Chapter 18 Lia

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

"Iky,"

Ricky mencari keberadaan sumber suara yang memanggil nama dirinya. Ia terdiam kaku, lidah terasa pilu.

"Iky... aku kembali."

"Key. Apa kabar?" tanya Ricky penuh kerinduan.

"Aku baik Ky. Maafin Key ya...,"

"Iky sudah maafin Key kok. Iky senang akhirnya Key kembali."

Ricky tersenyum lebar. Ingin rasanya dia memeluk tubuh hantu anak kecil itu. Ia sangat merindukan Key yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil, menemaninya di saat ia ditinggal seorang diri.

Saat Ricky mendekat, Key seakan melarangnya. "Jangan ke sini Ky. Ini belum waktunya."

"Kenapa?" tanya Ricky sedih.

"Akan ada waktunya Key menjelaskan ini semua."

Ricky terdiam. Ia hanya bisa menuruti perkataan Key untuk saat ini.

"Oke. Iky kangen sama Key. Semoga kita bisa seperti dulu lagi." Ricky berharap.

Hantu Key tersenyum kecil. Perlahan sosok hantu Key menghilang dari pandangan Ricky.

"Sampai temu dapat restu waktu..."

Air mata Ricky tumpah sendiri, setelah ia menahan sejak tadi. Ricky tersenyum tipis. Ia yakin pasti semua akan indah pada waktunya.

Ricky memutuskan untuk menyelesaikan teror dan teka teki yang terus bermuncullah. Ia sudah lelah dengan semua kejadian yang datang silih berganti.

"Gue harus cepat sembuh dan selesaikan kasus ini!"

Semangat Ricky berkobar membara. Ia mengambil posisi berdiri. Ricky akan belajar berjalan tanpa menggunakan bantuan tongkat.

Satu demi satu langkah Ricky berjalan pelan di dalam kamar. Ia bolak-balik selama kurang lebih sepuluh menit, hingga Ricky terjatuh. Namun, ia bangkit kembali dan terus berjalan tanpa lelah.

Sosok hantu Key dari luar jendela mengamati Ricky. Ia tak bisa terlalu dekat dengan sahabat kecilnya karena ada suatu penghalang. Jika Key ceroboh sedikit saja, nyawa Ricky dalam bahaya.

"Key hanya bisa mengamati Iky dari jauh. Key pun kangen bermain dan mengobrol bersama Iky."

Selama tigapuluh menit, Ricky tanpa henti berlatih berjalan. Setiap ia terjatuh, ia akan bangkit lagi dan berfokus kembali berlatih. Wajah sahabat-sahabat dan Key sebagai obat penyemangat baginya.

__08__

"Ji, lo gapapa?" tanya seseorang.

Fajri menolehkan kepala ke samping. Di sebelah kanannya berdiri seorang siswi yang ia kenali.

"Ji, halo," ucap siswi itu mengibaskan tangan di depan muka Fajri.

"Eeh iya. Gue gapapa kok, Lia." Fari menjawab setelah tersadar dari lamunan.

Fajri tertegun melihat warna aura Lia semakin berwarna hitam pekat. Ia ingin memberitahukan kepada Lia, namun ada sesuatu yang menjanggal di hati.

"Ji," panggil Lia.

"Iya?" balas Fajri bingung.

Jarak wajah Lia dan Fajri hanya berjarak beberapa centimeter saja. Fajri langsung membuang muka ke arah kiri.

"Maaf ya Ji," ucap Lia tak enak.

"Maaf dalam hal?" tanya Fajri heran. Satu alis mata terangkat ke atas.

Lia terdiam sejenak, lalu ia membuka suara. "Gue boleh minta tolong nggak? Tapi kalau nggak mau juga gapapa kok hehehe..."

Fajri semakin dibuat bingung. "Sumpah gue nggak ngerti," ucap Fajri polos.

"Gue boleh minta tolong sehari ini saja temenin gue ke suatu tempat. Tenang saja, tempatnya masih sekitaran luar sekolah ini kok.

Jadi, gimana?"

Lia menghela napas lega. Setidaknya ia sudah mengutarakan apa yang ia ingin sampaikan kepada Pemuda berparas tampan sekaligus teman sekelasnya.

Jujur Lia menunggu jawaban dari Fajri. Sejak ia melihat Fajri pertama kali di kelas sebagai anak baru, sosok Fajri sudah mencuri hatinya. Mungkin bisa disebut cinta pandangan pertama.

Lia menatap Fajri penuh rasa penasaran tinggi. Ia berharap Fajri menerima permintaannya sebelum ia tak dapat melihat dunia ini lagi untuk terakhir kalinya.

"Oke. Nanti pulang sekolah kan?"

Akhirnya Fajri menjawab setelah menunggu beberapa menit berpikir. Fajri akan membuat sebuah kenangan indan dengan Lia sebelum ia meninggal dari warna aura hitam pekat menyelimuti tubuhnya.

"Makasih ya Ji. Lia senang. Nanti Lia kabarin lagi."

Setelah Lia mengatakan hal itu. Lia pun kembali berkumpul dengan teman-temannya membuat konten tiktok dan berfoto bersama.

"Semoga gue nggak mengecewakan lo," ucap Fajri menatap ke arah Lia penuh kesedihan.

__08__

Farhan berada di taman rumah sakit. Ia tengah memandangi anak-anak dan orang tua yang asyik bermain di taman. Suasana sejuk membuat ia merasa nyaman berlama-lama di sini.

"Kapan lagi menikmati suasana seperti ini kan," ucap Farhan menghirup udara sebanyak-banyaknya.

Pikiran yang memenuhi isi kepala seakan menghilang walau sementara. Ia memang butuh ketenangan sejenak.

Bagaimana Farhan bisa berada di taman?

Saat Farhan menunggu Dokter Raka dan Suster Tyas memeriksa kondisi Zweitson. Ia duduk di depan ruang ICU sambil bermain game online menghilangkan kebosanan.

Tiba-tiba sebuah pesan singkat dari seseorang. Aplikasi yang digunakan untuk mengobrol berwarna hijau menampilkan pesan di layar ponsel.

"Tumben sekali Abang mengirim pesan," gumam Farhan heran.

Farhan membuka isi pesan tersebut yang menyuruhnya untuk datang ke taman rumah sakit. Hal itu membuat diri seorang Farhan menjadi penasaran.

Tanpa berpikir lama ia bergegas menuju ke taman rumah sakit dan di sinilah dia sekarang berada. Sudah lima menit berlalu sang Abang tak kunjung menunjukkan batang hidungnya.

"Lama benar sih!" Farhan menggeruru. Menunggu itu hal yang sangat membosankan baginya.

Tak lama seorang Pria bertubuh atletis berjalan ke arah Farhan duduk. Ia tersenyum tipis melihat sang Adik sudah tumbuh besar.

"Maaf ya lo jadi nunggu lama," ujar Pria tersebut sambil menepuk bahu kanan Farhan pelan.

"Ayam terbang ke danau!" seru Farhan kaget. Dirinya hampir saja terjatuh ke tanah jika Pria itu tak memegangi salah satu tangan Farhan.

"Hahaha... dari dulu nggak pernah berubah ya lo," ucap Pria itu mengacak rambut kribo Farhan gemas.

"Ish! Kebiasaan banget sih kagetin gue terus!" Farhan kesal. Namun, hatinya senang melihat sosok Abang yang telah lama tidak bertemu kira-kira tiga tahun lamanya.

"Nggak mau peluk nih," ucap Pria bertubuh atletis merentangkan kedua tangan lebar.

Farhan pun memeluk Pria tersebut yang merupakan Kakak kandungnya. "Gue kangen sama lo Bang Tian," ungkap Farhan rindu.

"Gue juga Han. Makin lama tatonya lo banyak benar," balas Bastian atau biasanya di panggil Tian.

Kedua Kakak beradik itu melepaskan rasa rindu di taman rumah sakit. Mereka duduk menikmati momen sebuah percakapan.

__08__

Fajri dan Lia sudah berada di salah satu kafe dekat sekolah. Keduanya duduk sambil menunggu pesanan makanan datang.

"Ji," panggil Lia membuka obrolan awal.

"Iya, kenapa?" tanya Fajri mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

"Lia mau bicara sesuatu hal penting sama Aji," jawab Lia gugup.

"Apa? Bicara saja gapapa kok," balas Fajri tersenyum tipis.

Saat Lia ingin membalas. Ia melihat sosok hantu noni bangsawan membawa bucket bunga mawar biru. Hantu itu menatap dirinya tajam.

"Aji, aku takut," ucap Lia memeluk lengan Fajri yang duduk bersebelahan dengannya.

"Ada apa Lia? Heii...," tanya Fajri bingung.

Seluruh tubuh Lia gemetaran. Ia tak mau melepaskan pelukan di lengan Fajri. Hantu itu selalu datang menghantui dirinya.

"Aku akan mengambil nyawamu."
.
.
.
.
.

{21/03/2022}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro