Chp 121. Berakting Untuk Pertama Kali

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sanakaira tertegun. Dia benar-benar tidak berharap pada pemuda asing itu, tapi astaga, dia melakukannya dengan baik. Lalu kenapa dia tersengal dan berkeringat? Jangan bilang dia berolahraga supaya kepanikannya terlihat totalitas?!

Di sisi lain, Sutradara Songqie terdiam. Dia menatap tertarik ekstra berambut biru itu, memperbaiki posisi duduknya.

Ekspresinya oke. Sebuah ekspresi takut akan kehilangan hewan peliharaan yang berharga. Bahkan dia tidak menggendong anjingnya justru mendekap anjing itu ke dadanya dengan pelukan yang lembut.

Postur tubuhnya juga oke. Dia tidak terlihat keberatan dalam mengangkut anjing sebesar dan seberat itu. Anjingnya juga tampak nyaman di pelukan pria itu padahal ia selalu menyalak ke tokoh-tokoh pembantu yang sebelumnya.

Siapa pria ini? Di mana Sanakaira mendapatkannya? Malah sebenarnya kalau Songqie boleh jujur, anak ini lebih tampan dan gagah daripada lakon utamanya. Bentuk tubuhnya itu lho. Sangat menggoda dan merebut atensi mereka. Bahunya tidak terlalu kekar, kurus, punya kulit putih yang bersih, ramping, dua lengannya yang memeluk anjing seperti tangan anak-anak.

Di sudut pandang pameran, Ina hampir saja kelepasan mengumpat demi melihat Maehwa memasuki klinik. Dia berteriak dalam diam, berjuang supaya tetap fokus pada aktingnya, tidak mau merusak momentun. Batinnya bertanya-tanya:

Apa yang dilakukan Maehwa di sini? Dia jadi ekstra? Bukannya dia mau pulang ke asrama Scarlett? Ina melirik Sanakaira yang tersenyum lebar memandangi Maehwa. Mungkinkah ulah wanita itu?!

Sementara Allan, menatap tokoh ekstra itu dengan pandangan iba. Ada perasaan aneh berdenyut di hatinya. Entah karena ekspresi pria rambut biru itu yang menyedihkan atau auranya, membuat Allan ikut larut dalam kesedihan.

'Kenapa dua cecunguk menyebalkan ini malah menatapku kasihan seolah aku bocah malang yang tersesat saat bermain bersama anjingnya? Dasar tidak sopan!'

"Apa anda bisa mengobatinya, Dokter?"

Ina sekejap kembali ke mode profesional, mendekati Maehwa, mengusap kepala anjing. "Apa anda tahu masalahnya, Pak?"

Sial, Maehwa. Kenapa kau harum sekali? Apakah keringat itu tidak ada artinya? Ina susah payah memastikan kalimatnya tidak salah tukar dengan isi hatinya.

"Dia muntah-muntah dari siang dan tak nafsu makan. Saya khawatir dia keracunan. Saya sudah memastikan makanannya tidak kedaluwarsa. Kenapa bisa begini...?"

Suara Maehwa terdengar bergetar sedih seperti hendak menangis. Ina tak percaya Maehwa serius terhadap aktingnya.

Yang benar saja! Sanakaira semakin tertarik dengan bocah ini. Dia bahkan tidak memberi dialog lengkap dan pria itu mengisinya dengan karangan sendiri??

Ina mengambil alih anjing itu dari Maehwa, menatap Allan dingin. "Pembicaraan kita sudah selesai. Aku harus bekerja."

"Tapi aku belum mendengar jawabanmu!"

Maehwa merinding melihat Ina tertawa dingin sekaligus menahan sakit. "Haah, sampai akhir kau masih saja menjadi bajingan brengsek yang egois. Apa kau masih butuh jawaban setelah mendengar ucapanku? Hati bukan benda yang bisa kau mainkan kapan saja. Aku sudah lelah."

Maehwa melirik Allan yang mengepalkan tangan, kagum melihat pria itu menangis di tempat menyerukan nama karakter yang Ina mainkan. Dia menangis secepat itu?

Inikah pekerjaan seorang aktor?

Scene berhenti begitu Ina dan Maehwa masuk ke ruang perawatan. Semua kru terdiam. Berkat penampilan tokoh ekstra baru itu, adegan menjadi lebih emosional membuat mereka terbawa suasana.

"Cut!" seru Songqie tersadarkan dari lamunannya—dia juga terombang-ambing oleh momen kesedihan. "Sempurna! Ini dia yang kuinginkan. Inilah adegan yang kuharapkan. Adegan sentimental yang akan membangkitkan emosi penonton."

Songqie menatap Sanakaira yang mengusap wajah. "Hei, siapa nama ekstra tadi? Aku ingin tahu profilnya."

"Masalahnya aku juga tidak tahu, Pak Sutradara. Tapi wajahnya terlihat familiar. Sebenarnya saya belum membayarnya..."

"APA?! Kenapa kau begitu ceroboh?"

Sanakaira menggaruk kepala. "S-soalnya dia mau pergi. Saya kepepet dan membohonginya. Saya tidak menduga kalau aktingnya melampaui sebaik itu."

"Cepat bawa anak itu ke hadapanku! Aku butuh namanya!" seru Songqie ke bodyguard.

"Tuh, kan? Benar dia kan! Aku bilang juga apa. Mataku tidak salah! Pantas saja aku akrab dengan wajah tampannya."

Mereka menoleh ke dua kameramen yang menonton sesuatu di newtube.

[Sistem sedang mengumpulkan data...]

[Data berhasil terkumpul.]

"Dia Han Maehwa dari Star Peak!"

[Player Han Maehwa dikonfirmasi memiliki bakat alami dalam berakting.]

Ina membuka jendela, menoleh ke Maehwa yang memakai masker pemberiannya, tak lupa menutup kepala. Dia harus kabur sebelum keadaan menjadi kacau.

"Kalau kau lewat sini, kau akan bertemu jalan besar jika kau belok ke kanan."

"Terima kasih arahannya, Senior."

Ina menopang dagu ke pinggiran jendela begitu Maehwa melompat ke luar. "Apa kau tertarik menjadi aktor, Maehwa?"

"Eh?" Maehwa spontan menggeleng. Tujuannya hanyalah menjadi idola, bukan aktor atau apa pun itu. Maehwa takut keteteran jika piringnya terlalu penuh.

"Sungguh? Sayang sekali."

Ina menyayangkan Maehwa melepaskan keahliannya. Atau mungkin anaknya belum sadar akan potensinya, ya? Ina tersenyum kecil. Pria ini sangat polos dan lugu.

"Kalau begitu saya pulang ke asrama Scarlett dulu, Senior. Sampai jumpa!"

Ina melambaikan tangan. "Sampai jumpa!Semangat latihannya. Aku menantikan performamu di babak berikutnya."

"Silakan ditunggu."

Beberapa menit setelah Maehwa pergi, Ina tersentak menyadari sesuatu. Dia lupa meminta nomornya! Ahhh. Ina mengacak rambut. Padahal itu kesempatan emas.

"Guk, guk, guk. Guuuu!!!"

Si anjing menjulurkan tangannya ke jendela, menatap kepergian Maehwa. Ina mengusap-usap gemas kepalanya. "Bahkan hewan peliharaan pun tahu mana yang bening. Kau bisa melihat Maehwa di TV."

"INA!" Teriakan Songqie berkumandang. Beliau dan Sanakaira terengah-engah setibanya di depan Ina. "Di mana... di mana anak itu? Di mana Han Maehwa???"

"Sudah pergi tuh," balas Ina mengangkat bahu, tersenyum puas karena berhasil menyelamatkan Maehwa dari mereka.

"Sial! Aku harus bertemu dengannya! Bakat seperti itu... aku harus memolesnya menjadi berlian! Hei, apa kau tahu di mana lokasi gedung Scarlett??"

"Lebih baik batalkan niatmu, Pak. Scarlett takkan mengizinkan anda mengambil permata yang lebih dulu mereka temukan."

*

Kali ini tidak ada pikir-memikir lagi. Maehwa harus segera mengalokasikan poin statusnya ke daftar keterampilan yang dibutuhkan yaitu: rap dan pesona. Keputusan Maehwa sudah bulat.

[Kondisi tersembunyi terpenuhi.]

Hingga tiba-tiba layar ini muncul.

Maehwa mengernyit, mengetuk telapak tangan. Oh! Benar juga! Dia ingat, misi mendapatkan tanda tangan Song Ina memiliki keadaan tersembunyi. Jadi maksudnya Maehwa harus terlihat dalam akting? Tidak disangka-sangka.

[Berakting untuk pertama kalinya +40.]

[Pemula yang bukan pemula +20.]

[Adegan sempurna dalam sekali take +20.]

[Menjadi kameo yang mengejutkan +30.]

Tring! Tring! Tring!

Awalnya satu, tapi lama kelamaan muncul belasan layar pop-up di hadapan Maehwa. Itu memenuhi udara. Cahayanya menyinari wajah Maehwa yang melongo.

Total poin status yang Maehwa dapatkan...

"200 poin...? Apa kau serius? Ini jackpot!"

Maehwa menyeringai. "Tambahkan semuanya ke pesona, dance, dan rap!"

[Pilihan bijak! Nilai anda saat ini...]

Pesona SR+. Dance SSS+. Rap SSS+









***To be continued***

Magic Idol Cafe

"Kau mengkhianatiku, Kafuu..."

Aku terdiam, menundukkan kepala. Aku tahu persis apa yang Maehwa bicarakan. "Maafkan aku, Maehwa. Maaf..."

Maehwa menggigit bibir, mengepalkan tangan. Dia mencengkeram kerah leherku yang berdiri mematung. "KENAPA?! KENAPA KAU MELAKUKANNYA?? Bukankah kau sudah berjanji akan mendapatkan Kazuha untukku kali ini?! Kenapa kau malah mengacha Klee dan membuang primogem?! Apakah sesusah itu menahan hasrat?!!"

Aku bergeming, tidak menyangkal. Ya. Ini salahku. Aku mengecewakannya.

Tubuh Maehwa gemetaran. "Terakhir kali kau juga begitu. Kau gatal gacha dan akhirnya mendapatkan Yoimiya. Sekarang setelah muncul kesempatan baru, kau lagi2 berulah. Kau mencintai chara Pyro, huh?"

"Bukan begitu... Aku hanya ingin Albedo bertemu dengan adiknya. Apakah... apa aku tidak boleh gacha Klee?"

"KAU BISA MELAKUKANNYA LAIN KALI, KAN? KENAPA HARUS DI SAAT BANNER RERUN KAZUHA, HUH?! Apalagi patch 4.6 ada Arlechino! Kupikir kita bisa menyimpan pity setelah mendapatkan Kazuha. Tapi... tapi... endingnya seperti ini lagi..."

Maehwa mulai menangis. "Dan apa yang kau dapatkan, huh? Apa kau membawa pulang Klee? Yang pulang adalah Diluc. Kau membuang semua primogem kita yang susah payah kita tabung untuk Kazuha."

"Maafkan aku, Maehwa..."

"Kazuha... Aku sangat menginginkannya untuk menyempurnakan timku. Kazuha..."

Maehwa menekan dadanya yang sakit.

Mataku melotot melihat Maehwa ambruk. "Im Rae?! Apa yang terjadi padamu?? Sial!" Tanganku cekatan memanggil Dain.

*Di rumah sakit*

"DOKTER CHEON! TEKANAN DARAHNYA MENURUN! KITA BISA KEHILANGAN DIA!"

Dain mendesis. "Bawakan defibrillator!"

Dahlia mendorong troli mesin tersebut dengan air mata cucuran. "Maehwa, jangan tinggalkan kami. Kumohon..."

"Pasang 150 joule! Satu, dua, shoot!"

Aku mondar-mandir di lobi rumah sakit. Hingga satu jam kemudian, Dain akhirnya keluar. "Bagaimana Maehwa?" tanyaku.

"Maehwa dia... koma."

Tubuhku membeku. "Apa katamu?"

"Tadi Maehwa mengigau, memanggil nama 'Kazuha Kazuha dan Arlechino', sebelum akhirnya jatuh koma. Ini membingungkan. Apa yang sebenarnya terjadi?"

Aku terduduk lemas. "Ini semua salahku. Salahku! Andai aku bisa mengendalikan diri, andai aku tidak menggacha Klee dan menghabiskan semua tabungan primogem kami, maka hal ini takkan pernah terjadi! Aku sudah berjanji akan membawakan Kazuha untuknya kali ini, tapi aku gagal mengabulkannya. Ini sia-sia. Ini semua salah tangan sialan ini! Tangan nakal ini."

"Andai saja waktu bisa dimundurkan..."

Maka dari itu, sampai keadaan Author dan Karakter Utama membaik, IDOL PLAYER dinyatakan libur entah sampai kapan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro