8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Asyik bercengkrama, Hellen dan Jeremy menghentikan senda guraunya demi mendengar percakapan serius dari luar ruang klub. Bersitatap, mereka pun memutar kenop pintu.

"Menghipnotis katamu?" Grim mengulangi. Agaknya aksen Grim terdengar tak percaya Watson mengatakan hal tersebut.

Hipnotis. Memberikan sugesti kepada korban untuk mengikuti keinginan penjahat. Dalam dunia psikis, hipnotis dapat membuat seseorang berada dalam keadaan rileks dan tenang. Yang mana yang satu keahlian Mupsi?

"Aku membaca seluruh riwayat korban Mupsi yang kalian bawa. Tidak semuanya mempunyai luka lebam di tubuh, hanya korban-korban tertentu yang memilikinya. Aku berpendapat Mupsi tidak dapat berkelahi."

Erika bersedekap. "Jangan mengatakan omong kosong. Lantas bagaimana caramu menjelaskan tentang tanda-tanda overkill pada Poppy?"

"Luka itu Poppy sendiri yang membuatnya di bawah pengaruh hipnotis Mupsi."

Deg! Grim dan Erika melotot. Yang lain tertegun. Apa-apaan? Korban melukai tubuhnya sendiri?

"Dengar ya, Tuan Detektif Pemurung, forensik sudah menunjukkan data analisis fisik korban. Kamu tidak bisa menukar hasil A-STR seenak hati. Lagian, dari mana kamu mengonfirmasi fakta konyol Mupsi mampu menghipnotis?"

"Aku melakukan pembagian sekaligus perbandingan dan menemukan hal menarik. Mupsi memiliki dua gaya pembunuhan; kekerasan fisik dan racun. Dengan perhitungan matang, aku berani menyimpulkan setiap korban Mupsi yang terbunuh karena kekerasan selalu memiliki perbedaan luka di tubuhnya."

"Perbedaan luka? Aku tidak mengerti." Grim menggaruk kepala bingung.

"Mereka memiliki kapalan hanya pada telapak tangan." Watson mendorong belasan dokumen kasus pada Grim. "Aku membaca latar belakang Poppy Graziana. Dia seorang atlet judo, jelas dia pandai bertarung."

Grim dan Erika memperhatikan foto-foto korban. Tetap saja mereka tidak mengerti walau menatapnya berulang kali. Bagaimana cara Watson menyimpulkan Mupsi mampu menghipnotis dari lembaran foto itu?

"Aku yakin kalian sudah melakukan yang terbaik sampai sejauh ini," kata Watson tenang. "Perhatikan baik-baik lengan kiri dan kanan korban. Dibanding yang kanan, bukankah luka lengan satunya lebih parah?" Watson mengepalkan jemarinya. Menjelaskan dengan ekspresi andalan. "Kekuatan kedua tangan tidaklah sama ukuran tenaganya. Ketika kita memukul dengan dua tangan berbeda, terdapat perbedaan signifikan."

"Hubungannya itu apa?"

Watson dongkol. Dia tidak suka didesak. "Alasan mengapa luka pada lengan kiri lebih parah adalah dipukul terus-menerus sampai hancur. Keadaan Poppy sama seperti korban sebelum-sebelumnya, seluruh bagian kanan Poppy kritis dibanding bagian kiri. Dan jika menambahkan kapalan tangan, ini membuktikan bahwa yang mencederai tubuh korban merupakan korban sendiri."

Hellen mengangguk setuju. "Masuk akal. Kapalan terjadi sebab adanya gesekan iterasi. Terlebih kapalan itu hanya ada pada tangan kanan sementara kiri tidak ada apa-apa. Kamu benar, Watson. Mupsi bisa menghipnotis korban."

Hening sejenak.

"Bukankah lawan kita tangguh?" Jeremy merinding. "Jago nyamar sekarang jago hipnotis. Dia pasti menyaksikan dengan seru korban membunuh diri atas pengaruhnya kemudian tinggal memutilasinya ke boneka manekin. Hiy! Mengerikan."

Alis Aiden naik-turun menatap Erika yang mendengus. Mereka seakan bertelepati. Bagaimana? Masih mau meragukan bakat ketua baru? Mungkin itu maksudnya.

Grim tidak terima. Dia menatap Watson masam. "Lalu bagaimana menurutmu tentang teknik penyamaran Mupsi?"

"Kemarin kalian bilang kalian tidak tahu gender asli Mupsi, kan?" Watson balik bertanya. Dia berkacak. Muka datar selalu. "Mupsi itu pria lho."

"A-apa?" Grim tak bisa tak terkejut. "Ba-bagaimana mungkin? Tidak. Bagaimana kamu tahu?!"

"Aku hanya menebak, mungkin keliru mungkin seratus persen benar. Tampaknya Mupsi menderita gangguan delusi polipersonal." Watson mengangkat bahu. Dia memang demam, tapi bukan berarti dia tidur. "Aku yakin Mupsi itu laki-laki. Aku punya penjelasan ilmiahnya."

"Apa maksudmu?!"

"Dia memakai shapewear untuk membingungkan para polisi dan detektif agar mereka berpikir dia seorang wanita." Watson menutup mulut, mengecilkan volume suara. "Mupsi mulai memakai fiksator illizarov karena kedatangan kalian berdua. Dia takut identitasnya terancam dan memutar otak dengan mengendalikan perawakan tubuh menggunakan benda tersebut. Tidak hanya merubah fisik, Mupsi juga mengatur pengendalian psikologinya menyerupai wanita sungguhan. Dia benar-benar totalitas menipu kepolisian."

Hening kedua kalinya.

Aiden tersenyum sumringah. "Kamu pintar seperti biasa, Dan! Padahal kemarin kamu demam. Ukh, genius sekali!"

"Aku tidak genius, Aiden..."

Jeremy menabuh punggung Watson membuat cowok itu terdorong ke depan, tertawa kencang. "Dari tadi dong! Aku tahu kamu pasti bisa."

Watson meringis. "Kamu kan tak perlu sampai memukulku, Jeremy."

Mereka bertiga sibuk menggoda Watson.

Erika melihat Grim menundukkan kepala. Ah, dia pasti kecewa berat melihat distingsi kentara di ruangan itu. Grim tidak bisa mengabaikan pepatah "masih ada langit di atas langit". Grim tahu, tapi hatinya tetap sakit.

Sebuah dinding tinggi membatasi dirinya dan Watson. Pengalaman, pengetahuan, potensi, segala bidang dalam dunia misteri. Watson mempunyai semuanya.

Grim pikir keluar dari Madoka, mati-matian mengumpulkan bukti sudah cukup, tetapi realitas memang menyakitkan. Berbulan-bulan perjalanannya dan Watson hanya menyimpulkan sehari. Saking kecewanya mata Grim berkaca-kaca.

Plok! Bahu Grim disentuh Watson. "Jangan berkecil hati. Aku takkan tahu-menahu tentang kasus Mupsi kalau kalian tidak datang membawa dokumen-dokumen itu. Kamu sudah bekerja keras."

Grim diam.

Aiden bersungut-sungut. "I-itu benar! Kamu juga berperan banyak pada kasus ini. Tapi jangan senang kuakui ya. Statusmu masih mantan sialan..." Watson menarik satu kunciran Aiden. Gadis itu terpekik. "Sakit! Sakit! Lepasin, Dan! Aduh, rambut kesayanganku..!"

"Berterima kasihlah dengan baik."

"Iya, iya! Aku paham, aduh! Lepasin dulu ah. Aku akan berterima kasih...!"

Akhirnya Grim tertawa, diikuti Jeremy. Dasar Aiden tukang memeable. Erika tersenyum kalem. Suasana klub menjadi lebih bersahabat.

Hellen satu-satunya yang tidak ikut, menatap Watson dengan tatapan sukar dimengerti. Bergumam tak jelas.

"Aku harus ke perpustakaan kota sekarang," ucap Watson menyambar tasnya. "Aku permisi dulu."

"Eh? Mau ngapain, Dan?"

"Analisis tadi baru permulaan. Aku harus melanjutkan pekerjaan utamaku." Watson tersenyum miring. Mencari arti dari kata Mupsi, itulah tugasnya.

*

Kantor Divisi Investigasi.

Deon memainkan bolpoin dengan malas. Pikirannya melalang buana, tidak tertarik akan permohonan keluhan di hadapannya. Dia teringat-ingat perkataan Watson.

"Inspektur, entah kenapa firasatku mengatakan bahwa aku tidak bisa membantu banyak kali ini."

Sungguh, Deon terganggu akan ucapannya itu! Apa maksudnya tidak bisa membantu? Jangan-jangan Watson sudah memperkirakan dirinya bakal jadi target Mupsi?

Kalau begitu Watson Dan dalam bahaya.

Drrt! Drrt!

Yang menelepon adalah Taran Taman. Ah, Deon ingat anak itu. Member klub detektif remaja dari Distrik Uinate. Deon mengangkatnya.

"Ada apa, Taran?"

"Inspektur, bisakah Anda datang ke Uinate sekarang? Ada seseorang yang kami temukan dalam keadaan ganjil. Kurasa Anda mengenali orang ini. Aku akan meninggalkan alamatnya di pesan."

Panggilan dimatikan beriringan masuknya satu pesan baru. Deon segera mengambil kunci mobil dan jaket. "Max, bisa gantikan aku?"

"Hendak ke mana, Pak?"

"Ke Uinate."

Deon keluar dari gedung kepolisian metropolitan Moufrobi, masuk ke mobil, tancap gas ke alamat yang dikirim Taran. Mengikuti insting, Deon merasa "seseorang" yang disebut Taran...

Drrt! Lagi-lagi panggilan masuk. Kali ini dari Watson. Mengaktifkan mode pengeras, Deon memencet tombol hijau.

"Ada perlu apa, Watson?"

"Inspektur, sepertinya ada yang mengikutiku."

"Eh?" Deon mengernyit bingung. "Apa maksudmu? Kamu di mana sekarang?!"

"Aku sudah menyadarinya sejak lusa lalu. Penguntit ini menginginkan sesuatu dariku. Aku berada di—"

Tuut! Tuut! Panggilan terputus tiba-tiba.

"Watson? WATSON!" Deon berdecak kesal, membanting kemudi ke jalur lain, melacak ponsel Watson. "Perpustakaan kota? Anak itu! Sudah kuperingatkan hati-hati tidak pernah mendengarkan!"

Butuh sepuluh menit tiba di lokasi. Deon turun dari mobilnya, menyensor pandangan ke sekeliling, terhenti pada sebuah tas di jalan. Deon mengambil tas tersebut. Ada sapu tangan bermotif "W. D" di ujungnya. Tak pelak lagi, itu adalah tas Watson.

Rahang Deon mengeras. Dia terlambat.

Watson telah diculik.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•

Mini Dictionary;

4. Gangguan Delusi Polipersonal = Dimana penderita berhalusinasi memiliki kepribadian lebih dari satu.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~••~•~•

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro