Chp 123. Pelanggan Kedua

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sejenak setelah Maehwa memasuki ruang perekaman, perasaan asing menyelinap ke hatinya. Perasaan antusias, takjub, berdebar-debar, dan sebagainya.

Maehwa terlalu sibuk dengan petir dan hujan sehingga membuatnya lupa kalau dia saat ini sedang berada di studio rekaman. Salah satu impiannya kalau menjadi idol—memasuki studio rekaman.

Mirisnya dia berada di sana bukan dengan tubuh lamanya. Maehwa jadi bingung apa dia harus senang atau menertawakan nasibnya yang tidak beruntung.

"Kau boleh bersiap, Maehwa."

Maehwa tersentak mendengar namanya disebut Heegam, berhenti menatap peralatan perekaman, dinding kedap suara, dan segala macam instrumen yang ada di dalam ruangan. Fokus, ayo fokus.

Intro adalah bagian yang penting karena itu adalah detik-detik sebelum lagu dimulai. Rekaman mereka akan tersendat kalau dia juga tidak bisa menyelamatkan bagian ini.

Maehwa memakai headphone, mendekatkan bibirnya ke mikrofon. Musik diputar, menemani Maehwa sebagai latar belakang. Dia pun menyanyikan intro.

"Hmm... Oh, sorry love. You mine, you mine, you mine, yeah...♫"

Seketika ruangan sebelah heboh oleh seruan rekan timnya, termasuk Heegam dan Cross. Mereka terkekeh. Suara Maehwa yang sedang fals, justru menciptakan getaran rendah yang menggoda.

"Wah, daebak! Dia membunuhnya di bagian love dan mine terakhir," seru Kiyoung.

Haru berbinar kagum. "Bagaimana cara Kak Maehwa melakukannya? Padahal aku sangat kesulitan di poin itu."

"Naahhh, itu baru adikku." Jun-oh menatap Maehwa yang kikuk dengan tatapan bangga seperti seorang ayah berhasil membuat anaknya mengendarai sepeda.

Maehwa bergegas melepas headphone, menatap dari balik kaca. "Err, apa itu bagus?" tanyanya ragu-ragu.

Cross mengacungkan jempol. Geonwoo dan Jun-oh lebih-lebih, memberi dua jempol.

Heegam mengangguk puas. "Suaramu cocok untuk mengisi bagian intro. Aku akan menandainya untuk kelengkapan lagu."

"Benarkah?" Maehwa menggaruk pipinya.

"Haru, kau tidak keberatan, kan?" Heegam menoleh ke Haru yang seharusnya mendapatkan bagian tersebut.

Haru menggeleng. "Tidak, Produser. Intro milik Kak Maehwa sangat bagus. Aku mengakui kekuranganku dalam falsetto."

"Kau boleh keluar. Kita akan mulai merekam seluruh lagunya secara bergantian."

Maehwa tersenyum sebelum meninggalkan ruang perekaman. Sebuah senyuman yang menghangatkan studio. Dia senang nyanyian singkat barusan enak didengar.

"Aneh, padahal di luar hujan, tapi di sini hangat sekali. Aku seperti melihat matahari dari dekat. Dia punya senyum yang tampan. Kenapa dia jarang tersenyum?"

Cross terkekeh mendengar gumaman Heegam. Sepertinya mood wanita itu benar-benar membaik sekarang.

Tim APONA lanjut merekam sampai sore.

***

Sementara itu, di dunia kultivasi...

Danyi duduk santai sambil menggoyangkan kaki. Dia menonton Maehwa dari layar futuristik. Bibirnya ikut melukis senyuman saat melihat Maehwa tersenyum. Rasanya menyenangkan melihat suasana hati kontraktornya sedang bagus.

"Senior Danyi! Kami sudah kembali!"

Danyi langsung menggeser layar ke samping hingga benda itu menghilang. Dia berdeham, memperbaiki posisi duduk. Kan tidak lucu dia ketahuan bermalas-malasan di depan dua juniornya. "Jadi bagaimana?"

"Dia memiliki hati yang bersih dan keinginan kuat untuk menjadi idola. Seong Joonwoo lulus dari prasyarat! Saat ini dia sedang bunuh diri dengan cara mengiris pergelangan tangan di bak mandi."

"Kau tidak perlu menjelaskan secara rinci."

Meski belum resmi, sistem idol mulai dilirik oleh pasar sistem karena kinerjanya yang menjanjikan hingga banyak divisi-divisi lainnya berinvestasi. Karena ada suntikan dana, atasan Danyi yakninya sang GM mengajukan pencarian player kedua.

Dua bawahan Danyi—Panya dan Gladys—lah yang akan menjadi adminnya.

Danyi membaca informasi Seong Joonwoo. Seorang pria berusia 22 tahun dengan rambut merah muda. Role utamanya adalah dancer. Joonwoo terpilih menjadi anggota tim debut di NIGHTING Entertainment lalu tiba-tiba mengalami ketidakadilan karena hadirnya seorang bocah nepotisme.

Mereka harus menyelamatkan impiannya.

"Bagaimana dengan pencarian jiwa?"

Panya menggeleng, mendesah jengkel. "Akhir-akhir ini persaingan sistem semakin ketat. Sekali ada manusia yang tewas, mereka langsung mendatangi rohnya."

"Perluas cakupan areanya. Kita tidak bisa membangkitkan orang mati karena kita bukan Divisi Regresi. Yang bisa kita lakukan mengambil jiwa lain lalu memasukkannya ke tubuh yang sudah kosong. Kita juga bukan Divisi Transmigrasi yang bisa melakukan pemindahan jiwa dengan gratis. Semuanya membutuhkan biaya dan tenaga. Makanya aku sangat ingin berkolaborasi untuk menghemat pengeluaran."

"Ah! Aku mendapatkannya, Senior! Seorang murid di Amerika mati beberapa menit lalu dibully oleh temannya. Kematiannya tragis sekali. Kepalanya dibenturkan—"

"Namanya?" potong Danyi cepat.

"Autumn Hart, 18 tahun."

"Apa dia punya hasrat untuk menjadi idol?"

"A-ada sih. Tapi dia mantan murid nak—"

"Kalau begitu ayo bergegas! Kita tidak boleh keduluan oleh divisi yang lain."

.

[Sistem terintegrasi.]

[Anda terpilih menjadi Idol Player.]

"A-apa yang terjadi? Ini bukan tubuhku! Lagian, ini di mana? Uhh, tanganku..."

Pemuda itu jatuh pingsan. Danyi mengintip dari luar jendela, mengangguk. Dia beralih menatap Panya dan Gladys yang sudah bersiap. "Obati dia, mengerti? Dia pasti bingung setelah bangun. Jelaskan dengan perlahan. Aku harus kembali ke Maehwa."

"Dimengerti, Buk Danyi!" seru mereka menukar panggilan Danyi.

Danyi diam-diam tersenyum puas. Jadi begini rasanya naik derajat? Kalau sistem idol betulan resmi, maka bawahannya akan makin banyak! Dan yang terpenting di atas itu semua adalah... Danyi akan kaya raya!

Selagi asyik menari-nari di udara membayangkan dirinya akan mandi koin emas sembari menuju ke tempat Maehwa, Danyi mendapati sosok mencurigakan tengah berjalan sambil menutupi wajah.

Eh? Tunggu dulu! Danyi mengucek mata, memastikan tidak salah lihat. Dia tertegun.

"Im Rae...?"

***

Rekaman berakhir pukul lima sore.

"Terima kasih untuk hari ini, Produser Apona!" ucap Jun-oh mewakili rekannya.

Heegam bersandar di dinding. "Aku menantikan perfoma kalian empat hari lagi. Kuharap kalian tidak memaksakan diri. Terutama kau, Maehwa. Suaramu masih belum pulih. Jangan terlalu sering bicara."

Maehwa mengangguk manut.

Hujan telah berhenti, namun langit masih gelap, bersiap-siap ronde kedua.

"Ayo kita makan di luar, Kak Jun-oh! Biar aku yang traktir," usul Geonwoo menunjuk sebuah restoran yang cukup jauh.

Kiyoung dan Haru mengangguk setuju. Jun-oh menoleh ke Maehwa yang berpikir. Yah, dia sudah muak dengan makanan di kantin asrama apalagi trauma dengan sup udang. Boleh deh. Maehwa mengangguk.

Seperti yang diperkirakan, hujan kembali turun ketika mereka tiba di restoran.

Maehwa menatap menu. "Dingin-dingin begini bagusnya makan ramyun ped—"

"TIDAK BOLEH!" seru rekan timnya bahkan sebelum dia menyempurnakan kalimatnya.

Alhasil beberapa pengunjung menoleh ke meja mereka, melotot. Bukankah mereka trainee Star Peak? Mereka sedang makan bersama! Beberapa pengunjung mulai mencuri foto, termasuk para pelayan.

"Aku hanya bercanda," dengus Maehwa. "Aku pesan tteokbokki saja." Padahal dia pengen banget makan mie.

"Tidak boleh. Kau dilarang makan yang pedas-pedas." Jun-oh menggeleng.

"Itu hanya tteokbokki!" Maehwa menghela napas. "Baiklah. Aku mau sundubu jjigae."

"Itu juga tidak boleh. Kami akan memesan gopchang untukmu. Banyak-banyak lah makan daging, Maehwa. Kau itu kurus."

"Semerdeka kalian lah!"

Maehwa duduk dengan jengkel di kursinya. Apa-apa tidak boleh, makan pun dipilihkan. Sakit itu memang tidak mengenakkan—

Seseorang melintasi jendela, nekat menembus hujan, entah mau ke mana.

Maehwa terbelalak, bangkit dari kursi untuk melihat sosok barusan. Siapa itu? Wajahnya tampak familiar.

"Kenapa berdiri, Maehwa? Pesananmu sudah datang nih. Ayo makan!"

Kayak kenal. Atau perasaanku saja, ya?

Mengedikkan bahu, Maehwa kembali duduk dan melahap makanannya. Dia asyik mendengarkan rekan timnya yang membicarakan hal random, membicarakan apa saja yang terlintas di kepala.

Dan akhirnya, hari pertunjukan pun tiba.

Magic idol cafe libur!!!





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro