XXXV. | Selaras

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seraya menunggu waktu tiba untuk mereka bertemu dengan anggota klan Undine, pencarian mereka seputar Ialdabaoth tidak menimbulkan hasil berarti.

Selain Sang Pendiri, atau tiga nama yang memprakarsai Cosmo Ostina, tidak banyak yang bisa mereka terka, bahkan dari sejarah Aira itu sendiri. Era Kekuatan di Aira ditandai dengan berlimpah ruahnya sihir di Tanah Peri Air, kemajuan sihir yang pesat, dan segala hal yang cenderung positif. Berdirinya akademi sihir yang terpusat seperti Cosmo Ostina pun melahirkan beberapa institusi sihir lainnya hingga penggunaan sihir di Aira subur. Tidak heran memang mereka selalu bangga dengan tanah mereka yang kaya dengan penduduk mereka bisa mengolahnya.

Tapi di sisi yang subur itu juga, ada bagian yang tetap gersang—itulah saat mereka lebih dalam mengkaji soal Anomali, para pengguna sihir yang 'tidak terdaftar', dan penggunaan istilah 'tidak positif sihir'.

Celia yang kala itu selalu ada di Rumah Pohon ketika Bu Nadir, Nadia, dan Sharon sibuk dengan perihal tugas akhir dan penyeteman di luar sisi Hutan Penyihir, menjadi seseorang yang akhirnya mereka tanyakan seputar Anomali.

"Anomali? Ada apa kalian ingin tahu soal itu?"

"Tadi saat di kampus ada yang bisik-bisik soal Alicia begitu," ucap Val. Itu adalah setengah kebohongan, mereka mendengar istilah itu saat Nona Marcus menjelaskan di awal kesempatan mengenai Aira, dan barulah kali ini mereka sempat mencari tahu tentang itu. Val merasa ini mungkin berkaitan soal Era Kekuatan, sehingga Fiore memperbolehkan Val mencoba bertanya.

Karen dan Alicia mengawasi tindak-tanduk tugas akhir saat Fiore meminta. Karen tidak keberatan menanggapi sikap Fiore yang menurutnya agak sungkan dengan Sang Profesor, walau Karen bilang dia akan minta penjelasan Fiore nanti.

Fiore sendiri belum tahu bagaimana harus menyikapi pertanyaan dan pernyataan mendadak Sang Pemegang Kitab Aira.

Celia meminta Val dan Fiore untuk duduk bersamanya di dekat meja serbaguna. Dia menatap mereka berdua kalis seperti biasa, bukan sesosok yang mencurigai ketika mereka bertanya, dan tidak akan menghakimi mereka ketika mereka berusaha untuk sekedar tahu.

"Aku harus mulai dari mana ya, oh iya," Celia yang matanya sayu itu berbinar. "Tahukah kalian kalau Sharon dulu juga Anomali?"

"Eh? Sharon?" Val terbelalak. "Dia memang ada bilang kalau latar belakangnya cukup ... kurang mampu, tapi aku tidak menyangka akan seperti itu."

"Seperti yang kalian bisa lihat sekilas, realita sihir di Aira memang seperti itu," lanjut Celia. "Semua bisa menggunakan sihir, lagi tidak semua bisa mengenyam pendidikan sihir. Aku rasa karena itulah dibuat sebuah sistem untuk mengatur pengguna sihir sehingga mereka bisa menertibkan apabila ada hal-hal di luar batas. Itulah yang disebut sebagai Izin Sihir."

"Sihir harus berizin? Tidak boleh misal, err, ibu rumah tangga, memakai sihir untuk kehidupan sehari-hari?" Val sudah lanjut mencatat. Fiore memerhatikan mereka berdua sambil mencerna jawaban dari Celia.

"Kalau lingkupnya skala sangat kecil seperti itu, itu masih diperbolehkan, selama mereka tidak menggunakan sihirnya di hadapan umum dan memiliki identitas kependudukan jelas,"

Celia mencabut tongkat sihir yang tidak pernah lepas dari sisinya, dia menunjukkannya pada Val.

"Izin Sihir itu semacam, hmm, kalian harus mengikuti serangkaian ujian. Ujian itu panjang, biayanya juga mahal."

Fiore menopang dagunya, "Ah, begitu. Jadi kalian yang butuh Izin Sihir ini, selain harus membayar sendiri, kalian mungkin akan mencari sponsor ..."

"Seratus untuk Fiore, kamu pintar sekali~!" Celia menepuk tangannya tanda senang. Fiore tersipu saja. "Rasanya kalian bisa simpulkan Sharon itu asalnya dari mana dan kalian bisa paham sendiri bagaimana aku yang anak peternak dan Sharon bisa menjalani ujian Izin Sihir."

Val dan Fiore saling berpandangan, mereka berdua tampak mencapai kesimpulan yang sama, dan itu tidak perlu mereka ucapkan. Peran Nadia di kehidupan Celia dan Sharon sangatlah besar.

"Izin Sihir ini sebenarnya cukup saja misal kalian mau melamar pekerjaan dan menggunakan sihir dengan bebas, tapi ya tetap dibutuhkan sertifikat kelulusan dan gelar kalau kamu ingin membuka usaha berbasis penggunaan sihir atau menggunakan sihir terapan dalam skala masif," Celia melanjutkan, cukup panjang lebar. "Anomali adalah, bisa dibilang, mereka yang tidak punya keleluasaan untuk itu dan memilih untuk tetap berada di situasi tersebut karena keterbatasan yang ada."

Val mendecak, "Intinya, status sosial. Dangkal sekali. Jadi selama ini mungkin aku dan Alicia dianggap setingkat Anomali, ya."

"Ah, maaf, itu ... aku pun tidak akan bisa meluruskan," Celia tampak malu.

"Tenang, tenang saja Celia! Ini bukan salahmu!" ucap Val segera menanggapi Celia yang terlihat merasa bersalah.

"Padahal ada institusi sihir, tapi mereka tidak memberikan keleluasaan untuk menggunakan sihir," Fiore mengimbuh, pernyataan yang serupa pancingan. "Apa segalanya harus selalu sihir?"

"Aku pun sempat berpikir demikian, apalagi karena aku dari keluarga biasa saja yang mungkin seumur hidup jadi peternak," ungkap Celia terbuka. "Ketika aku berkesempatan belajar, aku bisa paham kalau sejarah Aira ini sangat ketat soal sihir, dan segala inovasinya dijaga tetap harmonis karena Sang Pendiri dan Undine, juga dari andil Sang Peri Nymph sendiri."

Val mengerti Fiore sudah mengeluarkan pernyataan pancingan, dia pun meneruskan. "Oh? Apa yang kamu ketahui soal itu, Celia?"

"Sejauh yang kami semua ketahui, sih, Sang Pendiri-lah yang membuat berbagai macam kemajuan, Undine yang menjaga, dan Sang Peri yang mengawali mereka." Celia mengayunkan tongkatnya, menggambarkan beberapa simbol di udara. "Kalau tidak salah, ah, ya, tiga prinsip Sang Pendiri; Garam, Merkuri, Sulfur."

"Ini sepertinya bukan lagi sihir murni yang seperti semua orang agungkan, ya," Fiore mengimbuh. Ialdabaoth kini seperti jauh sekali dari kata sihir, walau beliau dicatat sebagai penyihir kenamaan. "Kamu yakin itu yang dipelajari soal Sang Pendiri?"

"Benar. Ini juga yang nantinya menjadi basis untuk sihir terapan, karena kami hendak menciptakan sihir untuk aplikasi langsung," ucap Celia. "Itulah mengapa aku, Nadia, dan Sharon ingin tugas akhir kami menjadi sebuah 'alat' untuk bisa menyetem partitur yang sudah lama terkubur ilmunya."

"Alat?" Fiore menaikkan alisnya. Selama ini, mereka hanya berkutat di penggunaan sihir, pembacaan partitur nada, dan bagaimana 'menyetem' adalah kegiatan untuk mengubah nada yang 'salah'. "Kami sama sekali tidak melihat kalian menciptakan alat atau perangkat?"

"Sang Dirigen adalah 'alat' itu," Celia membeberkan. "Kalian pasti sudah dengar kalau Sharon yang ditunjuk, bukan? Nantinya Sharon yang akan menjadi Sang Dirigen—tujuan dari tugas akhir kami. Sekarang kami sudah mencapai tahap untuk melatih agar partitur ini dapat terus terlihat selama Sang Dirigen bekerja, dan itu terima kasih dari kalian juga yang sudah menjelaskan bagaimana regulasi sihir bekerja di Kitab Kejayaan Hampa."

Val dan Fiore masing-masing tertegun. Penjelasan Celia seperti membuka sebuah arti baru dari apa yang sudah mereka yakini selama ini seputar tugas akhir Avalon yang tidak pernah juga mereka sembunyikan asal-usul dan tujuannya.

"Artinya," Val menaikkan kacamatanya. "Sharon nanti akan menjadi 'guru' untuk penyeteman sihir ini, ya?"

"Seratus untuk Lena~" pungkas Celia dengan senyum merekah. "Sharon selama ini selalu mencari cara untuk menggunakan sihirnya lebih baik, dan Miss Nadir sudah memberikan opsi ini untuknya. Aku jujur sangat senang."

Fiore melihat Val mengerling, dia seperti menyadari sesuatu yang Fiore masih belum tangkap.

"Sihir Sharon itu Permutasi, ya. Aku sempat mendengar dia merapal Reconchestra. Itu kunci penggerak sihir? Yang semacam kalau di Aira ini jadi mantra bagi para pengguna sihir?"

Celia mengangguk, "Ya, dia senang sekali dengan trope milik kakak angkat Nadia dan Sharon memakainya sebagai kunci penggerak."

"Dan sihirnya Sharon itu semacam, ada elemen kedua, kalau tidak salah itu semacam, kegelapan? Racun?"

"Wow, kamu sangat perhatian sekali, Lena. Kamu hebat."

Fiore tidak bisa menduga arah pembicaraan ini dari bagaimana Val mengerucutkannya menjadi soal Sharon, lagi Fiore membiarkannya.

"Aku punya permintaan, kamu bisa juga 'kan, penyeteman ini?" tanya Val pada Celia. Dia tidak terlihat terkejut dengan Val yang menunjuknya, alih-alih sudah menjadi rahasia umum kalau Celia, Nadia, dan Sharon sebagai bagian Avalon sama-sama tahu untuk menjadi Sang Dirigen. "Aku mau kamu cek kacamataku."

Celia menelengkan kepala, mendengung sejenak, sebelum dia menaikkan tongkatnya pada bagian karet di dekat pelipis Val yang pernah terkena sihir Sharon saat Duel Harga Diri.

Celia merapal kunci penggeraknya perlahan, partitur sihir mulai berpendar di dekat area yang ditunjuk oleh Celia. Fiore melihat bagaimana ekspresi Celia berubah dalam sepersekian jenak, sebelum dia mengayunkan tongkatnya sekali lagi, menyudahi sihir itu.

"Sudah kubetulkan." ucap Celia dengan nada serius. "Mungkin tidak sesempurna kalau Sharon yang sekarang sudah dilatih untuk mengubahnya, tapi aku yakin kamu bisa merasakannya kalau sudah dibetulkan, Lena."

Val melepas kacamatanya, memerhatikan bagian itu saksama dan kemudian mengucapkan terima kasih pada Celia. Baik Val dan Celia masing-masing saling bertatapan, sebelum mereka mengalihkan pandangan, alih-alih mereka memahami sesuatu yang seharusnya tidak mereka ketahui.

Celia menggumam, sementara Val menghela napas panjang.

"Aku tidak akan memberitahukan ini pada siapa-siapa, termasuk membicarakan ini dengan Sharon, Celia." sahut Val. "Informasi ini akan kusimpan, pihak Glacialis akan membicarakan ini, tapi kami akan tetap diam."

"... Baiklah, terima kasih, Lena." senyum Celia begitu tipis. "Aku harap ini tidak akan membuatmu—kalian, tidak nyaman, ya."

"Lena?" Fiore melirik ke arah Val.

"... Akan kujelaskan nanti, kepala skuadron." sahutnya kalem.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro