XXXIII. | Kendala

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mereka bertiga sudah cukup lama tidur dalam satu atap, satu ruang yang sama, lagi jarak antara mereka semakin merenggang setelah Celia dikabarkan putus kuliah. Celia akan tetap berada di Rumah Pohon hingga bulan April awal, menurut keputusan kemahasiswaan dan akademik karena pengeluaran Celia adalah suatu hal khusus, ini adalah masa transisi sebelum Celia nanti harus kembali ke Asteria.

Nadia dan Celia masih berbincang seperti biasa, lagi Sharon kerap merasakan jurang di antara mereka, apalagi ketika mereka diam—atau ketika Sharon terjaga di kamar mereka yang sudah digelapkan.

Tiga tempat tidur dari kayu jati itu terletak di pojok-pojok ruangan, terpisah oleh tirai yang mereka bertiga bagi sama rata sehingga mereka punya tempat khusus masing-masing di kamar itu.

Sharon tidak suka membeli barang-barang baru dan akan memakai sesuatu sampai benar-benar tidak bisa terpakai, jadi lemari, meja, kursi, bahkan buku-bukunya pun tidak jauh berbeda dengan apa yang dia pakai saat awal ada di sana. Nadia yang cukup telaten selalu menyusun barang-barangnya rapi sehingga walau dia punya banyak sekali barang, semuanya tertata rapi. Celia biasanya membawa lungsuran dari peternakan untuk menopang hidupnya di kampus, misal tas ayahnya yang sudah tidak terpakai, atau alat tulis milik sepupunya yang sudah tidak digunakan karena mereka sudah lulus sekolah.

Suasana tiga sekat itu tidak pernah melanggar batas satu sama lain, layaknya mereka yang selalu menjaga diri masing-masing.

Biasanya, Sharon akan sibuk saja kalau dia masih butuh belajar atau mengerjakan sesuatu, tapi karena tugasnya sudah berkurang seiring mereka dekat dengan kelulusan, dan tidak ada hal-hal berarti lainnya, Sharon bisa tidur cepat.

Atau paling tidak berpikir untuk tidur cepat, karena dia sama sekali tidak merasa lelah atau mengantuk.

Selain perihal mereka bertiga, yang menguasai benak Sharon adalah seputar apa yang mereka dengar dari Miss Marcus mengenai bangsa Undine dan Ialdabaoth. Alicia tetap bersikukuh ingin tahu dan Nadia yang jelas mempertanyakan sikap Miss Marcus terlihat cenderung tidak menyukai apa yang telah terjadi.

"Sharon, Nadia, kalian kenapa masih bangun?"

Sharon mengerjap di tempat tidurnya mendengar suara lembut Celia dari selusur tirai pemisah. Sharon pun bangkit dari kasurnya melihat sisi tempat Nadia masih menyala karena lampu minyak yang biasa dinyalakan Nadia kalau dia sedang mencatat atau membaca buku.

"Memang jam berapa sekarang?" tanya Nadia, terdengar memang dia tidak menyadari waktu telah berlalu.

"Jam satu pagi?" kekeh Celia.

"Oh wow," ungkap Sharon yang beringsut ke arah tirai untuk menuju arah tempat Celia. Celia sudah mengarahkan lampu minyak miliknya ke tempat Nadia, sementara Nadia muncul dari sisi ujung tirai, kepalanya melongok melihat Sharon dan Celia.

"Kalian berdua ada apa kah?" Celia tersenyum mendapati mereka. Sharon menghela napas panjang, dan Nadia sekedar memberengut.

"Kamu tahu soal Ialdabaoth, Celia?" tanya Nadia. Dia menyingkap tirai dan mendekat ke arah bagian kamar Celia. Dia sudah menarik kursi. Sharon duduk saja di lantai, memeluk lututnya. Celia duduk di atas kasurnya, menangkupkan kedua tangannya di pangkuan.

"Sang Pendiri Cosmo Ostina, Ialdabaoth?" Celia menaikkan alis. "Hmm seingatku disebut di buku-buku sejarah dan buku ilmu terapan, tapi biasanya itu saja. Ada apa soal Ialdabaoth?"

Sharon mengimbuh, "Nadia curiga karena pihak Angia mencari soal Ialdabaoth, utamanya Alicia," ia mengerling. "Gimana si nona itu, sudah baikan atau dia macam-macam?"

"Hehe, Karen anak yang lucu, kok. Aku senang menggodanya kalau dia sudah mulai cemberut." Celia terkekeh. "Tapi ya, aku paham, dia sangat menjaga dirinya dan selalu tertutup. Aku yakin dia punya kisah tersendiri yang tidak bisa diceritakan padaku."

Nadia mendecak, "Dari awal aku curiga kalau mereka mengawasi kita. Aku sempat melunak saat tahu mereka kenal dengan Pemegang Kitab Angia, lalu aku respek dengan mereka yang menjawab tantangan, tapi sekarang ..."

"Aku juga akan merasa aneh kalau tiba-tiba ada orang luar Aira mencari tentang Sang Pendiri," ucap Sharon. "Terkecuali mereka ditugaskan untuk mencari tahu soal Cosmo Ostina."

"Untuk apa?" Celia bertanya. "Maksudku, kalau memang mereka sekedar butuh tahu Cosmo Ostina, tidak mungkin melalui kita, 'kan?"

Sharon menunduk sejenak. Benar juga kata Celia, pikirnya. Mereka tidak perlu bersusah-susah menjadi asistensi untuk Kelompok Belajar Avalon. Mereka sekedar hanya perlu berkutat pada bidang akademik dan kemahasiswaan, berhubungan langsung dengan Miss Marcus tanpa perlu repot-repot mengikuti kehidupan kemahasiswaan kampus atau menumpang tinggal di Rumah Pohon.

"Atau ... mereka kesini karena Kitab?" sergah Nadia. "Aku tidak pernah mendengar desas-desus orang lain mengumpulkan Kitab, sih, dan lagian Miss Nadir pastinya bisa mengalahkan mereka dengan mudah kalau ada apa-apa."

"Kamu kayaknya mikirnya kejauhan kalau mereka mau curi Kitab." decak Sharon. "Yah, kemungkinan terbesarnya sih tujuan mereka Miss Nadir, bukan kita ataupun tugas asistensi kita."

Celia menelengkan kepala, "Lalu? Apa yang harus kita lakukan?"

Nadia menggaruk pipinya, "Miss Nadir mungkin sudah curiga soal anggota Angia itu, paling kita bisa bantu beliau dengan coba cari tahu jejak anggota Angia berikutnya."

Sharon mengerjap, "Oh, jadi kamu mau ikut nguping pas Miss Marcus ajak mereka ketemu di luar kampus?"

Celia tampak sumringah, "Wah, teh apa ini yang kulewatkan ketika kalian di kampus?"

Nadia manyun, tapi Nadia menjelaskan bagaimana dia berseteru dengan Miss Marcus karena tindak-tanduk beliau yang tidak biasa. Beliau bilang kalau Ialdabaoth adalah topik sensitif dan dia tidak bisa mengungkapkannya di dalam kampus, padahal Ialdabaoth notabene adalah pendiri Cosmo Ostina.

"Apa artinya beliau tidak mau dikaitkan dengan sekolah dan beliau sekedar ingin berbicara atas nama Undine? Tapi bukankah di luar sekolah akan lebih ... berbahaya?"

Nadia menaikkan bahunya, "Dia dan alasannya! Aku juga merasa di kampus lebih aman, tapi terserahlah, mungkin ada yang ingin dia kemukakan ke orang luar."

"Belum lagi bagaimana Miss Marcus setuju saja, walau kita nggak tahu informasi seperti apa yang bakal dia berikan pada Glacialis."

Celia menanggapi komentar Sharon dengan anggukan pasti, "Jadi sudah dipastikan kita akan ikut mereka, ya, kapan acaranya?"

"Acara apaan, sih, ini bukan piknik, tauk!" sambar Nadia. "Beliau bilang akhir pekan minggu depan, jadi kurasa sekitar tanggal 30 atau 31?"

"Ah, hari-hari terakhirku di sini." mendengar itu, lidah Sharon mendadak kelu. Lagi, senyum Celia dan nada bicaranya ringan seperti biasa. "Okelah, berarti kita sepakat?"

"Mohon maaf, yang pemimpin di sini siapa ya?" cebih Nadia, Celia tertawa saja. "Yah, itulah. Sudah 'kan, urusan risau ini, ayo tidur sebelum pagi menjelang."

"Nona Nadia ini sudah pagi." goda Sharon.

"Berisik! Simpan komentarmu!"

Tentu Sharon akan merindukan momen-momen seperti ini ketika mereka berpisah nantinya, dan mereka hanya akan lulus berdua saja tanpa Celia.

Sharon tidak bisa membayangkan hari-hari Avalon tanpa seorang Celia Gawaine.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro