June 12Th 2023

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sub-Genre: Romance

*****

Aku dan Masa duduk berduaan di bangku.

Aahhh!! Kenapa jadi seperti ini?! Kalau saja suara gema barusan tidak menggait rasa penasaranku, aku pasti sudah kabur ke kelas!

Situasi ini... memang mendebarkan jantungku dan termasuk ke dalam daftar list-ku saat punya pacar nanti, tapi tetap tidak boleh! Aku tidak boleh menyalip crush-nya temanku!

"Eng... Naya, apa kau senggang hari minggu?" Masa membuka obrolan, menggaruk pipi.

"Ada." Namanya juga hari minggu. Hari libur. Paling kegiatanku hanyalah menonton drakor dan berleha-leha di rumah. Nikmatnya libur~

"Apa kau mau pergi denganku ke taman bermain? Akhir-akhir ini wahana kincir ria sedang trending," lanjut Masa, sedikit merona.

"Oke..." Aku menolehkan kepala. "Apa?"

Sebentar! Sebentar! Otakku ngelag. Apa Masa baru saja mengajakku pergi bareng dengannya? Hanya kami berdua? B-bukankah itu artinya... dia mengajakku date? Mustahil!

Sadarkan dirimu, Naya! Rinka akan menembak Masa istirahat siang nanti! Kalau aku menerima ajakannya, aku menjadi pelaku NTR. Aku akan dicap mengkhianati sahabat sendiri.

"Tidak bisa. Aku ternyata sibuk hari itu."

"Ah, begitu..." Masa menundukkan kepala.

Huh? Kenapa dia muram? M-masa sih dia cemberut karena aku menolak ajakannya.

Dan entah apa yang dipikirkan oleh bibirku, tiba-tiba aku bertanya narsis, "Apa kau suka padaku, Masa?" Sebuah pertanyaan yang membuatku ingin tenggelam di Sungai Musi.

KENAPA KAU ASAL BICARA, WAHAI MULUT?!

Aduh, memalukan sekali. Mana sudah terlanjur didengar Masa lagi. Rupanya benar kata-kata di novel. Duduk bersebelahan dengan orang yang kita suka, seketika otak turun ke lutut. Aku berkata tanpa berpikir terlebih dahulu.

Mana mungkin seorang Masa menyukaiku.

Masa beranjak bangun. Blushing. "A-apa yang kau katakan? A-aku pergi dulu. Sampai jumpa!"

Aku cosplay jadi patung. Ekspresi itu...

Kubuat berbalik, menutup wajah yang sudah kayak kepiting. "Sialan kau, wahai takdir!"

-

Malamnya, aku merenung memikirkan Masa di kamar. Aku mengabaikan pesan spam Rinka, membaca ulang surel Bibi Marybel yang beliau kirim beberapa hari lalu, tersenyum. 

[Selamat pagi, siang, malam, keponakanku! Sudah lama kita tidak bertemu. Karena Bibi sangat sibuk dan repot di sini, Bibi belum bisa menemuimu satu dua bulan ke depan. Eh, Bibi dengar dari ibumu, Canaya lagi suka sama seseorang ya? Ufu, kisah cinta di masa SMP. Tapi, kenapa Naya harus mengalah dengan temanmu? Bibi sarankan, jangan menyerah. Kau harus memperjuangkan cintamu, Naya.]

Itu adalah pesan terakhir dari Bibi Marybel sebelum dia tewas di tempat kerjanya. Kak Punya juniornya Bibi, bilang jika Bibi telah dibunuh oleh atasannya, namun kepolisian Whalexsa menutup mata, memecat Kak Punya.

Kak Punya menjelaskan pada keluarga kami jika bibi terlibat dalam penangkapan pengikut kultus sesat. Sebenarnya tidak banyak yang dia ketahui. Intinya, Kak Punya memberitahu akan terjadi hal besar dalam waktu seminggu yang entah apa itu. Dia menyuruh kami untuk waspada dengan segala kemungkinan buruk.

Aku mengepalkan tangan, mendapatkan semangat baru. Tidak salah membaca ulang nasihat terakhir Bibi Marybel. Benar juga, ya. Dipikir-pikir lagi, kenapa harus ngalah pada Rinka? Yang suka Masa duluan adalah aku!

Aku tidak boleh mundur. Aku harus maju.

Maka dari itu aku mengambil ponsel, mengirim pesan pada Masa—aku tahu ID linenya—mengetik bahwa tadi aku telah berbohong, bilang aku punya jadwal hari minggu.

Dan di sinilah aku. Di taman bermain Kota Whalexsa. Mataku berbinar-binar melihat kincir ria raksasa yang dikatakan Masa menjadi 'center'-nya taman bermain tersebut.

Tapi masalahnya, Masa tidak datang.





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro