Intermission 011: Mengukir Yang Telah Terukir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Bagi para mahasiswa di Cosmo Ostina, Freya Nadir Romania adalah seorang panutan dari segala panutan.

Tidak hanya di usianya yang masih muda beliau sudah dipercayakan untuk memegang Kitab Harapan Palsu, kemampuan sihir beliau juga tiada tara. Disebut sebagai pengguna sihir terkuat ketika zaman beliau masih bersekolah, seorang biasa yang memiliki kemampuan luar biasa itu naik pamornya menjadi harapan bagi semua orang. Freya Nadir Romania adalah simbol, di saat itu, bagi mereka yang mengira pihak jelata tidak mampu mengenyam sihir secara formal.

Tentu, beliau bukan berada di pucuk kekuatan bukan hanya karena bakat beliau dengan sihir, tetapi juga kegigihan beliau dalam membuktikan dirinya.

Nadia, sama seperti para mahasiswa lain yang turut mengikuti sepak terjang beliau dan bagaimana beliau mengajar di mana saja seantero Aira, menjadi satu dari banyak yang tergugah.

Mungkin Nadia bukan seorang yang memiliki bakat, atau berasal dari keluarga biasa yang tidak memiliki 'kesempatan', tapi bukan berarti dia tidak mengerti apa yang dinamakan sebagai kekaguman dan kerendahan hati.

Baginya saat itu, sosok Freya Nadir Romania dan apa yang sudah dicapainya adalah hal yang luar biasa, sama dengan bagaimana kakak-kakak angkat Nadia yang sudah melebarkan sayap dan mengharumkan nama mereka di dunia hiburan Aira. Nadia selalu terpukau dengan kerasnya seorang dapat berusaha—sehingga mungkin itu juga yang membuatnya tertarik dengan Sharon dan Celia.

Freya Nadir Romania merupakan sosok spesial bagi Nadia sejak hari dia mengetahui Sang Profesor. Nadia pun menjadikan beliau tujuan, terutama saat Nadia dan dua teman kecilnya itu berhasil menjadi mahasiswa tetap di Cosmo Ostina.

Bagi para rekan sejawatnya di Cosmo Ostina, Freya Nadir Romania adalah sosok yang ditakuti. Ditakuti bukan karena beliau kerap meminta hal-hal di luar nalar, melainkan beliau selalu bergerak sesuai kemauannya sendiri, mengikuti ritme yang hanya dia sendiri pahami, dan tidak mengindahkan hierarki.

Beliau dikenal sebagai profesor yang jual mahal, tidak mau mengambil mahasiswa yang diampu untuk tugas akhir selama beberapa tahun dia menjabat sebagai seorang pengajar, hingga dia menaruh minatnya pada Kelompok Belajar Avalon.

Tentu, Nadia sangat bahagia dengan ini, walaupun jelas Freya Nadir Romania memilih mereka karena bakat Celia, disamping ide tugas akhir mereka adalah hasil pemikiran Nadia.

Siapa yang akan menolak sebuah kesempatan begitu datang, bukan?



Kala itu, mereka sedang membicarakan seputar tugas akhir—mencari sesuatu yang mereka minati adalah hal yang cukup sulit walau mereka cukup sepikiran.

Nadia tahu Celia suka mengalah. Nadia juga tahu Sharon yang berusaha untuk tidak menjegal kemauan Nadia atau Celia. Tapi Nadia ingin sesuatu yang mereka bertiga benar-benar sepakati bersama dan bukan karena dia yang menyerahkan sebuah ide lalu Celia dan Sharon sekedar mengiyakan saja.

Hari yang dingin di musim gugur itu, Nadia menerima sebuah paket dari salah satu kakak angkatnya yang tengah melakukan tur dengan kelompok pentasnya di antero Aira. Hadiah itu berupa sebuah piringan hitam yang berisi rekaman lagu kesukaan Sharon, Requiem of Reconchestra.

Setelah kakaknya memutuskan untuk berpisah dengan kelompok yang bubar itu, nama Reconchestra masih saja melambung. Pada akhirnya kelompok yang berpisah jalan itu kembali lagi dan mereka melakukan pembaharuan, dengan konsep lebih baru dan menitikberatkan pada musik dan ilmu peran.

Requiem of Reconchestra adalah lagu pamungkas yang hanya mereka tampilkan pada pertunjukkan tertentu saat ini, tidak lagi berkumandang di setiap pertunjukkan.

Mendapati piringan hitam itu, Nadia hendak memberikannya pada Sharon awalnya, tapi Nadia yakin Sharon akan menolak, walau dia sangat menyukai lagu ini (Sharon tidak pernah bilang, tapi Nadia sangat yakin Sharon menyukai lagu tersebut sampai dia memakai namanya jadi kunci penggerak sihir).

Saat itu mereka tinggal di sebuah rumah pondok kecil yang pembayarannya mereka bagi tiga dengan adil karena Celia dan Sharon menolak Nadia membayar semuanya. Rumah pondok itu lebih tepatnya sekedar sebuah ruangan yang mereka bagi bersama, dengan seluruh bagian rumah baik itu dapur, ruang tengah, dan wilayah tidur mereka bertiga terlihat saat kamu memasuki rumah.

Nadia pun sekedar memutarnya di kala petang di ruang tengah. Celia dan Sharon yang tengah sibuk dengan tugas mereka masing-masing entah kenapa segera datang ke ruang tengah dan mereka pun duduk diam saja menikmati alunan lagu itu dari awal hingga akhir tanpa mengganggu.

"Musik itu hebat, ya, walau aku nggak ngerti musik," imbuh Sharon yang sudah menggulung perkamen tugasnya. Celia menumpuk bukunya dan duduk santai, sementara Nadia menanggapi Sharon dengan anggukan. "Kamu belajar musik, nggak, Nona Nadia?"

"Kamu kira semua bangsawan melek musik?" sergah Nadia. "Nggak, aku nggak kayak kakak-kakak angkatku."

"Kamu ingat 'kan Nadia sempat mau nyanyi terus suaranya fals? Pas di peternakanku itu, lho, tahun lalu." Celia terkekeh. "Sampai sapi-sapi pada masuk lagi ke kandang."

"Maaf ya suaraku jelek!" bentak si rambut perak. Sharon dan Celia pun tertawa lepas.

"Omong-omong, bukannya sihir Aira juga ada yang berkaitan dengan musik?" imbuh Celia. "Aku sempat belajar itu ketika teori aplikasi sihir."

"Sihir tapi musik?" Sharon mengerjap. "Apa itu? Kayaknya aku baru dengar."

Nadia tahu apa yang dimaksud Celia, tapi Nadia memutuskan diam, menunggu Celia mengeluarkan buku yang dia maksud untuk menjelaskannya pada Sharon.

Dahulu kala, terutama pada keluarga yang erat dengan musik seperti keluarga Nadia, terkenal sosok pengguna sihir yang dapat membaca 'partitur' kehidupan. Mereka dikenal sebagai 'Sang Dirigen' karena kemampuan mereka menyelaraskan nada yang 'rusak' dari sebuah 'partitur', tidak menambahkan atau membuat nada baru.

"... Sihir ini katanya sudah tidak digunakan lagi karena kurang praktis dan hanya beberapa yang dapat melihat partitur itu dan ... oh," Celia membalik halaman. "Oh, ini mungkin ada kaitannya juga dengan Kitab Harapan Palsu."

"Kitab Harapan Palsu!" kini giliran Nadia yang semangat. "Maksudmu kalau kita belajar ini, kita bisa lebih dekat dengan Miss Nadir?"

"Kamu semangat ya kalau soal Miss Nadir," Sharon tertawa kering. "Eh tapi sihir musik menarik sih, aku ingin tahu soal musik tapi rasanya aku nggak bisa berpentas."

"Ini bukan untuk hiburan, lho. Ilmu Sang Dirigen ini sepertinya dikhususkan untuk mereparasi sesuatu atau mengubah bentuk fisik, tapi kita tidak mengkonversikan benda atau makhluk itu jadi sesuatu yang 'baru', paham? Intinya sih, ini sihir, bukan musik sebagai sesuatu yang biasa kita nikmati."

Sharon tampak mengulang-ulang maksud Celia, sementara Nadia menyahut dengan antusias.

"Artinya ini bisa jadi topik tugas akhir kita! Kita bisa mencoba ajukan ke beliau karena kita mempelajari Kitab Harapan Palsu!"

"Aku cukup tertarik kalau ini bisa dipakai untuk peternakan nantinya." sahut Celia. "Hebat juga kita bisa kepikiran begini karena Reconchestra."

"Dan selangkah lebih dekat dengan Miss Nadir!"

"Iya, Nona Nadia, iya."



Apa Nadia menyesali ketika Miss Nadir memilih mereka karena bakat Celia? Tentu tidak, Celia memang berbakat dan dia cukup iri, tapi bukan berarti Nadia akan melakukan sesuatu untuk menyingkirkan Celia.

Apa yang dirasakannya pada Miss Nadir adalah murni kekaguman yang luar biasa, lagi bukan rasa untuk memiliki. Ya, sebagai manusia, sifat iri itu wajar, karena tidak semua hal bisa seseorang miliki. Selama dia tidak merugikan Celia karenanya, Nadia merasa cukup untuk menyimpannya pada lubuk hatinya sendiri.

Apa Nadia menyesali ketika Miss Nadir memilih Sharon yang akan menjadi 'Sang Dirigen' di tugas akhir mereka? Tentu tidak. Sudah lama Nadia ingin Sharon bisa menemukan tempatnya, atau suatu 'hal' yang membuatnya merasa berarti.

Dia senang bakat Celia dilihat oleh orang lain. Dia senang Sharon mulai merasa dia memiliki alasan untuk terus hidup—lagi dia, Nadia Loherangrin, juga seorang manusia yang punya keinginan.

Nadia memerhatikan dari sisi ruangan saat Miss Nadir melatih Sharon dan regulasi energi barunya. Nadia bertugas lebih banyak merekam perkembangan dan mengusulkan hal-hal yang perlu perubahan. Miss Nadir nantinya datang untuk memeriksa laporan Nadia. Demonstrasi pada khalayak, lalu latihan, peran Sharon dari hari ke hari terasa melelahkan seiring waktu tenggat tugas mereka semakin mendekat.

Nadia masih ingat saat pertama kali Miss Nadir berhadapan dengan mereka satu persatu untuk wawancara sebelum penentuan dosen pengampu. Miss Nadir hanya bertanya sedikit pada mereka, dan pertanyaan beliau sama—walau Nadia tidak tahu jawaban seperti apa yang Celia dan Sharon berikan karena pertanyaan itu ditujukan secara empat mata dan rahasia.

"Apakah dunia ini tidak adil?"

Miss Nadir setelah melatih Sharon menuju arahnya, membaca sekilas laporan yang sudah Nadia rangkum, dan dia lalu berulas senyum.

"Sempurna, Loherangrin."

"Terima kasih, Miss." ujarnya seraya mengangguk.

"Sebentar lagi ini akan selesai," ucapnya. "Yah, memang kalian hanya lulus berdua saja, tapi apa boleh buat."

Sharon tengah beristirahat, duduk sambil mengatur napasnya yang terengah. Nadia dan Miss Nadir berkesempatan untuk mengobrol sejenak.

"Apa anda puas dengan hasil ini, Miss?"

"Tentu saja, kenapa tidak? Segalanya sudah ada pada tempat yang seharusnya." beliau memainkan sisi rambutnya yang ikal, memutar dan menariknya di telunjuknya. "Kamu pun juga harus bangga menjadi bagian dari sejarah yang tengah berlangsung."

"Sejarah?"

"Kamu tentu sudah paham bagaimana sihir dengan teknik ini hilang, dan kini sihir ini akan ada lagi di Aira. Sebuah keajaiban, bukan? Gebrakan yang padahal hanya mendaur ulang sesuatu dan menjadikannya lebih modern dan baru."

Nadia terdiam sejenak, memikirkan ucapan Miss Nadir dengan saksama.

"Kita akan membuat sejarah baru, seharusnya kita berpesta." sambung beliau lagi. Ekspresinya tenang saat dia mengambil suling yang selalu bersamanya. "Nada yang sudah ada di partitur kehidupan tidak bisa seenaknya diubah."

Ketika Miss Nadir memainkan beberapa bait dengan Kitab Harapan Palsu setelahnya, Nadia sejenak mempertanyakan semuanya.

Sejarah seperti apa yang ingin disaksikan sang Freya Nadir Romania?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro