XXXII. | Kompromi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat kedua anggota Glacialis itu mengembalikan buku yang mereka lihat-lihat ke Perpustakaan Utama, Sharon menatap Nadia dengan sangsi. Dia tidak mempertanyakan keputusan Nadia untuk membantu mereka, tapi sesaat Nadia yang enggan itu berubah pikiran, saat itulah Sharon yang mulai bertanya-tanya.

Mengapa mereka mencari tentang Ialdabaoth, sang pendiri? Mengapa Nadia memberitahukan keberadaan anggota klan Undine pada mereka dengan mudah? Apa yang ada di benak Nadia saat ini?

"Tunggu, apa ini artinya klan Undine harusnya menjadi rahasia di Aira?" tanya Alicia barusan saat menanggapi ucapan Nadia.

"Rahasia umum, ya, kurang lebih, mereka hanya tidak suka menunjukkan diri mereka di hadapan khalayak banyak," jelas Nadia. "Mereka adalah tipikal klan yang lebih memilih bersembunyi layaknya pohon dalam hutan, kalau itu analogi yang bisa kalian pahami."

Fiore-lah yang tampak setuju dengan pendapat itu. Dia juga adalah seorang yang berasal dari klan asimilasi Peri, Titania-nya Sylph.

"Tidak masalah juga kalau kami tahu soal mereka?" Alicia sepertinya sudah paham kecurigaan mereka dan pilihan Nadia untuk mengusulkan ini, Nadia pun sekedar mengedikkan bahu.

"Itu adalah untuk kalian pikirkan sendiri."

Sharon pun memberanikan dirinya untuk bertanya selagi Alicia dan Fiore terfokus pada kegiatan mereka. Dibutuhkan pendataan khusus untuk mereka berdua sekedar meminjam buku untuk dibaca di sana, sehingga saat mereka mengembalikan buku itu, prosesnya akan diulang kembali.

"Mereka sudah disetujui oleh Miss Nadir sebagai asistensi kita nanti. Mereka akan membantu kita dengan tugas akhir dan mengisi posisi Celia." Nadia menghela napas. "Jadi anggap ini adalah bagaimana aku mencoba membuat mereka berhutang budi."

"Nggak biasanya kamu pakai istilah utang budi."

Nadia mendecak. "Hah. Perasaan kamu aja."

"Jadi selama ini Nona Nadia melaksanakan bisnisnya berdasar untung dan rugi?" Sharon menahan dagunya tanda tanya.

"Apaan sih, Sharon." wanita berambut perak itu mendengus. "Simpan pendapatmu untuk dirimu sendiri!"

Mereka menanti hingga Alicia dan Fiore selesai dengan segala proses panjang pengembalian buku, barulah Nadia membawa mereka kembali ke gedung kemahasiswaan. Rasanya mereka semua berurusan sering sekali dengan kemahasiswaan dewasa ini, padahal mereka tidak berkaitan dengan hal-hal yang dirasa membuat mereka seperti siswa bermasalah.

Miss Marcus Lowell melihat mereka di antrian kemahasiswaan, semula ekspresinya cerah, sekarang sedikit kesal tapi beliau masih berusaha tersenyum penuh arti ketika Nadia maju di giliran antriannya.

"Ada perlu apa kah kalian datang lagi kemari ketika tidak dipanggil?" Sharon bisa merasakan sedikit stres di suara beliau.

Ya, tentu perihal Duel Harga Diri dan segala yang terjadi setelahnya adalah hal besar bagi pihak kemahasiswaan, atau bisa dibilang sebuah tamparan keras juga. Sharon tidak mendengar lagi kabar-kabar burung setelah kejadian itu. Pihak Angia sudah dengan baik membuktikan posisi dan kualitas mereka walau mereka berasal dari luar. Bisik-bisik mengenai Avalon pun turut berkurang setelah Celia dikeluarkan dari Cosmo Ostina. Sharon tidak terbayang mengurusi hal itu dan mencoba meredam dampaknya, pasti pihak kemahasiswaan cukup sakit kepala.

"Saya ingin bicara dengan anda sebagai sosok klan Undine, Miss Lowell." ucap Nadia. Wanita berambut merah di belakang konter itu pun menaikkan alis.

"Apa ini ada hubungannya dengan Nona Titania di belakangmu?"

"Bisa iya, bisa tidak," Nadia melirik ke arah Alicia dan Fiore yang membalas tatapan Nadia dengan anggukan. "Ini ada hubungannya dengan Ialdabaoth."

Seketika mata sang kepala kemahasiswaan itu membulat. "... Ada masalah apa dengan itu?"

Nadia meminta Alicia untuk maju, Fiore mengikuti di belakangnya. Alicia menjelaskan kurang lebih sama seperti dengan apa yang diucapkannya pada Sharon dan Nadia barusan. Alasannya untuk mengetahui Ialdabaoth adalah karena ibu angkatnya. Sharon cenderung skeptis, begitu juga Nadia, tapi karena Nadia sudah membuka opsi ini dan membuat mereka tahu kalau Miss Marcus adalah anggota klan Undine, Sharon mempercayai Nadia.

"Ini bukan hal yang bisa saya bahas di sini, maupun di Cosmo Ostina," ucap beliau dengan nada berat. "Kalau kalian benar-benar ingin tahu soal ini, temui saya di luar kampus—ah, misal tiga orang Avalon itu juga mau ikut, silakan saja."

"Hee, main rahasia-rahasiaan, nih, ceritanya?" sergah Nadia menanggapi sikap sang kepala kemahasiswaan yang senyumnya masih cerah—cerah-cerah sensi.

"Ini topik khusus, Loherangrin. Bukan sesuatu yang bisa kubagi di dalam kampus."

"Karena berkaitan dengan kemaslahatan kampus? Oh, oh. Apa ini sudah waktunya melapor ke bagian akademik kalau pihak kemahasiswaan hendak membicarakan perihal rahasia dari belakang?"

"Ya ampun, Loherangrin. Sumpah atas air yang mengalir." sang kepala kemahasiswaan itu terdengar putus asa. "Ada alasan tertentu mengapa pihak Undine tidak membicarakan tentang Ialdabaoth. Saya hanya mencoba meluruskan ini karena saya anggota klan Undine. Bila yang bertanya bukan seorang Titania atau kenalannya, pun, saya tidak akan menjawab."

Nadia masih menatap Marcus Lowell dengan tidak puas, "Tapi ini adalah instansi pendidikan, Miss Marcus. Pengetahuan bukan sekedar untuk diberikan untuk disembunyikan, kecuali anda juga memiliki maksud lain?"

Sharon mendapati penggunaan kata 'juga' yang sengaja ditunjukkannya pada Fiore dan Alicia. Mereka berdua pun tampak menyadarinya dan sekedar saling bertatapan. Sharon membiarkan Nadia yang berusaha menekan Miss Marcus.

"Loherangrin, tolong jangan mengetes kesabaran saya." Miss Marcus mengetuk mejanya sekali. "Saya tidak ada maksud apa-apa. Saya hanya memfasilitasi, dan topik mengenai Ialdabaoth adalah satu dari banyak hal yang bisa dianggap tabu oleh klan Undine."

Nadia menyeringai. "Tabu, pantas saja di perpustakaan hampir tidak ada. Begitu ternyata."

Senyum Marcus Lowell sempurna pudar, tapi beliau tidak mengatakan apa-apa mengenai pernyataan Nadia. Beliau sekedar menaikkan kacamatanya dan berdecak gusar.

Sepertinya itu juga salah satu tujuan Nadia, mengetahui mengapa topik ini begitu sensitif, lagi masih dipertanyakan mengapa topik sensitif ini akan dia bagikan pada pihak Glacialis yang notabene orang luar, baik ada seorang dari klan asimilasi sekalipun.

Atau jangan-jangan ini ada kaitannya dengan Para Peri itu sendiri? Tapi untuk apa harus bertemu di luar Cosmo Ostina?

"... Terserah kalau kalian nggak mau tahu, toh ini cuma sekedar informasi untuk anak Titania ini dan bocah di sebelahnya."

"Ya, ya, akan kami pikirkan kalau kami tertarik." Nadia berkacak pinggang. "Ya, sudah. Itu jawaban dari Miss Marcus, terserah kalian saja, ya."

Kalau dipikir-pikir lagi, memang seperti ini Nadia yang selalu Sharon tahu—dia akan membantu sebisa mungkin untuk siapa saja yang dipercayainya. Lagi bukan berarti Nadia mudah sekali percaya dengan orang lain. Ada alasannya mengapa Nadia tidak terlalu dekat dengan orang lain, selain karena status keluarganya yang tinggi dan mereka yang tidak mampu menahan mulut pedas Nadia dari dekat.

Nadia memang punya klub penggemar, tapi mereka tidak pernah tahu bagaimana Nadia Loherangrin sebenarnya, dan hanya menjunjung tinggi nama keluarganya atau apa yang tengah ia lakukan selama di kampus terutama kelebihan Nadia di bidang pendidikan.

Pertanyaannya sekarang, apakah mereka perlu tahu tentang diskusi antara Marcus Lowell sebagai bagian dari Undine dengan bagian anggota Glacialis yang penasaran dengan cerita mengenai Ialdabaoth?

Sharon mengerling, Nadia tidak menunjukkan ekspresi berarti dan sekedar memerhatikan sikap Fiore dan Alicia saja.

"Baik, kalian kutunggu di akhir pekan depan, lokasinya di sebuah kafe yang ada di kota Iberia, kafe Kandela." beliau menuliskan alamat pada secarik kertas dan memberikannya pada Fiore. "Saya harap kalian tidak telat atau saya akan menarik penawaran saya."

Alicia terlihat sangat senang, "Terima kasih, Bu Marcus! Apa pun dari anda akan sangat membantu!"


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro