setelah mobil Fajri sudah jauh. Tanpa mereka sadari sosok hantu wanita ala bangsawan menatap mereka tajam lebih tepatnya ke arah Kezia.

Kenangan masa lalu saat dirinya di kurung di dalam buku kosong masih terniang. Seringai tipis terukir di bibir pucatnya.

"Saya akan membalaskan dendam yang lalu," ucapnya lalu menghilang.

__08__

Farhan akhirnya tersadar. Kepala Farhan terasa sedikit pusing.

"Euhm... gue di mana?" tanya Farhan bingung.

"Han, lo sadar juga syukurlah," ujar Gilang berada di sisi kiri Farhan.

"Lah, emang gue kenapa?" tanya Farhan lagi.

Gilang menatap horor Farhan. Bisa-bisanya Pemuda berambut keribo itu melupakan bahwa dirinya pingsan di kantin.

"Eh! Kibo!"

Gilang memukul pelan kepala Farhan. Dia sangat kesal sekali dengan Adik senior di sekolahnya itu.

"Awhh... sakit Bang kepala gue. Nanti gue gegar otak baru tahu rasa lo!" omel Farhan mengelus kepala.

"Nyeyeye... bodo amat!" ejek Gilang.

Farhan hanya bisa bersabar. Dirinya tak mau durhaka sama sang senior.

"Han, lo tadi pingsan kenapa dah?" tanya Gilang penasaran.

Pasalnya saat Gilang kembali setelah memesan makanan. Dia sudah menemukan Farhan terjatuh dari kursi lalu pingsan.

"Hah? Gue pingsan?" Kerutan di kening Farhan terlihat.

Gilang menghela napas lelah. Capek bicara dengan Farhan yang tiba-tiba seperti orang hilang ingatan.

"Gatau dah, gue capek bicara sama lo!" kesal Gilang menyerah mengulik informasi.

"Yaudah," jawab Farhan cepat.

Gilang merasakan aura negatif di sekitar mereka. Saat ini kedua sahabat itu berada di kantin. Suasana di kantin cukup sunyi dan sepi.

Farhan melihat gelagat aneh dari Gilang. Dia pun menepuk keras pundak kiri Gilang setelah di panggil tiga kali tak menjawab.

"Lang!"

"Apa sih kibo?!"

Gilang kesal. Dia langsung menarik tangan Farhan cepat. Baru saja Gilang melihat sosok hantu wanita memakai pakaian ala bangsawan sambil membawa buket bunga mawar biru.

"Han! Sebaiknya kita pergi dari sini!" seru Gilang ketakutan.

"Lah? Kok lo jadi aneh sih!" sahut Farhan masih bingung.

Pemuda berkulit hitam manis tak menggubris perkataan Farhan. Keselamatan mereka lebih penting untuk sekarang.

Brakk!!

Sebuah kursi melayang, lalu terbang cepat mengarah ke mereka. Reflek Farhan dan Gilang menundukkan badan hingga kursi itu hancur setelah mengenai dinding kantin.

"Astaghfirullah," ucap Farhan mengelus dada saking terkejutnya.

Peluh keringat langsung membasahi muka Gilang. Hawa negatif sangatlah kuat dia rasakan.

Kemampuan Gilang semakin sensitif. "Han! Ayo kita kabur dari sini!" ajaknya.

"Oke, Bang!" sahut Farhan.

"Kalian takkan bisa pergi dari hadapanku!"

Suara dan sosok hantu wanita itu kini terlihat jelas. Gilang dan Farhan semakin ketakutan dibuatnya.

Apakah mereka akan selamat dari teror dari sang hantu???

__08__

Ricky semakin khawatir. Sudah jam delapan malam batang hidung Fajri tak terlihat.

"Ji, kamu di mana sih? Abang khawatir sama kamu."

"Ky, sebaiknya kamu istirahat ya."

Alif datang sambil membawa segelas air putih hangat serta beberapa bungkus obat. Saat ini jadwal Ricky untuk meminum obat setelah makan malam.

"Paman, Aji belum pulang-pulang," adu Ricky.

Alif tersenyum kecil. "Aji sudah besar, dia bisa menjaga dirinya sendiri," ucapnya tenang.

"Tapi Bang--"

"Assalamualaikum," salam seseorang dari arah pintu utama.

"Wa'alaikum salam," jawab Ricky dan Alif berbarengan.

Ricky tersenyum lega. Sosok yang telah ditunggu sejak tadi sudah menampakkan diri.

"Aji! Kenapa kamu baru pulang? Abang khawatir sama kamu!" seru Ricky.

Fajri mengecup punggung tangan Alif, lalu Ricky bergantian. Dia hanya memasang senyum lebar menujukkan gigi kelincinya.

"Aji, jawab pertanyaan Abang!" tegas Ricky.

Alif mencoba menenangkan. "Rick, kasihan Aji baru pulang sudah ditanya-tanya. Ayo, kamu belum minum obat loh."

Baru saja Ricky ingin protes. Fajri memeluk tubuh Ricky hangat.

"Maafin Aji ya Bang, nanti Aji bakal cerita. Sekarang Bang Iky minum obat dulu oke," bujuk Fajri lembut.

Ricky menghela napas pelan. Dia hanya mengganggukan kepala kecil sebagai tanda setuju.

Fajri dengan pelan mendorong kursi roda Ricky. Alif tersenyum kecil melihat interaksi antara kedua Pemuda di depannya.

"Aku jadi kangen dengan kalian...," ucap Alif lirih.

.
.
.
.
.

{13/11/2021}

Note:

Maaf saya baru bisa melanjutkan cerita E.I.G.H.T 3. Semoga jalan ceritanya masih sama dan sambung hehe...

Selamat membaca YOUN1T 😊🥳

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro