XXX. | Sang Profesor

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat berhadapan langsung dengan Freya Nadir Romania, Fiore kini paham mengapa baik Alicia dan Val mengatakan 'sulit' untuk mengerti beliau.

Bukan berarti karena beliau menggunakan istilah sulit atau sangat urakan untuk didekati, atau beliau sama angkuhnya dengan mereka penyihir di tanah Aira yang mereka temui.

Bila Claudia Ars Bathory, instruktur mereka adalah seorang yang karismatik, Freya Nadir Romania adalah sosok yang anggun dan pragmatik. Hanya dengan sekali melihat beliau bercengkrama dan berlaku di hadapan para anggota Avalon sudah tergambar jelas bahwa Bu Nadir adalah seorang dengan ilmu pengetahuan sihir yang luas, dan matanya seakan mampu melihatmu tanpa dia harus banyak menerkamu.

Freya Nadir Romania memang tingginya tidak jauh dari Fiore. Rambut coklatnya ikal panjang sepunggung, dan aura yang dipancarkannya jelas adalah menggambarkan sosok yang sangat, sangat berpengalaman. Seakan kamu tahu, tanpa beliau menunjukkan kepemilikan Kitab, kamu tidak akan mampu bersanding dengan beliau, mirip dengan Instruktur Bathory yang disinyalir seusia dengannya, dua puluh sembilan tahun.

Kitab Harapan Palsu, menurut Instruktur Bathory, adalah kitab yang dapat 'melihat'. Berbeda dengan Kitab Kejayaan Hampa yang bisa memperkirakan masa depan yang pasti akan terjadi dari pertanyaan lisan maupun perlakuan sang Pemegang Kitab, Kitab Harapan Palsu ini berfungsi baik sebagai 'pengamat'. Fiore tidak bisa menggambarkan atau menerka fungsi jelasnya dari penjelasan Instruktur Bathory, tapi mungkin itu juga yang membuat Freya Nadir Romania terlihat sebagai sosok yang 'selalu yakin'.

Sejauh mana beliau bisa 'melihat' dengan Kitab Harapan Palsu? Tentu mereka tidak akan bisa menebaknya. Atau mungkin ada kekhususan tertentu yang Kitab Harapan Palsu punya, sama seperti Kitab Kejayaan Hampa.

Saat beliau duduk bersama mereka di pagi itu, sarapan yang memang tetap terasa tegang jadi sedikit cair. Nadia menceritakan bagaimana dalam beberapa hari ini setelah Duel Harga Diri, Celia sudah resmi dikeluarkan dari Cosmo Ostina, lalu Nadia menyarankan agar mereka tetap melanjutkan tugas akhir seperti biasa. Celia nantinya akan tetap di sana hingga awal April ketika tahun ajaran baru Cosmo Ostina dibuka, sementara mereka akan melakukan sidang tugas akhir bulan Mei.

Bu Nadir menanggapi itu dengan lapang dada, segera memberitahukan mereka untuk berproses layaknya biasa karena sedikit lagi mereka akan selesai. Beliau seperti sudah 'tahu' ini akan terjadi dan sekedar mendengarkan apa yang hendak Nadia sampaikan dan evaluasi yang Nadia berikan.

"... Artinya berarti Gawaine sudah tidak diikutsertakan dalam hal ini, ya? Kamu paham 'kan, walau kamu akan tetap di sini hingga awal April, Gawaine?" Bu Nadir menurunkan cangkirnya. Mereka dari Glacialis sebagai orang luar, sekedar pengamat ketika beliau blak-blakan saja saat Nadia melapor. Tidak ada yang disembunyikan, tidak ada yang ditutup-tutupi.

Fiore menangkap Val sudah mencatat intisari pertemuan ini dan mereka tetap diam selama mereka tidak ditanyai atau dimintai keterangan.

"Tenang saja, Miss Nadir." Celia mengangguk tanda setuju. "Saya tidak akan curang."

Sharon mengernyitkan dahi, "Curang dimananya?"

"Wajar 'kan andai kalian khawatir aku bisa saja melelang isi karya kalian~"

Bu Nadir nyengir, "Ah, kamu bisa aja nakutinnya. Aku yakin baik Loherangrin dan Tristan percaya padamu, kok."

Ekspresi Nadia kecut menanggapi lelucon mereka berdua, sementara Sharon menghela napas panjang seraya memijat pelipisnya. Celia tertawa saja.

"Karena tamu kita mungkin tidak tahu apa yang jadi topik pembicaraan kita, gimana kalau sedikit demonstrasi, gimana menurut kalian?"

Bu Nadir menatap mereka berempat anggota Glacialis seakan beliau adalah seorang serbatahu. Alicia bilang beliau sudah tahu dia punya keturunan Aira, dan mungkin dengan selayang pandang seperti ini, beliau sudah bisa menduga siapa mereka dan asal-muasal mereka.

Nadia melirik ke arah Sharon, "Baiklah, kami akan bersiap-siap. Apa Celia boleh membantu?"

Bu Nadir mengibaskan tangannya, "Silakan saja."

Sesaat mereka bertiga menuju ke ruangan mereka untuk mempersiapkan demonstrasi sesuai yang beliau perintahkan, beliau segera mengerling penuh arti di antara mereka berempat. Senyum beliau selalu sama sejak awal Fiore melihatnya; sederhana, lagi menyimpan banyak rahasia.

"Kalian dari Angia—hm, atau harus kukatakan kalian utusan Claudia?" Fiore berusaha untuk memasang ekspresi netral ketika Bu Nadir tertawa. "Hebat sekali dia bisa mengumpulkan orang-orang sekaliber kalian, muda, berbakat, berpengalaman ... juga memiliki kemampuan khusus masing-masing. Ah, apa ini sebuah kebetulan, atau inikah apa yang Kitab inginkan?"

Beliau tidak menyebut dengan jelas 'Kitab' apa yang dimaksud, lagi pandangannya yang penuh arti itu menyiratkan banyak sekali makna. Apakah beliau sudah paham hanya sekedar melihat sekilas? Atau ini cara beliau untuk mendorong mereka mengaku, mencari sebuah celah ketidakmampuan untuk membuat mereka lengah?

Mereka hanya bisa bungkam saat Bu Nadir mengangkat suling yang semula ada di mejanya. Suling panjang itu adalah Kitab Harapan Palsu.

"Titania, ah, tak kusangka hidup fana ini membuatku bisa bertemu anak Sylph ... begitu juga Spriggan." beliau terkikik. "Anak-anak Sylph memang luar biasa apik."

Fiore mengernyit. Anak-anak Sylph, katanya, dan itu untuk mendeskripsikan dia, anggota klan Titania, dan Karen, keturunan Spriggan yang merupakan produk dari proyek antara ASIMILASI dan PROGENITOR. Bu Nadir lagi tidak mengatakan apa-apa selepas itu, matanya sudah tertuju pada Alicia.

"Yang paling tidak kuduga sih, kamu. Ya kamu si rambut kehijauan," dia menunjuk dengan ujung sulingnya. "Kamu seharusnya tidak di sini, nak. Sepertinya memang 'kebetulan' itu kadang sebelas-dua belas dengan takdir, ya?"

Mereka tetap bungkam, tidak menanggapi racauan sang Pemegang Kitab hingga ketiga anggota Avalon kembali membawa sebuah buku catatan, dan Nadia sudah menarik dua kursi untuk saling berhadapan. Bu Nadia sudah hendak memainkan sulingnya setelah Nadia dan Sharon duduk berhadapan dan Celia menaikkan tongkat sihirnya di antara Nadia dan Sharon.

"Saya akan memainkan nada yang salah pada Loherangrin. Tugasmu, seperti biasa, membetulkan partitur itu, Tristan. Gawaine, pastikan agar penonton kita ini diperlihatkan partitur yang hendak dibetulkan."

"Baik, Miss Nadir." sambut mereka bertiga.

Bu Nadir pun memainkan nadanya ke arah Nadia yang ada di sebelah kiri. Dia tampak seperti menahan sakit sekarang, sementara Celia memperlihatkan partitur pada pihak Glacialis di udara. Fiore mengerti bagian yang mana yang harus diubah karena dia familier dengan seni musik, lagi sepertinya tidak semudah itu membetulkannya.

Sharon mengambil napas panjang saat dia menaikkan tongkatnya. Selubung sihir tertentu terbentuk di tongkatnya seperti cahaya, lagi ada juga selubung elemen lain menyertainya saat dia menyelaraskan nada itu layaknya seorang dirigen.

Barulah setelah nadanya dibetulkan, Nadia mengurai napas penuh kelegaan dan mengelap keringat di pelipisnya.

"Itu adalah bagaimana dirigen di masa lampau bekerja, dan tugas Avalon adalah mendemonstrasikan ini di hadapan umum," sambut beliau. Mata coklat sang profesor yang senada dengan rambutnya, berkilat-kilat. "Tapi nantinya hanya akan ada seorang dirigen yang dapat memandu sebuah orkestra, dan tugas ini akan jatuh pada Tristan."

Alicia pun bertepuk tangan tanda kagum, sementara Sharon yang ditunjuk hanya menunduk sambil tersipu. Nadia menyilangkan tangannya di depan dada sambil tersenyum, dan Celia pun tampak bangga, walau dia bukan lagi bagian dari mereka nantinya.

"Kuharap kalian bisa nyaman di sini, anggota Angia." sahut Bu Nadir lagi. Alih-alih pembicaraan baru saja antara mereka tidak pernah terjadi dan beliau sudah mulai mengobrol dengan anggota Avalon lagi perihal masalah tugas akhir mereka.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro