Intermission 002: Gambit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Tak disangka Karen, Gloria membetulkan jam saku kakeknya yang sudah lama rusak.

Karen menatap jam itu di telapak tangannya. Bahan kuningan di sana mengilat layaknya baru, sama seperti bagaimana Karen ingat kalau dia tengah iseng naik ke kursi di ruang kerja sang kakek untuk mencari buku.

Kakeknya itu kerap kali meninggalkan jam sakunya di meja, apalagi ketika beliau sedang sibuk. Biasanya kalau Karen kecil sedang sehat, dia akan mencari kakeknya kalau beliau belum lama keluar dari rumah. Dia akan memberikan jam itu pada kakeknya yang akan mengelus-elus rambut keperakan milik Karen, dan Karen akan menurut untuk segera kembali ke rumah.

.

Namanya adalah Karen Ray Spriggan. Dia mewarisi nama 'Spriggan' karena dia merupakan keturunan keluarga yang katanya merupakan pemimpin tanah yang dari dulu independen dari kontinen Angia dan Kaldera yang kerap memperebutkan lokasi strategis itu.

Sejauh apa yang Karen kecil dengar, sang kakek yang terkadang menceritakan sejarah untuknya (kalau tidak dia merajuk tidak mau tidur), keluarga mereka sudah berusaha agar Spriggan tidak jatuh ke tangan siapa-siapa. Spriggan adalah Spriggan, tanah yang katanya merupakan tempat favorit Sang Peri Sylph ketika dia sedang beristirahat.

Spriggan dikenal dengan manusianya yang bermata merah, sang kakek bercerita. Spriggan juga dikenal dengan mereka yang teguh akan pendiriannya dan selalu berjuang.

Karen kecil lebih dekat dengan kakeknya setelah orang tuanya meminta sang kakek merawat Karen setelah mereka 'gagal'. Mereka merasa gagal karena sirkuit sihir yang mereka 'inginkan' ada pada Karen tidak stabil. Sirkuit sihir itu kakek sebut sebagai Muspell Counter, menghasilkan kekuatan berupa penguasaan api yang luar biasa, namun perlahan merenggut nyawa pemiliknya.

Konon, keluarga Spriggan mewarisi berkat dari Sylph, sirkuit sihir yang katanya bersumber dari Salamander, juga kemampuan alamiah yang nantinya diaplikasikan sebagai Kitab Kejayaan Hampa—clairvoyance, keilmuan berupa ramalan, kemampuan untuk menginderai masa depan. Memang tidak sedetail Kitab Kejayaan Hampa, tapi pemetaan masa depan yang Karen lakukan bisa membantunya menyusun rencana dan membuatnya berada beberapa langkah mendahului lawannya. Sekedar melihat garis 'kemungkinan', Karen sudah bisa memilih untuk menaati 'bacaan masa depan' itu, atau menghindarinya.

Katanya, tidak ada satu keturunan yang mendapat dua bakat itu, lagi Karen, dengan sedikit 'paksaan' dari orang tuanya, memiliki kedua bakat itu.

Mungkin karena itu-lah, Karen tidak pernah merasa memiliki orang tua, apalagi setelah kakeknya ditemukan tewas karena menggantung dirinya sendiri di kabin itu.

Karen tidak terlalu ingat masa kecilnya sebelum dia berada di kabin sang kakek. Rasanya dia seperti terus menerus meradang, tubuhnya lemah, dan mulailah karena dunianya yang sempit itu, dia menjadi seorang yang rewel dan egois.

.

Karen membuka jam saku itu, melihat jarum di sana kembali berdetak, menunjukkan waktu dengan sebenar-benarnya. Jam itu ditemukan di kaki sang kakek yang sudah mulai membiru, sepertinya jatuh dari sakunya saat dia berusaha menggantung diri. Gloria yang memungut jam saku itu dan membersihkannya sebelum menyerahkannya pada Karen.

"Jamnya rusak," Karen kecil bersungut. Dia masih belum mengerti kematian saat itu sebelum mereka berdua akhirnya ditemukan oleh orang dewasa lain. "Apa nanti kakek akan membetulkannya?"

Mata Gloria berkaca-kaca, dia mulai terisak, tapi dia berusaha menahan air matanya, "Nanti, nanti aku tanya di rumahku ada yang bisa membetulkannya atau tidak."

Bahkan memori itu baru kembali padanya sekarang ketika Gloria mengembalikan jam itu kepadanya. Karen pun menghela napas panjang. Dia berguling di kasur.

Kamar itu terasa sangat dingin, entah kenapa.

.

Selain tubuhnya yang lemah, Karen memiliki masalah memori yang disadarinya terkadang menghambat kemampuannya untuk sekedar mengingat. Rahasia ini disimpannya rapat-rapat dari Gloria dan Fiore, dan untungnya sihir Fiore tidak dapat mengetahui hal ini.

Masalah memorinya ini membuatnya hampir tidak ingat kehidupan masa kecilnya, atau apa yang sudah orang tuanya lakukan sehingga dia memiliki Muspell Counter. Bukan berarti dia pikun atau ingatannya akan terhapus setiap harinya, tapi seperti ada bagian dari pikirannya yang selektif menghapus memori-memori tertentu, kemungkinan agar dia bisa terus menggunakan kemampuan clairvoyance-nya.

Mungkin kalau Gloria tidak datang setiap hari ke kabin si kakek, Karen akan lupa siapa gerangan anak berambut kecoklatan yang akan mencoba berkenalan dan mengajaknya bermain.

Hanya ketika bertemu dengan anggota E8, Karen mendapat penjelasan tentang kondisinya ini dari titah sang Ratu Putih via Messenger.

Fiore, sebagai seorang dari bangsa asimilasi peri Titania, setelah mengetahui aliran energi sihir Karen tanpa sengaja saat mereka sempat melakukan konversi energi di Ekskursi Daerah Pertama ke Leanan, menyadari cara pemakaian sihir Karen bisa diperbaiki agar Karen mampu menggunakan sihirnya dengan sempurna tanpa harus menderita kondisi kekurangan energi atau kelelahan yang luar biasa.

.

Karen bangkit dari posisinya yang semula berbaring. Dia melihat kedua tangannya lagi, dan bagian lengan yang tertutup oleh kain kemeja yang menunjukkan empat lingkaran yang dibuat Fiore untuknya.

Muspell Counter kini sudah bertransformasi menjadi alat yang bisa dipakainya tanpa menjadi pedang bermata dua. Hanya dengan satu lingkaran saja, Karen sudah berhasil meregulasi sihirnya sehingga dia bisa bertarung melebihi kadet lain. Waktu wajib militer selama dua tahun ini juga membantunya berlatih membiasakan diri dengan kondisi baru dan berusaha tidak terlalu menonjol.

Tidak ada yang menyukainya ketika mereka tahu dia memiliki nama 'Spriggan', apalagi ketika dia bertugas di Norma. Padahal, perang yang berujung ke aneksasi Spriggan itu jelas-jelas dimenangkan Angia—atau mungkin bisa dibilang, dimenangkan Norma.

Lagi, Karen tidak lagi merasakan dendam yang sama saat ini.

Ya, dia masih ingin mewujudkan mimpi kakeknya untuk melihat Spriggan kembali merdeka, tapi kini Karen sudah bisa melihat betapa gegabahnya ia ketika dia menerima tawaran manis E8. Dia hanya bisa menelan pil pahitnya saat ini.

.

Tidak lama setelah kakek dikabarkan meninggal dunia, dua orang berjubah putih datang menemui Karen kecil.

Mereka tidak datang dengan keinginan tulus, tentu saja, karena mereka sengaja membunuh semua penjaga di kabin tempat Karen tinggal malam itu, dan mereka sekedar berbicara pada Karen bukan seperti seorang dewasa berusaha membujuk anak kecil.

"Jadi kamu, anak Spriggan?" wanita itu kini Karen kenal sebagai Messenger. Dia-lah yang berbicara sementara rekannya masih sibuk dengan pedangnya sendiri, tertawa bagaikan orang haus darah. "Ratu Putih menginginkanmu."

Karen memang masih naif kala itu, tapi dia tahu apa itu bahaya. Dia tahu kakeknya punya banyak sekali musuh. Mungkin dua orang ini datang setelah tahu kalau kakeknya memilih mati ketimbang menyetujui aneksasi Spriggan dengan Angia.

"Apa yang Ratu organisasi yang hendak menguasai Endia pinta?"

"Hee, jadi dengan kemampuanmu itu, kamu sudah bisa melihatnya?" Messenger menunjuk kepala Karen. Dia tampak puas. "Kalau begitu, urusanku bisa cepat. Aku hanya datang untuk menyampaikan pesan sang Ratu satu kali. Kalau kamu tidak bisa menjawab, rekanku bisa membuatmu bertemu kakek kesayanganmu dalam hitungan detik."

Karen tidak gentar. "Apakah Ratu mampu mengabulkan keinginanku? Ratu pastinya datang ke sini karena tahu apa yang akan terjadi, bukan?"

Messenger terkekeh, "Kamu terlalu pintar, gadis kecil. Baiklah, aku akan bermain sesuai dengan kemauanmu."

Ratu Putih, kepala dari E8, menginginkan kemampuan clairvoyance Karen untuk merakit sebuah teknologi yang beliau namakan sebagai algoritma. Sebagai gantinya, Ratu Putih akan membantu agar Spriggan bisa merdeka kembali.

.

Karen baru mengetahui implikasi dari permintaan itu sekarang. Kemampuannya berkaitan erat dengan Kitab Kejayaan Hampa. Apa yang Ratu Putih inginkan berhubungan dengan Peri Angia, Sylph itu sendiri. Lagi, Karen sudah terlambat untuk memahaminya, dan kini dia hanya bisa melihat Ratu melangkah lebih jauh setelah mengorbankan salah satu bidak—Springer Putih, dirinya—di papan caturnya.

Cincin Peri di jemarinya sejenak berkedip. Ada pesan masuk yang harus segera Karen jawab atau koneksinya akan terputus.

"Jadi kamu beneran akan ke Angia, bocah kecil?"

"Aku sudah bukan bocah kecilmu lagi, Selen." tukas Karen dingin. Dia memijat pelipisnya ketika melihat panggilan terenkripsi yang sudah lama tidak bersua itu datang tiba-tiba, apalagi setelah Karen bilang dia butuh bantuan di Aira.

"Jangan begitu, dong. Kita toh sama-sama sudah dibuang dari papan catur Ratu," ucapnya dengan nada mendayu seperti biasa. "Atau, yah, bisa dibilang aku yang mengeluarkan diri. Rook kadang masih suka bertanya kapan aku akan ke Kaldera."

Selen adalah nama yang Karen berikan pada Messenger Putih yang sudah lama membuang namanya sendiri. Saat Perang Sipil Angia, Karen meminta bantuannya untuk mencari informasi seputar Sigiswald Reinford. Itu adalah cara Selen membayar hutang budi pada Karen yang membantunya untuk 'keluar' dari E8.

Sang Ratu sepertinya sudah tahu Messenger akan membelot, atau memilih kebebasan dikarenakan rencana sang Ratu sudah di luar pengetahuannya. Karen pun memanfaatkan ini untuk menarik Selen sebagai perpanjangan tangannya. Selen sama sekali tidak keberatan dengan hal ini, walau Karen terus mengingatkan kalau hubungan mereka berdua sekedar profesional, lagi Selen entah kenapa selalu bersikap seperti dia adalah figur seorang kakak bagi Karen.

"Terus kamu udah ceritakan soal aku ke teman-temanmu?"

"Belum semuanya," Karen menggeleng. "Ada yang sudah kuberitahu, sisanya paling nanti saat kita ketemu di Aira. Lebih gampang begitu. Sudah ya."

"Hei, hei! Dingin amat sih anak satu ini!" cibirnya. "Ya, sudahlah. Kita ketemu di Aira saja, ya."

Karen memutus koneksi itu dan menghempaskan dirinya lagi ke kasur. Jam saku kakeknya meluncur dari tangannya ke sisi kosong di sampingnya, dan sekali lagi, Karen menatap jam itu dengan tatapan nanar.

.

Gloria Wiseman. Pewaris tunggal perusahaan multi kontinen Wiseman yang bergerak di bidang industrialisasi, mesin, dan Warden. Seorang perasa yang sangat gampang sekali menangis. Seorang yang dikenalnya sama sekali tidak bisa diam, terlalu peka pada apa saja, terutama kalau sudah soal Warden dan—

—soal dirinya.

Fiore benar. Karen sudah salah untuk menyimpan segalanya dari Gloria. Mungkin gerigi takdir yang sudah bergerak akan berubah bila dia mempercayai Gloria saat itu dan meminta bantuannya.

Lagi, segalanya sudah percuma.

Penginderaan masa depannya sudah lama memetakan kemungkinan terburuk setelah keputusannya itu, dan kini yang bisa dia lakukan adalah mengatasi akibat yang ditimbulkannya.

Seorang pendosa sepertinya belum boleh mengingat kata pulang sebelum dia berhasil menebus kesalahannya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro