Chapter 13 Ancaman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

Fajri selesai sarapan. Ia pun berpamitan kepada Ricky dan Alif.

"Om, Bang, Aji pamit berangkat sekolah dulu ya," ucap Fajri menyalami tangan Alif dan melalukan tos ala bro dengan Ricky.

"Hati-hati ya Ji. Maaf Om nggak bisa anterin kamu," balas Alif. Penampilan Alif sudah rapi. Ia akan pergi keluar kota untuk beberapa hari bersama sang Istri, Marsha.

"Iya Om gapapa. Salam ya buat Tante Marsha," ujar Fajri tersenyum tipis.

Alif mengacungkan ibu jari ke depan. Ia pun masuk ke dalam mengambil barang-barang yang akan di bawa.

Kini tersisa Ricky yang diam menatap Fajri. Fajri yang ditatap sedikit gugup. "Ada apa Bang?" tanya Fajri pelan.

"Nggak kok. Kamu semangat belajar ya. Bang Iky juga ingin cepat-cepat sekolah kaya dulu lagi," jawab Ricky tersenyum kecil.

"Bang Iky harus cepat sembuh. Jadi, kita bisa berangkat sekolah bareng lagi deh," ucap Fajri semangat.

"Iya Ji. Sudah sana berangkat nanti telat," ujar Ricky.

Fajri pun mengucap salam. Hari ini ia akan berangkat dengan Fenly. Keduanya sudah berjanjian dari semalam dan Ricky tak mengetahui hal itu.

Ricky mengucap ekspresi wajah dari tersenyum menjadi murung. Ia tak suka melihat Fajri berbohong kepada dirnya. Hal itu mengingatkan kembali dengan pertengkaran mereka sebulan dulu.

"Ji... Bang Iky berharap Aji mau lebih terbuka lagi," ucap Ricky berharap.

_#_#_

Fenly 🤡

"Gue udah di persimpangan komplek. Lo di mana?"

Fajri mengirimkan pesan kepada Fenly melalui aplikasi WA. Ia menunggu hampir sepuluh menit lamanya di sana.

Sebuah mobil berhenti di depannya. Kaca mobil terbuka, nampak wajah Fenly yang menyengir lebar.

"Sorry Ji. Gue tadi habis dapat wejangan dulu dari Kak Kezia," ucap Fenly.

"Oke! Cepat buka pintunya! Gue capek berdiri mulu sampai lumutan gini!" seru Fajri kesal.

"Ehehehe... yaudah ayo masuk," ujar Fenly.

Fajri pun masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan punggung sebentar di jok mobil. Udara dingin dari AC membuat Fajri terasa sejuk.

"Pakai sabuk pengaman Ji."

Fenly menatap Fajri sedikit garang. "Iya bawel," balas Fajri kesal.

Setelah pengaman Fajri terpasang rapi, Fenly mulai menjalankan mobil menuju keluar komplek. Masih ada sekitar tigapuluh menit lagi bel masuk sekolah berbunyi.

"Nih Ji. Gue ada biskuit sama susu di dalam itu," tawar Fenly yang masih fokus menyetir.

"Makasih ya. Ini buat istirahat saja gue masih kenyang," jawab Fajri sambil mengambil susu dan biskuit, lalu memasukkan ke dalam tas.

Fenly memutar lagu boyband asal Indonesia bernama UN1TY. Ia sudah mendengar semua single lagu boyband yang terdiri dari delapan member.

Lagu single ke tujuh B khusus untuk soundtrack salah satu sinetron khusus remaja di televisi swasta di Indonesia. Fenly mengikuti lirik di awal lagu.

"Sejak pandangan yang pertama kau buat aku jatuh hati. Hari ku yang biasa saja kau baut jadi berarti."

Fajri melirik ke arah Fenly yang asyik bernyanyi. Ia tak menyangka seorang Fenly yang terkenal akan sifat dingin memiliki suara yang bagus.

"Suara lo bagus," puji Fajri.

Nyanyian Fenly terhenti. Ia menjadi salah tingkah setelah di puji seperti itu. Sebenarnya dia menyembunyikan bakat menyanyi dari siapapun sejak dulu terkecuali sang Mama dan Kezia.

"Terima kasih Ji," balas Fenly mengalihkan pandangan.

"Judul lagu ya apa?" tanya Fajri penasaran.

"Oh ini judulnya Friendzone Ji. Coba deh lo dengerin. Sumpah UN1TY keren parah nggak ada obat," jawab Fenly antusias.

"Ok. Kok gue jadi geli sendirimya. Apalagi judul lagunya itu dan lo lagi salah tingkah gitu. Sumpah gue masih normal Fen," ucap Fajri panjang lebar.

Seketika aura di dalam mobil menjadi mencekam. Fenly menatap tajam Fajri penuh tekanan emosi.

"Lo kira gue nggak normal apa?! Gue masih suka cewek cantik dan badan seksi." seru Fenly tak terima atas perkataan Fajri tadi.

Fajri menghela napas lega. Ia lebih suka sifat Fenly yang tukang ngegas daripada seperti itu.

"Hahaha... bagus deh," ledek Fajri tertawa.

Fenly langsung memukul keras lengan Fajri. Fajri sampai mengeluh kesakitan dibuatnya.

"Gila pukulan lo kaya emak-emak pedes amat!" Fajri mengeluh.

"Bodo amat!" seru Fenly kesal.

Fenly pun memutuskan untuk fokus menyetir kembali. Ia tetap bernyanyi mengikuti alunan lagu di radio mobilnya.

_#_#_

Farhan masih setia menemani Zweitson di ruang ICU. Gilang dan Shandy sudah pulang sejak Subuh. Keduanya akan masuk sekolah menghitung sudah menginjak kelas 3 yang artinya akan segera lulus.

"Gue beli sarapan dulu kali ya," ucap Farhan.

Cacing-cacing di perutnya sudah berdemo sejak tadi. Farhan berjalan menuju kamar mandi untuk cuci muka serta gosok gigi.

Setelah terlihat lebih segar, Farhan melirik Zweitson sejenak yang terbaring lemah di atas brankar. Selang pipa yang berada di mulut terhubung oleh sebuah mesin bernama Ventilator. Gunanya untuk memberikan bantuan pernapasan kepada pasien.

"Son, gue izin beli sarapan dulu ya," ucap Farhan mengelus rambut pendek Zweitson.

Farhan perlahan berjalan menuju pintu. Ia buka pintu ruangan, lalu ditutup hingga rapat.

Deg!

Kedua netra Farhan membulat sempurna. Tepat di depan wajahnya, sosok Pemuda tinggi berdiri.

"Halo Bang Han," ucap Pemuda tinggi itu.

"Fi-Fiki," ujar Farhan gagap.

Hembusan angin tiba-tiba datang menerpa wajah Farhan. Otomatis membuat pandangan Farhan terhalang hingga menutup kedua mata rapat.

Saat Farhan membuka mata kembali. Ia terdiam bagaikan patung. Debaran jantung di dada sangat kencang.

Sosok Fiki telah menghilang setelah angin kencang datang. Kemudian Farhan terduduk lemas. Tak sengaja kakinya menyentuh sebuah kotak berwarna merah.

"Ko-kotak apa ini?" tanya Farhan masih terkejut akibat kejadian itu.

Ada perasaan ragu dan takut bercampur di hati Farhan. Pemuda berambut keriting ini menatap lekat-lekat kotak misterius yang ada di dekat kakinya.

"Sumpah gue penasaran tapi gue juga takut, gimana dong?" keluhnya.

Farhan dengan hati-hati meraih kotak misterius tersebut. Saat ia buka, adrenalin ya kembali di uji.

Bau menyengat dari dalam kotak membuat Farhan merasa mual. Di dalam kotak ada sebuah bangkai tikus yang sudah terdapat belatung. Darah merah segar juga menghiasi bangkai tikus.

Sebuah kata membuat bulu kuduk Farhan merinding. Ada foto yang terdapat depalan pemuda remaja d sana.

"M.A.T.I."

Bibir pilu, wajah pucat serta keringat dingin membasuhi muka Farhan. Ia sudah tak kuat menahan ini semua.

"Aaahhh" jerit Farhan histeris.

Suster Sintia yang kebetulan lewat di dekat ruang Zweitson di rawat langsung menghampiri Farhan. "Kenapa Mas teriak-teriak seperti itu?" tanyanya.

"Sus-,"

Tiba-tiba wajah Suster Sintia berubah menjadi sosok hantu Noni Belanda yaitu Elena. Seringai lebar menghiasi bibir Elena yang mengeluarkan banyak darah.

"Aahhh!"

Farhan akhirnya tak sadarkan diri. Suster Sintia menepuk bahu dan menggoyangkan tubuh Farhan pelan.

"Tolong saya!" seru Suster Sintia panik.

Beberapa petugas perawat berhamburan menghampiri Suster Sintia. Mereka menolong Suster Sintia membawa tubuh Farhan ke dalam ruang ICU tempat Zweitson di rawat.
.
.
.
.
.

{08/03/2022}

Author memasukkan cuplikan momen Fenji ke dalam cerita hehe...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro