Pelaporan Tugas Sementara Aira

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pelaporan Tugas mengharuskan Val datang kembali sendirian ke kapal, walau dia tidak lagi diperbolehkan memegang senjata. Karen yang masih diminta Fiore untuk beristirahat membantu Val untuk menyusun apa yang perlu dilaporkan nantinya.

Minggu-minggu pertama ini mereka lalui dengan cukup menegangkan. Perlakuan sihir yang begitu berbeda dengan Angia, juga mereka yang sempat diremehkan sampai harus membuktikan diri dan melakukan pengorbanan yang tidak sedikit, tugas mereka pun belum menemui titik temu atau tanda akhir. Malahan, sepertinya mereka lebih jauh dari rencana awal mereka.

Pengawasan terhadap Pemegang Kitab Harapan Palsu bisa saja dilakukan, lagi Freya Nadir Romania ada di pihak serbatahu. Mereka selain mengawasi pun turut diawasi oleh beliau. Mereka bisa saja memanfaatkan posisi sebagai murid dari Pemegang Kitab Kejayaan Hampa dan sekedar membantu Avalon sambil melaksanakan fungsi mereka sebagai pengawas, lagi untuk mencapai konsensus untuk mereka menyebarkan soal Perang Megah Para Peri akan mendekati mustahil.

Karen menyarankan untuk Val tetap apa adanya tentang pelaporan ini tanpa mengurangi atau menyembunyikan detail yang masih abu-abu bagi mereka, termasuk Ialdabaoth yang ditemukan oleh Alicia.

Kemungkinan perihal Ialdabaoth berkaitan erat dengan apa yang selama ini mereka temukan di Angia sepanjang pendidikan mereka, baik itu mengenai bangsa asimilasi dan Sang Peri itu sendiri, kini menjadi cukup besar.

Daerah teluk yang mengelilingi Pelabuhan Besar Hestia cenderung aman dan terkendali, lagi Val terus terang tidak merasa tenang tanpa senjatanya. Mungkin dia sekedar mengkhawatirkan hal-hal terburuk yang tidak terjadi, atau dia terlalu paranoid mengingat minggu awal mereka tidak berjalan mulus.

Sampai di kapal, Val segera mengontak kru untuk membuat sambungan segera ke Angia. Kontaknya segera ditanggapi oleh Instruktur mereka, Claudia Ars Bathory dan Matron Thalia selaku pemegang Menara Kendali. Melihat dua sosok yang familier itu cukup membuatnya rileks, karena ia tahu posisinya bukanlah untuk dihakimi atau ditindak atau dipersalahkan.

"Sudah kusut saja, Valerian."

"Ah, saya bisa tertawa dengan bercandaan anda, Instruktur, tapi situasinya memang separah itu."

"Separah itu?"

"Separah itu." Val mengakses Cincin Peri miliknya dan mulai menguraikan apa yang telah mereka alami setelah turun jangkar di Pelabuhan Besar Hestia hingga saat ini mereka menetap di Rumah Pohon bersama mahasiswa yang diampu oleh Freya Nadir Romania.

Val segera mengirimkan data yang sudah dikumpulkannya sejauh ini ke pihak Angia, dan segera diterima oleh Matron Thalia.

"Ah pertama-tama, saya harus mengungkapkan permintaan maaf karena sudah gagal sebagai komandan Glacialis."

Sang Instruktur pun menaikkan alis, "... Ini lebay, atau?"

"Nanti anda bisa menilai, Instruktur."

Seperti yang Val duga, ekspresi yang sebagian besar ditunjukkan oleh Claudia Ars Bathory adalah ekspresi antara kagum dan kaget. Matron Thalia sempat ingin menginterupsi terutama saat Val bilang kalau izin senjatanya dicabut. Instruktur Bathory bersedekap, menanggapi Val tanpa menjeda hingga pelaporannya selesai.


Di minggu-minggu pertama ini, kami mengalami serangkaian peristiwa yang cukup mencengangkan. Kami telah berhasil menjalin hubungan dengan target dan dipercayai beliau sebagai asisten pengajar untuk tugas akhir mahasiswa yang diampu.

Lagi, kami merasa kalau kami diawasi oleh beliau dan beliau mempertanyakan motivasi kami. Situasi di Aira yang sangat tidak ramah dengan para pengguna sihir lanjutan yang tidak mengendalikan elemen secara langsung dan non kombatan sihir - atau menurut Aira, tidak positif sihir - membuat kami harus menjalani apa yang disebut sebagai Duel Harga Diri.

Pihak penuntut kami ingin kami dari Glacialis membuktikan kemampuan dan integritas kami melalui serangkaian duel dengan taruhan. Saya, Alena Valerian, sebagai salah satu peserta, mengalami kekalahan dan hak senjata saya dicabut oleh Aira. Di pihak Avalon, mereka yang sudah dengan baik menerima kami, Celia Gawaine yang merupakan mahasiswa terkuat di Cosmo Ostina, memasrahkan status kemahasiswaannya dan dianggap drop out.

Selain dengan posisi kami sekarang, pencarian identitas Alicia membawa kami pada pendiri Cosmo Ostina yang dikenal sebagai penyihir brilian dengan nama 'Ialdabaoth'. Alicia nantinya akan mencari lebih lanjut seputar ini bersamaan dengan kami mengawal penugasan berkaitan pengawasan terhadap Pemegang Kitab Harapan Palsu.

Saat ini, baik saya maupun kepala skuadron memahami bahwa kemungkinan kami bekerja sama dengan Aira sangatlah minim. Kebencian, begitu juga keangkuhan kontinen yang kaya dengan sihir ini membuat kami cukup antipati.


Claudia Ars Bathory menghela napas panjang, ia menangkupkan kedua tangannya pada wajahnya, sementara Matron Thalia menggeleng-gelengkan kepala.

"Separah itu."

"Separah itu, Instruktur." Val tersenyum miris.

"Bahkan yang di Kaldera saja seperti masih banyak harapan, kalian ..." Instruktur Bathory tertawa kering. "Yah, bukan saya menyalahkan kalian atau apa. Kalian sudah berusaha, dan ini memang tantangan yang luar biasa."

Val menyilangkan jarinya di atas konsol. Jemarinya mengelus Cincin Peri yang mengular di jari tangan kanannya. Kondisi mereka ini memang spesial—spesial dalam artian yang hina.

"Menurutmu, apa yang sebaiknya skuadron Glacialis lakukan untuk saat ini, Komandan Valerian?"

Val menerawang, dia menelan ludahnya sebelum menyarankan, "Saya rasa kami akan berfokus lebih untuk pencarian identitas Ialdabaoth. Untuk pengawasan, saya rasa kami akan mencoba lebih 'abai'. Karen merasakan kalau sang Pemegang Kitab punya agendanya sendiri karena beliau tidak merasa ada kehilangan ketika Celia Gawaine memutuskan untuk melepas status kemahasiswaannya dalam duel."

Instruktur Bathory menopang dagunya, "Seperti dia sudah memperkirakan ini, ya?"

"Benar. Karen juga bilang seperti itu. Beliau seperti sudah menduga hal ini akan terjadi dan segera memutuskan untuk tetap menjalankan proses tugas akhir seperti biasa. Beliau juga tidak mengindahkan kalau ada yang menyebutkan soal Celia Gawaine."

Instruktur Bathory mengetuk-ngetuk meja di hadapannya, dia melirik ke arah Matron Thalia sejenak, lalu kembali pada Val.

"Kecurigaanku ternyata benar," sahutnya. "Ada sesuatu yang telah terjadi di Aira dan menunggu puncaknya."

Val mengerjap, "Apa ini juga nanti jadi bagian tugas kami?"

"Bisa iya, bila dia bersinggungan dengan kalian," Instruktur Bathory tertegun. "Lagi melihat kalian sekarang, sepertinya ini tinggal menunggu waktu."

"Instruktur, sebentar. Maksud anda, apa pun yang kami lakukan tidak akan bisa menghentikan apa yang akan terjadi, walau kami belum tahu apa ini sebenarnya?"

"Dugaan saya," Matron Thalia mengimbuh. "Ini ada hubungannya dengan tugas akhir Kelompok Belajar Avalon."

Tugas akhir Kelompok Belajar Avalon, menduplikasi 'sang dirigen' di masa lampau yang menyetem alam dengan kemampuan nada yang ditopang oleh Kitab Harapan Palsu. Sejauh ini mereka mengetahui kalau ketiga wanita itu hendak menggunakannya untuk kemajuan Aira—utamanya untuk masing-masing idealisme mereka mengenai kemudahan sihir.

Namun, bila ternyata kekuatan ini digunakan untuk sesuatu tujuan lain—

"Tetap awasi dia dan Kelompok Belajar Avalon yang tersisa." titah Instruktur Bathory.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro