June 11Th 2023

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sub-Genre : Fantasy

*****

Aku bilang begitu tadi pagi, tapi kepercayaan diriku lenyap secepat lalat terbang. Ke mana larinya semangat cintaku? Dasar payah!

Dan aku makin tidak pede karena...

"B-bagaimana ini, Naya? Sepertinya aku menyukai Masa." [Rinka. Sahabatku sejak SD.]

Nah, ini dia alasannya. Teman terbaikku yang sudah mendapat gelar 'Putri Sekolah' dengan kecantikan, anggun, kepribadian yang supel, mengaku hatinya telah diluluhkan oleh Masa.

Aku memaklumi kenapa Rinka suka pada Masa karena siapa woi, yang bisa tidak jatuh hati pada cowok lembut dan sebaik anak itu?! Aku hanya butuh semenit untuk suka padanya.

"Begitu, ya?" gumamku agak sesak.

Hufft. Kalau begini ceritanya, aku tidak boleh menghalangi temanku. Aku sadar diri bahwa aku tidak bisa disandingkan dengan Masa. Tapi jika itu Rinka, mereka pasti cocok. Lagi pula siapa yang mau denganku. Tukang gorengan mungkin. Aku tak secantik dan semanis Rinka.

Rinka menatapku yang letoy tak semangat. "Ada apa, Nay? Semalam kau begadang nonton drakor lagi, ya? Dasar kau tuman."

"Tidak kok." Sebenarnya Rinka tidak salah sih. Aku bangun pagi-pagi buta demi menunggu drakor-ku yang ongoing. Tim ongoing jaya!

"Atau jangan-jangan kau juga suka Masa?"

Inilah yang tidak kusuka dari Rinka. Dia itu super peka perbedaan sikap seseorang. Duh, aku tak mau dia tidak enakan padaku. Biar aku yang mengalah. Masih banyak cowok di bumi.

Aku tersenyum. "Suka Masa? Tidak lah."

"Sungguh? Kau tidak bohong, kan? Sebuah senyuman punya banyak arti." Rinka curiga.

"Kenapa kau jadi maksa sih, Rin..."

"Karena aku ingin menembak Masa nanti."

-

Pada akhirnya aku bersikukuh bilang tidak suka Masa pada Rinka yang sama keras kepalanya denganku. Kami berdua berdebat.

"Mau beli apel lolipop, dek?" tawar seorang nenek-nenek pedagang lewat di depanku.

Aku mengambil satu tangkai. "Ini bukan apel beracun kayak di dongeng Snow White kan, Nek? Atau seperti di film Enchanted."

"Touch Grass gih, dek. Kebanyakan ngayal."

Aku tidak ingin kehilangan temanku. Seperti yang kubilang, bukan Masa satu-satunya cowok di bumi yang luas ini. Mana tahu suatu hari nanti, jodoh asliku dari Tuhan datang.

"Wuih! Enak juga nih, Nek," kataku setelah menjilat sedikit permen apel tersebut. "Lah, udah pergi aja? Penjual realitis. Bintang 5!"

"Canaya!"

DEG! S-suara ini... Aku menoleh ke samping. Tampak Masa mendekat ke arahku sambil melambaikan tangan memanggilku. Tidakkk! Hatiku belum siap bertemu dengan Masa!

Benakku terngiang-ngiang kalimat Rinka kalau dia akan confess ke Masa nanti. Aku tidak boleh menghambat pelayaran kapal mereka. Aku bisa didamprat penumpang kapal MaRin.

Oleh karena itu, aku buru-buru beranjak bangun, hendak kabur sebelum Masa sampai. Maafkan aku, Masa! Kau bukan pangeranku! Takdirmu adalah Putri Rinka! Selamat tinggal.

"Maaf aku tak bisa melindungimu, Aqua..."

Siapa? Niatku terhenti karena mendengar bisikan ini di dekat kolam. Aku menaikkan satu alis ke atas, mengorek kuping. Apa barusan aku salah dengar? Ada suara dalam air?

Kepo, aku pun melongok ke kolam, terbelalak melihat pantulan paus terbang di langit.

Ketika aku mendongak, alisku saling bertaut. Tidak ada apa pun di balik buntalan kapas putih bernama awan. Apa kali ini mataku yang salah lihat? Diduga patah hati dan pasrah akan takdir membuat kinerja otakku menurun.

"Kau sedang memelototi apa, Naya?"

Hah?! Aku menoleh cepat. Masa sudah tiba di sebelahku, ikut melongok ke kolam sekolah.

Arghh sialan!!! Aku jadi lupa akan niatku!



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro