Chapter 08 Dia Kembali

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jiwa Shandy masih melayang bebas. Kemampuan Shandy berkembang setelah kejadian yang menimpa dirinya.

Shandy di bawa oleh hantu James ke suatu tempat. Shandy tak bisa berkutik melawannya akibat belum menguasai kemampuan baru ya.

"Kau mau membawaku kemana?" tanya Shandy berani.

"Aku akan memberikanmu kejutan," jawab hantu James.

"Kejutan? Gue nggak mau ikut!" Shandy mulai memberontak.

Cengkraman di tangan Shandy semakin kuat. Jiwa Shandy seakan melemah setiap dia melawan.

"Hahaha... kau takkan bisa melawanku. Lebih baik kau ikut saja daripada jiwa dan tubuhmu takkan bersatu lagi."

Hantu James mengancam. Shandy pun memilih untuk menurut daripada terjadi sesuatu hal tak terjadi kepadanya.

Mereka terbang melayang di langit menjelang senja. Hantu-hantu lain menatap mereka penuh takut.

Tibalah mereka di suatu tempat. Sebuah gedung tua yang tak asing bagi Shandy.

"I-ini kan...," ucap Shandy terkejut.

Hantu James menyeringai kecil. Kenangan dengan Shandy cukup membekas di gedung tua itu. Dia meminjam tubuh Shandy sesuka hati dan mengurung jiwa asli Shandy di dunia roh.

"Selamat datang kembali," ucap James seakan menyambut kedatangan Shandy.

"Ma-mau apa gue membawaku ke sini?!" tanya Shandy sedikit takut.

"Hmm... ada seseorang yang telah menunggu dirimu di sana." Hantu James menjawab dengan santai.

"Siapa?" tanya Shandy kembali.

"Kamu akan mengetahuinya... sekarang."

Jiwa Shandy di bawa ke tengah ruangan lantai atas. Tiba-tiba Hantu James menghilang dalam sekejap meninggalkan Shandy seorang diri.

"James! Lo di mana?!" Shandy berteriak mencari keberadaan James. Namun, tak ada jejak tertinggal dari hantu James.

"Sial!" umpat Shandy.

Tiba-tiba suara langkah kaki menggema di penjuru ruangan lantai 3. Shandy menatap seseorang di depan matanya penuh horor.

"Ka-kau! Ti-tidak mungkin!"

"Hai, lama tak jumpa... Shandy," sapa seseorang itu tersenyum lebar.

Jiwa Shandy terdiam. Seseorang yang lama telah hilang di kehidupannya kini dia telah kembali.

"Aku kembali... Shandy," ucapnya merentangkan kedua tangan lebar. Shandy mematung.

__08__

Tuutt!

Tuutt!

Layar monitor di ruang OK terus berbunyi. Garis di monitor lurus dan sedikit bergelombang tak beraturan.

Para tim medis telah melakukan RJP (Resusitasi Jantung Paru) sebanyak tiga kali. Namun, tak ada perkembangan sama sekali, malah kondisi pasien semakin memburuk.

"Suster Sintia, cepat panggilkan keluarga pasien!" perintah sang Dokter Bedah.

"Siap, Dokter!" sahut Suster Sintia.

Suster Sintia pergi meninggalkan ruang operasi. Dia berlari kecil hingga tiba di ruang tunggu.

"Astaga!" Suster Sintia terkejut melihat sosok Pemuda tergeletak di lantai.

"Code Blue! Code Blue!"

Suster Sintia mengucapkan kata sandi untuk keadaan darurat. Beberapa petugas perawat langsung datang memberikan pertolongan kepada pasien.

Ternyata itu adalah Shandy. Tubuh Shandy segera di periksa menggunakan alat-alat medis.

"Nadi ya lemah sekali, napas masih ada," ucap salah satu perawat Pria.

"Bawa ke IGD sekarang!" seru pemimpin tim Code Blue.

Tubuh Shandy di angkat perlahan, lalu ditaruh di atas brankar besi. Para tim medis langsung membawa Shandy ke ruang IGD untuk diberikan pertolongan.

Di gedung tua...

Jiwa atau roh Shandy masih melayang dalam diam. Shandy tak percaya dapat bertemu seseorang yang memiliki hubungan keluarga walau tidak sedarah.

Seorang misterius itu melangkahkan kaki pelan menuju roh Shandy. Orang tersebut dapat melihat roh Shandy seakan melihat manusia pada umumnya.

"Kamu pasti terkejut. Kita akan membicarakan ini nanti."

"Ta-tapi ken--"

Perkataan Shandy terpotong. Orang misterius itu mengayunkan tangan kanan kecil, seketika roh Shandy bergetar.

"Sebaiknya kamu kembali atau kamu akan dinyatakan telah tiada," ucapnya.

Roh Shandy terbang melayang cepat. Sepertinya roh Shandy akan kembali kepada tubuhnya.

"Hmm... kamu sudah besar sekarang ya," ujar orang misterius.

__08__

Farhan dan Gilang masih terjebak di kantin rumah sakit. Terlihat beberapa perabotan seperti meja dan kursi berantakan hingga hancur.

Tidak ada jejak manusia selain mereka. Sepertinya mereka telah masuk ke dimensi lain.

"Bang Lang, kita harus bagaimana ini?" tanya Farhan. Dia tengah mengatur napas akibat kelelahan menghindari serangan hantu di depannya.

Peluh keringat sudah membasahi muka serta pakaian yang dikenakan. Apalagi Farhan memiliki sebuah keanehan gampang kagetan, menderita sekali Farhan.

"Gue juga nggak tahu, kibo!" jawab Gilang kesal.

Pertanyaan dari Farhan membuat Gilang semakin pusing serta kesal. Aura negatif yang dirasakan Gilang sangat kuat sekali.

Sosok hantu wanita mengenakan baju bangsawan berwarna biru itu menatap tajam mereka. Kekuatan hantu itu begitu kuat hingga mampu menggerakan barang-barang di sekitar.

Gilang berpikir dalam keadaan mendesak. Dia harus merencanakan sesuatu dan masih belum mendapatkan ide apapaun.

Farhan terus memegang erat lengan Gilang. Dirinya measa amat takut. Kejadian di belakang gedung sekolah seakan terniang kembali.

Perbedaan dalam jumlah dan kekuatan sungguh berbeda. Dulu mereka bisa mengalahkan hantu Mbak Kunti dengan menggabungkan kekuatan delapan Pemuda pemilik kekuatan aneh.

Sekarang mereka harus berpisah-pisah. Sosok Fiki menghilang tanpa jejak. Zweitson dalam keadaan kritis. Ricky yang masih dalam mode pemulihan perawatan intens. Fajri yang selalu tak fokus akibat kesehatan sang Abang sepupunya. Fenly tak diperbolehkan masuk dan dijaga ketat oleh Tante Kezia. Shandy yang menurutnya berbeda, seakan tengah menyembunyikan sesuatu. Dan tersisa Farhan serta Gilang berdua di sini.

"Gue kangen kita berdelapan," gumam Farhan sangat pelan.

Gilang cukup mendengar perkataan Farhan. Dan kalau boleh jujur Gilang juga sangat merindukan ketujuh sahabat lainnya. Gilang ingin menembus kesalahan di masa lalu akibat dibutakan oleh cinta yang ternyata sosok Dilla sebenarnya adalah hantu.

Sebuah ide terlintas di otak Gilang. Namun, rencana itu terlalu berat dan kemungkinan berhasil kecil.

"Han," panggil Gilang pelan.

"Apa Bang Lang?" tanya Farhan.

"Gue punya rencana dan ini butuh kemampuan lo," jawab Gilang.

"Hmm... harus gue banget nih," balas Farhan ragu.

Gilang mengganggukan kepala kecil. Farhan menghembuskan napas kasar.

"Apa rencana lo?" tanya Farhan pasrah.

Gilang perlahan berbisik kepada Farhan. Sosok hantu wanita bangsawan itu menatap tajam mereka.

Hantu wanita bangsawan menggerakan salah satu bangku, lalu melempar ke arah mereka. Gilang melihat hal itu, dia mendorong tubuh Farhan keras.

Brakk!!

Tubuh Farhan terjatuh di lantai. Suara dentuman bangku hancur cukup mengelegarkan telinga.

"Astaga," ucap Farhan syok.

Farhan tak mampu berkata-kata banyak. Dia terkejut melihat Gilang mengorbankan diri hanya untuk menolongnya.

Gilang terkena lemparan kursi setelah mengenai tembok. Gilang merintih kesakitan. Punggungnya terasa amat nyeri.

"Bang Lang! Lo nggak kenapa-napa kan?" tanya Farhan khawatir.

Gilang cuma tersenyum kecil. "Han... lakukan rencana kita sekarang," ucapnya.

"Tapi lo kan--"

"Gue gapapa kok. Keselamatan kita lebih penting. Gue percaya lo pasti bisa melakukannya."

Gilang menepuk bahu Farhan pelan. Farhan mengganggukan kepala kecil. Dia perlahan berdiri, sebelum itu membantu Gilang untuk bersandar di dinding.

"Eh! Hantu jelek!" seru Farhan emosi.

Hantu wanita bangsawan menatap tajam Farhan. Dia akan menyerang kembali, kali ini menggunakan meja kantin.

Sebelum itu terjadi, Farhan berlari kencang ke arah sang hantu. Dia tak memperdulikan apapun saat ini.

"Gue bakal buat lo menyesal telah menyerang kita!"

"Hahaha... kalian hanya manusia lemah." Kata hantu wanita bangsawan mengejek.

Farhan terus berlari hingga...

.
.
.
.
.

{17/11/2021}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro