27* One-Hundred Power Cards

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah sepuluh hari memutuskan kembali ke dunia paralel, ini mungkin pertama kalinya aku hampir kelepasan menari senang. Iya, aku lebay memang. Tapi, ya ampun! Aku Double Power?! Siapa yang tidak senang dengan itu. Peri dengan Double Power tergolong langka.

Aku memperbaiki posisi berdiriku yang kegirangan. "Apa itu tak melanggar hukum? Yang Double Power cuman Parnox, kan?"

"Siapa bilang?" Mini malah menatapku heran. "Setiap orang hanya memiliki satu kekuatan, Dandi. Si ketua bernama Parnox itu... Hanya kebetulan saja dia punya dua kekuatan."

Alisku bertemu, menukik tajam. Aku yakin Rinvi bilang padaku kalau Parnox double power. Kekuatan keduanya masih misterius.

"Kau lebih percaya pada Klan Druid daripada aku yang memberikan semua benih kekuatan itu ke mereka?" Mini bersedekap kesal.

"T-tidak kok! Bukan begitu! Jangan merajuk dong, Mini. Aku sudah sangat bingung di sini. Rinvi jelas bilang Parnox punya dua kekuatan, meski belum tahu apa kekuatan keduanya."

"Double Power terlahir jika ada dua peri yang punya ikatan semacam teman erat atau hubungan istimewa. Dan ketika salah satunya meninggal, maka kekuatannya akan pindah ke orang yang masih hidup. Mungkin si Parnox itu... Yah, sepertinya kau tahu lanjutannya."

Gyut. Aku dapat merasakan jantungku tiba-tiba digenggam oleh tangan tak kasat mata yang membuatku sesak. Parnox, dia...

"Ei! Jangan menyedihkan sesuatu yang tidak kita ketahui! Mari kita fokus ke pembicaraan. Seperti yang kubilang sebelumnya, setiap peri hanya mendapatkan satu catu kekuatan, dan merujuk kekuatanmu bukan pemberianku, kau berhak mendapat kemampuan kedua."

Belum sempat aku membuka mulut untuk bertanya-tanya, Mini sudah mengeluarkan seratus lembar kartu dan keseratus kartu itu mengambang di udara dalam posisi terbalik.

"Inilah dia, 100 Kartu Kekuatan!"

"J-jangan bilang... Kartu-kartu itu adalah daftar kekuatanmu yang tersisa?" Wajah respekku berubah datar. "Bukankah pasokan Benih Kekuatan-mu mulai menipis, Mini? Maksudku, peri Newbie kan bertambah tiap hari."

Mini berkacak pinggang. "Kau ini! Tidak setiap hari Yang Mulia Luca mengeluarkan kekuatan. Data Sabaism belum di-upgrade!"

Aku terkekeh puas. Gampang sekali membuat Mini mencak-mencak sebal. "Jadi, aku menerima polah yang spesial nih? Tinggal pilih satu kartu, kan?" Aku mendongak. 100 kartu itu mengeluarkan cahaya yang berbeda.

Jujur saja, aku senang dengan perlakuan khusus Mini hanya padaku. Tapi masalahnya...

"Bagaimana cara aku tahu kekuatan yang kuinginkan kalau kau membalikkan semua kartunya?!" Pecah sudah emosiku. Ini benar-benar mirip dengan gacha di game!

Mini menyeringai. Hologram jam hijau berada di udara. Jarum panjangnya bergerak normal. "Tidak perlu terburu-buru memilihnya, Verdandi. Kau masih punya waktu 15 menit lagi sampai Penghentian Waktu milikku habis. Turuti insting dan kata hatimu. Hehehe."

Sialan. Bahkan saat masih di Bumi dulu, aku jarang bermain ponsel karena suka banyak tanya membuat orang-orang malas main denganku. Aku payah soal sistem gacha!

Oke. Oke. Kutatap baik-baik 100 kartu yang berbaris rapi. Sekali lagi, masing-masing kartu mengeluarkan cahaya yang berbeda. Ada warna putih, hitam, merah, ungu, kuning, nila, ahh!! Dan banyak warna lainnya! Ada yang berpendar seperti kristal, berkedip-kedip seperti kunang-kunang, ada juga kartu yang mengeluarkan hawa dingin. Ini bikin frustasi.

"Kau sudah membuang lima menit, Dandi~"

"Ukh, Mini. Apakah ini akan baik-baik saja? Apa tidak masalah jika aku seorang Double Power? Bagaimana kalau ada yang tahu aku menentang hukum Blessing Statue?"

"Kalau kau sekhawatir itu, sembunyikan saja kekuatan kedua pemberianku. Kusarankan pilih kemampuan yang bersifat tak berwujud."

"Mudah bagimu mengatakannya! Aku sudah sangat frustasi di sini!" Aku berseru kesal.

"Hmm, baiklah." Mini menjentikkan jari. Kartu di langit berkurang 80, tersisa 20 saja. "Nah, hanya ini kekuatan-kekuatan pasif yang belum memiliki pengguna. Silakan dipilih."

Memilih satu dari 20 kartu lebih mendingan dari tadi. Perasaanku perlahan mulai tenang. Kutelusuri ke-20 kartu yang melayang. Ah! Ada satu kartu yang mengait perhatianku.

"Sisa dua menit, Verdandi."

Mari kita coba peruntunganku. Tanganku terulur ke kartu bercahaya hijau. "Itu!"

"Oke! Pilihan diterima!" Sembilan belas kartu yang tak terpilih menghilang, masuk kembali ke tubuh Mini. Dia terbang ke kartu yang kutunjuk. Seketika matanya membulat kaget.

Apa? Kenapa? Apa gacha-ku ampas?!

*

Sebille duduk di sebelah Sina. "Verdandi kenapa, ya? Dia kelihatan sangat senang pagi ini padahal habis disergap Blackfuror kemarin. Apa menurutmu dia baik-baik saja?"

"Semoga saja begitu."

Hmm-mm! Mereka takkan tahu mengapa aku sangat gembira hari ini. Semangat berkebun, menumbuhkan bunga-bunga. Aku tahu aku sedang berada di dunia lain, tapi aku bersikap seakan-akan aku sedang di rumah sendiri.

Apa? Tanganku berhenti menumbuhkan bunga-bunga yang harum. Senyum senangku raib seperkian detik. "Aku harus bertemu Parnox. Sebille, apa kau tahu di mana dia?"

"E-eh?" Sebille dan Sina saling tatap bingung. "Kenapa kau tiba-tiba menanyakan Ketua?"

"Oh, ya? Dia lagi di ruangan Master Wodah? Oke!" Aku bertanya sendiri dan aku juga yang menjawab sendiri. Tanpa basa-basi aku segera berlari ke tempat Parnox berada.

Sina dan Sebille bersitatap bingung.

*

Orang-orang penting sedang bersama Parnox ketika aku datang dengan ngos-ngosan. Berkali-kali kubilang, ini amat menyedihkan. Peri, punya sayap, tapi tidak bisa terbang.

"Ada apa, Dandi?" tanya Madam Veela.

"B-Blackfuror sudah tahu... Mereka tahu tentang Kubah Pelindung yang dibuat Kala dan sedang dalam perjalanan kemari!"

"Apa?!" Mereka semua sontak menoleh ke langit. Benar saja! Dari arah jam dua, Adair bersama prajuritnya menuju lurus ke Pohon Neraida. Sial! Ini pasti karena ulah Voodoo Doll!

Keberadaan kami terlacak oleh bonekanya.

"Parnox, cepat siapkan Peri Perang. Kita tidak boleh terus bergantung pada Kala."

"Siap, Master Wodah." Boff!! Tubuh Parnox menghilang dari sana.Teknik teleportasi. Kusapu pandangan ke sekitar. Tidak ada Kala di sini. Di mana anak, maksudku cowok itu?

Madam Shayla mengusap bahuku. "Dandi, mereka mengincar kekuatanmu. Kami ingin kau bersembunyi di tempat yang sudah—"

"Tidak bisa, Madam Shayla. Aku bertarung dengan boneka buatan Voodoo Doll. Data dari pertarungan itulah dia bisa melacak keberadaanku. Aku akan ikut perang."

"Bagaimana kau tahu?" Mereka mengernyit.

"A-aku tahu begitu saja. Insting! Ya, insting. Kalian tak perlu khawatir, Madam, Master. Aku bisa mengatasi ini." Mereka tak curiga kan aku sedang memakai kekuatan keduaku? Harusnya tidak karena bakat ini bersifat pasif.

*

Peri Garis Depan keluar dari Kubah Pelindung. Begitu mereka menembus lapisan, tubuh mereka seketika membesar. Mantra penyusutan badan hanya berlaku di dalam kubah.

"Serahkan Swift Growers baik-baik atau kalian akan hancur seperti terakhir kali."

"Simpan gertakanmu, Adair. Kami takkan memberikan Swift Growers pada kalian. Semuanya, bersiap untuk bertarung!" Kali ini Master Wodah yang memimpin perang.

Rasanya baru beberapa menit lalu suasananya tentram. Sekarang aku sudah berada di antara kecamuk pertarungan. Kenapa atmosfernya berubah sangat cepat? Aku menangis lebay.

Baiklah. Aku sudah punya kekuatan kedua. Akan kubuktikan kegunaanku di perang ini!

"Kusarankan jangan terlalu sering berpikir mengenai kekuatan keduamu, Verdandi. Kau lupa ada Mind Reader di Blackfuror?"

Mini? Kau sedang bertelepati denganku?

"Manfaatkan pemberianku dengan baik. Jangan sampai ada yang tahu tentang itu."

Aku memejamkan mata. Konsentrasi penuh. Oh! Aku bisa melihat semuanya! Kubuka mataku, menoleh ke arah Kala yang baru keluar dari Kubah Pelindung bersama...

... Tanny? Mereka berdua di Peri Pendukung?

Menggelengkan kepala, aku mengabaikan denyutan aneh yang mencubit jantungku, kembali merem sembari menyentuh tanah. Hm? Peri berkemampuan menghilang sedang bersama Kahina mengendap... ke tempat Kala?! Sial! Mereka main sembunyi-sembunyi.

"Kala! Awas di sebelah kananmu!"

Pemilik nama tersentak, begitupun Tanny. Kahina muncul tiba-tiba di sampingnya, hendak menyiram sebuah ramuan. Takkan sempat untuk menghindar. Tetapi, aku lebih cekatan darinya! Aku menumbuhkan sulur tanaman dan mendorong Kala serta Tanny. Ramuan Kahina mengenai udara kosong.

"Dandi! Di depanmu!" Sina berseru panik.

Karena terlalu fokus dengan yang lain, aku lupa aku berada di medan pertarungan dimana musuh bisa kapan saja menyerangku.

Peri yang meradak ke arahku mendadak berhenti menyerang. Aku mengerjap. Eh, dia tidak jadi menyerangku? Kulihat dia mendesah pelan. "Fiuh! Hampir saja, Dandi."

Aku tersenyum sumringah. "Rissa!" Cuman dia yang bisa menukar tubuh sesuka hati.

"Siapa sih nama peri yang bisa menghilang itu? Kekuatannya benar-benar meresahkan!"

"Namanya Raibi," kataku menatap tajam ke empunya nama. "Berhati-hatilah, Rissa. Dia terus membawa Kahina ikut menghilang. Mereka sepertinya merencanakan sesuatu."

Firasatku tidak enak. Kenapa Kahina dan Raibi terus-menerus berada di sekitar Kala? Mereka tidak akan melakukan hal aneh, kan?

"Verdandi, kau yakin kau baik-baik saja?"

"Eh?" Aku mengerjap. "K-kenapa?"

"Bagaimana kau tahu namanya? Tadi kau juga bersikap aneh kata Sina. Tak ada angin tak ada hujan, kau mencari Ketua Parnox, bilang Blackfuror akan menyerang. Tahu-tahunya mereka betulan datang. Kok kau bisa tahu?"

Tak mungkin aku bilang aku tahu karena aku menggunakan kekuatan keduaku, kan?








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro