26

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Terdapat perbedaan kentara di TKP.

Peluh dingin menetes dari kening Grim. Alasan mengapa kepemimpinannya berjalan lancar di awal-awal, sebab yang ada bersama mereka bukan Watson asli. Tapi sekarang? Berbeda.

"Stern, coba carikan latar belakang korban yang hilang. Aku rasa mereka tidak diculik secara serampangan." Watson menatap dua detektif sombong barusan, mendengus. "Karena kedatangan mereka, barang-barang korban disita. Kita tidak sempat memeriksanya."

[Ketemu, Wat! Mereka berlima dari Herwen SHS, kelas dua, menjalani Klub Pencari Benda Hilang.]

"Maaf, apa?"

[Klub Pencari Benda Hilang.] Jeremy mengulangi. Sama seperti Watson, terdengar tak percaya. [Sepertinya itu himpunan versi kecil dari klub detektif, Watson. Ada banyak warga yang meminta tolong pada mereka.]

"Itu berarti mereka menerima permintaan klien untuk mencari sesuatu di pantai ini." Watson manggut-manggut sembari mengelus dagu. Menarik nih, pikirnya. "Stern, pergilah ke Herwen dan gali informasi bersama Bari. Hubungi aku kalau menemukan sesuatu, jangan bertindak tanpa aba-aba."

Watson mematikan ponsel, beralih menatap Aiden dan yang lain. "Tugas kita adalah mencari petunjuk di TKP," ucapnya tak yakin.

"Kenapa ragu begitu?" tanya Erika.

"Ini akan mudah dijelaskan kalau kita tahu isi kumpulan ransel itu."

"Kalau begitu kita curi saja pas semuanya lengah!" usul Aiden gila.

"Tidak adakah kosakata bagus selain mencuri?" Erika manyun.

"Baiklah, kita akan merampok."

"Kenapa julukannya makin jelek?!"

Watson memijat kening. "Aku akan ikut denganmu, Aiden, supaya tidak terjadi keributan. Kamu hanya perlu menarik perhatian mereka dan aku akan mengintip tas korban. Paham?"

Aiden mengangguk semangat. Ya mau lah dia, kerja sama dengan Watson.

Selagi mereka berdua menjalani tugas, Erika menyikut Grim, bersiul. "Kenapa cemberut 'gitu, heh? Abang Grim tertekan?"

"Jadi begini Watson Dan yang asli ketika lagi di TKP. Dia tampak sangat antusias walau uring-uringan. Pantas saja aku merasa aneh ketika memimpin Aiden, Hellen, dan Jeremy. Ternyata yang bersama kita palsu."

"Jangan merendah dong. Toh, bocah itu juga tak melarangmu berdeduksi. Aku yakin kasus ini terjadi untuk memperlihatkan bakat Watson Dan yang asli pada kita. Oleh karena itu, kita tak perlu sungkan."

Grim mengangguk.

-

"Inspektur Morino benar. Ini kasus hilang, bukan penculikan maupun pembunuhan." Watson mengkonfirmasi.

"Apa maksudmu?"

"Dompet dan ponsel kelima korban tidak hilang. Jika mereka diculik, maka perampok memprioritaskan barang berharga dan uang. Aku rasa mereka terkurung di suatu tempat. Tak bisa meminta tolong."

"Kami juga menemukan peta," kata Aiden membentang kertas lusuh di tangannya ke atas meja. Ada gambar kontur Distrik Hollow terlukis dan tanggal 23 Februari.

Watson bersedekap, menatap Grim dan Erika. "Bagaimana menurut kalian? Punya pendapat?" Dia perlu asumsi orang lain.

"Kalau mereka terkurung, tepatnya di mana? Distrik Hollow lumayan luas setelah kuperiksa peta google. Mereka bisa ada di mana saja. Aku ragu kalau ini kasus hilang biasa." Grim menggeleng.

Skyther tidak salah sih. Tapi angka di peta ini, 23 Februari, apa maksudnya? Aku mencium bau tak enak. Watson meringis akan pikirannya sendiri.

Masalahnya; bagaimana mereka berlima bisa menghilang sekaligus. Apa ada pihak ketiga menjebak korban? Apa itu artinya benda yang dicari korban berhubungan dengan Mupsi? Bagus, ini semakin menarik.

Drrt! Yang ditunggu Watson akhirnya tiba. Panggilan masuk Hellen, mereka pasti sudah mendapatkan sesuatu. Langsung saja dia angkat. "Bagaimana?"

[Kata teman-teman sekelas korban, mereka mendapat permintaan pencarian barang dari penelepon anonim. Mereka menerimanya tanpa banyak tanya.]

"Kapan?"

[Tadi malam, Watson.]

Kalau tidak salah waktu laporan jam lima subuh. Watson mengangguk-angguk, elus-elus dagu. "Humuh-humuh, menarik."

"Apa yang menarik? Lima orang menghilang, yang serius sedikit dong." Erika menyahut ketus.

"Aku mempunyai kriteria dalam mengambil kasus, Nona Rika." Watson menjawab takzim. "Jika tidak menarik dan membosankan, walau Nona berkata aku tak punya perasaan, aku akan menerimanya lapang dada."

"Jadi, apa kamu sudah mendapatkan sesuatu, Tuan Detektif Pemurung?"

"Aku pikir korban tidak terlalu jauh dari posisi kita," kata Watson melirik jam di layar hape. "Mereka berangkat ke TKP semalam lalu menghilang pukul lima pagi. Waktunya terlalu singkat."

Erika menegang. "Mustahil."

"Apakah ini ada hubungannya dengan Momo, maksudku Mupsi?" ralat Aiden.

Watson menoleh. "Skyther."

"Aku mencari apa yang kamu suruh Watson, dan benar, penangkapan Mupsi sudah dipublikasikan kemarin. Warga distrik ini telah keliru menuduh."

Apakah ini...

"Hei, kalian!" Deon berseru memanggil. "Aku sudah membujuk Morino. Kalian diperbolehkan memeriksa motel tempat para korban menginap. Tapi, detektif-detektif itu hanya memberi waktu sepuluh menit. Bergegaslah."

Erika mengomel. "Pelit sekali! Aku sumpahi reputasi mereka berdua menurun!"

"Kita tidak punya waktu. Ayo!"

-

Tidak ada banyak barang di motel. Lima mangkok mi rebus, lima botol air dengan sisa banyak, dan denah pencarian.

"Lho?" Grim mengernyit. "Gambar ini, bukannya boneka marionette? Tunggu, apa mereka sedang mencari boneka?"

"Dilihat dari garis merah yang ditandai, benda itu berada di bukit belakang motel. Tidak salah lagi, mereka sudah menemukan bonekanya kemudian menghilang."

"Mupsi mempunyai musuh. Kenapa dia mengincar boneka marionette?"

"Mungkin terdapat sesuatu di dalam boneka itu. Benda penting."

"Kalau begitu kita harus mencari mereka!"

Lihatlah dua cewek ini. Sembarang menyimpulkan. Deduksi lurus. Watson menghela napas panjang. "Tenanglah dulu, Aiden, Erika. Jangan main klaim tanpa kebenaran atau bukti."

Aiden dan Erika menatap Watson sebal. Otak mereka sudah berasap-asap.

"Pertama aku akan menghubungi Stern." Watson menelepon, manyun seketika karena Hellen mengangkatnya tak cukup lima detik. "Ah, Stern, aku butuh bantuan."

[Apa yang harus kucari, Watson?]

"Bisakah kamu carikan visi-misi klub yang didirikan lima korban?" Watson mencoba mengambil pandangan lain.

Grim menatapnya kaget. Sungguh? Watson penasaran sama klub korban?

[Reputasi klub ini stabil di Distrik Hollow, Watson. Mereka menemukan semua benda-benda yang hilang, entah bagaimana caranya. Di sini tertulis moto klub: senyuman kalian adalah kesukaan kami. Klub Pencari Benda Hilang memiliki banyak pujian positif.]

Watson menatap datar gambar boneka di denah tersebut. Mungkinkah ini...

"Kenapa, Dan? Hohoho! Kamu jadi pendiam! Dapat sesuatu atau kamu Dan palsu!"

"Kamu bilang aku palsu sekali lagi aku marah lho." Tanda jengkel berkedut di wajah datar Watson. "Kalian keluar gih. Waktunya sudah 10 menit. Nanti dua detektif sensi datang."

Aiden bersungut-sungut. "Memangnya Dan bisa marah? Mukanya datar mulu!"

"Kamu jangan meremehkan marahnya orang muka papan, Aiden. Bahaya."

"Eh, benarkah?"

Grim berhenti mengekori Aiden dan Erika, menoleh ke Watson yang berbisik serius pada ponsel. Grim tahu, Watson butuh ruang sendiri.

Di sisi lain, Watson mengatupkan rahang. "Stern, aku mencurigai sesuatu. Bisakah kamu lihat rekaman CCTV sel Momo? Entah kenapa dia terlibat."

[Ah, dia menelepon pukul tujuh malam.]

Mimik Watson berubah serius begitu mendengar Hellen menahan napas.

[Dia menelepon ketua Klub Pencari Benda Hilang, alias Aber Admon.]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro