Chapter 19 Danger!!!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Note : Cerita ini hanyalah fiktif belaka. Nama pemeran kuambil dari para member boygroup Indonesia yaitu UN1TY. Maaf jika ada kesamaan latar, tokoh maupun cerita ini. Cerita berjudul Eight 3 adalah murni milik saya!
.
.
.
.
.

"Lia, lo kenapa?" tanya Fajri khawatir.

Seluruh tubuh Lia gemetaran kuat. Fajri berusaha menenangkan dengan mengelus lembut punggung Lia.

"Aku akan mengambil nyawamu."

Suara itu terus menggema di telinga Lia. Ia sangat takut dan gelisah.

"Lia... kamu harus tenang ya. Ada Aji di sini oke," ucap Fajri lembut.

Perlahan tubuh Lia mulai tenang. Ia tak melepaskan pelukan di lengan kanan Fajri. Rasanya begitu hangat dan nyaman.

"Ji... Lia takut. Noni itu terus menghantui Lia sepanjang waktu."

"Noni?" batin Fajri terlintas mengingat sosok hantu noni bangsawan yang selalu membawa bucket bunga mawar biru.

"Lebih baik Lia tarik napas, terus buang perlahan selama tiga kali ya," ucap Fajri.

Lia menganggukan kepala kecil. Ia mengikuti ucapan Fajri dan Lia sudah mulai sedikit tenang.

"Ji, terima kasih ya," ujar Lia tersenyum tipis.

Fajri mengelus pucuk kepala Lia pelan. Entah kenapa ia merasa memiliki tanggung jawab untuk melindungi Lia.

Tak lama pesanan makan mereka datang. Satu persatu makanan serta minuman ditaruh di atas meja dengan rapi. Pemandangan di atas meja begitu menggugah selera.

"Silahkan menikmati," ucap pelayan Wanita ramah.

"Terima kasih Mbak," balas Fajri tersenyum.

Kedua pipi pelayan Wanita itu tersipu malu. Ia tak sanggup mengabaikan senyum tampan dan polos makhluk di depan matanya.

Seorang pelanggan memanggil sang pelayan, hingga Wanita itu harus pergi. Ia merenggut kesal dibuatnya.

"Cie yang ditaksir Mbak-mbak pelayan," ledek Lia menahan tawa.

"Hah? Emang iya?" tanya Fajri bingung.

"Huh! Dasar cowok gak peka!" seru Lia merenggut kesal.

Fajri semakin bingung. Ia sampai menggaruk kepala yang tak terasa gagal.

"Sumpah Aji bingung tahu," ucap Fajri polos.

Lia menghela napas pelan. Ia cukup dibuat kesal dengan sikap polos Pemuda tampan di depannya.

"Andai Lia bisa hidup lebih lama lagi, pasti Lia senang bisa dekat Aji terus," gumam Lia sangat pelan.

Pemuda Cimahi di depannya tak melihat hal itu, ia lebih fokus kepada makanan dan minuman yang sudah tersedia di atas meja. Fajri cukup merasa lapar karena seharian belajar dan ulangan dadakan di sekolah.

"Yuk, di makan. Aji sudah lapar atuh," ucap Fajri tersenyum tipis.

"Ah iya, Ji. Mari makan," balas Lia ikut tersenyum.

"Jangan lupa berdoa dulu sebelum makan," ujar Fajri mengingatkan.

"Siap!" balas Lia mengacungkan ibu jari kanan ke depan.

Keduanya pun menikmati makan dengan tenang. Sesekali Lia bertanya tentang kehidupan Fajri di kota Cimahi dan Fajri menjawab dengan cepat walau mulut tetap mengunyah.

Satu jam lamanya, akhirnya semua makanan di atas meja sudah habis tak tersisa, hanya menyisahkan piring dan gelas kotor.

"Alhamdulillah...," ucap Fajri bersyukur.

"Ji," panggil Lia pelan.

Saat Fajri menatap ke arah Lia. Ia dapat melihat warna aura hitam pekat menyelimuti seluruh tubuh Lia.

"Ji... perut aku sakit banget," keluh Lia memegangi perut. Ia merasakan perutnya seakan sakit bagai ditusuk-tusuk pisau.

"Lia! Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" seru Fajri panik.

Fajri berjalan mendekati Lia yang berada di seberang meja. Tiba-tiba sebuah sosok hantu muncul tepat di belakang tubuh Lia.

"Aku akan mengambil nyawanya."

"Jangan!" Reflek Fajri berteriak kencang.

Seluruh pasang mata kini terarah kepadanya. Fajri tak mempedulikannya. Saat ini prioritas utama adalah nyawa Lia yang berada di ujung kematian.

Seorang pelayan dan satpam datang menghampiri mereka. Fajri berusaha mendekat ke arah Lia, namun sebuah dinding tak kasat mata menghalangi.

"Aji... Lia sudah nggak kuat lagi," ujar Lia semakin merintih kesakitan.

"Bang Rick... Aji bingung harus melakukan apa saat ini untuk menolong Lia." batin Fajri lirih.

Fajri butuh sosok Ricky dan sahabat-sahabat lainnya, apalagi ini berhubungan dengan makhluk yang sering meneror mereka. Ia ingin menolong, tetapi kekuatannya kurang.

"Aji..." panggil Lia lirih.

__08__

Kita kembali ke beberapa jam yang lalu. Gilang, Shandy dan Fenly keluar dari ruang UKS. Pelajaran keempat sudah di mulai sejak tadi.

"Gue masih ngantuk nih," keluh Shandy suara serak khas bangun tidur. Ia mengucek kedua mata yang masih terpenjam sedikit.

"Tidur mulu lo kaya Kucing!" sindir Gilang.

Gilang jauh lebih segar. Lumayan dua jam lamanya ia tertidur pulas waktu di UKS setelah tiba-tiba tak sadarkan ini. Ia sedikit lupa kenapa bisa terjadi seperti itu.

"Bang Lang sudah enakan?" tanya Fenly pelan.

"Sudah kok Fen. Makasih ya sudah mau menemani gue walau lo jadi bolos mata pelajaran," jawab Gilang tak enak.

"Gapapa kok Bang, sesekali gue bolos. Bosan juga kalau belajar di kelas sendirian," balas Fenly tersenyum.

Gilang mengacak rambut Fenly gemas. Fenly langsung menghentak tangan Gilang kuat. Ia paling tak suka jika rambut kebanggaannya di acak-acak.

"Rese lo!" seru Fenly ngegas.

"Hahaha... lebay banget sih lo," ujar Gilang tertawa kecil.

"Berisik banget sih lo berdua! Mending kita pergi ke kafe atau mana gitu gue lapar nih," sahut Shandy malas.

Shandy sudah memegangi perutnya, cacing-cacing di dalam perut sudah berdemo meminta jatah makanan. Gilang dan Fenly saling pandang, lalu menganggukan kepala kecil tanda setuju.

"Oh iya Bang, gue mau--," ucap Fenly.

"Nanti saja Fen, gue sudah nggak kuat nih. Mau makan ayam goreng mentega," potong Shandy kesal.

"Otak lo isinya makanan mulu heran gue!" sindir Gilang.

"Nggak makan nggak hidup lo!" sanggah Shandy memicingkan mata tajam ke arah sahabatnya.

Fenly memilih diam. Mungkin ia akan menceritakan perihal tadi di gedung sekolah lama setelah makan. Ia juga merasa cukup lapar.

Ketiga Pemuda itu lalu pergi ke salah satu kafe dekat sekolah. Saat mereka sudah berada di dalam, Shandy tak sengaja melihat sosok Fajri dengan seorang Perempuan tengah menyantap makanan.

"Eh! Itu si Aji kan!" seru Shandy kepada kedua Pemuda di sebelahnya yang sibuk mencari tempat kosong.

"Lah iya! Bisa-bisanya dia malah pacaran di sini." Gilang menyahut.

"Bagaimana kalau kita kerjain si Aji?" tanya Shandy tersenyum jahil.

"Gue sih setuju... hahaha...," jawab Gilang, lalu melakukan tos berdua.

Fenly sebenarnya ingin protes, tetapi ia malas mengeluarkan suara. Tiba-tiba Fajri di tempat ia duduk berteriak kencang.

"Lia!"

Suara Fajri mampu membuat pandangan mata semua tertuju padanya. Ketiga sahabat itu saling melirik satu sama lain seakan memberikan kode.

"Gue merasa ada aura jahat di sini," ucap Gilang menatap ke arah Fajri dan Perempuan asing yang merintih kesakitan.

Bulu kuduk Shandy berdiri. Ia cukup sensitif bila mengenai perilah hantu dan aura jahat.

"Kita harus tolong Aji, Bang!" seru Fenly panik.

"Iya!" Kompak ketiganya.

Mereka langsung bergegas mendekati sosok Fajri yang berada dalam bahaya. Namun, sebuah bayangan hitam melintas cepat ditengah pelarian.

Brukk!!!

Tubuh salah satu dari mereke terpental menabrak bangku di sebelah kiri. Hal itu terjadi begitu cepat tanpa dapat menghindari.

"Gilang/Bang Lang!" seru Shandy dan Fenly.
.
.
.
.
.

{03/07/2022}

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro