Chp 127. Sesuai Permintaanmu, Majikan! (1)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa menit sebelumnya...

Maehwa dan rekan timnya berkumpul di belakang panggung selagi tim dekorasi selesai menyunting pelataran yang selaras untuk lagu 'As You Wish, Employer!'.

Seorang pekerja perempuan yang muda—sepertinya anak magang—salah fokus saat memasangkan headworn mic pada Maehwa yang berdiri tenang. Dia menahan napasnya karena aroma Maehwa yang wangi.

Yah, sebenarnya bukan hanya Maehwa. Tapi semua anggota tim APONA. Si magang itu baru 18 tahun, namun dia sudah dikelilingi oleh testosteron pria 20 ke atas. Kalau saja dia tidak butuh uang, dia takkan menerima rekomendasi pekerjaan ini dari tantenya.

"Anda tidak apa-apa?" tanya Maehwa.

Magang itu tersentak, gelagapan. "A-ah iya..., Pak, eh maksud saya Kak!"

Maehwa bergumam tak jelas, merogoh saku celana. "Makan ini," katanya menyodorkan sebungkus permen pada magang remaja itu. "Aku sudah memberikan mantra ketenangan di dalamnya. Kegugupanmu pasti hilang."

Maehwa berlalu begitu dia menerima permen tersebut meski bingung. Mana ada permen yang bisa menghapus rasa gugup?

Tetapi saat dia memakan permen itu, ajaib! Semua rasa cemasnya hilang entah ke mana seolah menguap ke udara.

Tentu saja karena itu bukan permen biasa.

Danyi muncul di sebelah Maehwa. [Kenapa anda malah memberikan permen antigugup yang saya berikan ke orang lain?]

"Aku tidak begitu gugup."

Danyi hilang muncul di udara. Dia pindah ke depan Maehwa, atas kepalanya, sisi kiri-kanan, belakang, pokoknya tantrum deh.

[Serius? Yakin? Demi apa? Anda kan selalu ketakutan di detik-detik perfomance. Saya tidak percaya ah. Saya mengenali anda luar-dalam, Maehwa. Di sekolah dulu anda sangat pemalu bahkan meminta izin ke guru untuk pergi ke toilet saja anda tidak berani. Terpaksa menahan sampai pulang.]

"Kau mengintip masa laluku?! Sistem setan!"

Kalau saja Maehwa tidak melihat Jun-oh sedang menceramahi Geonwoo, Haru, dan Kiyoung, mungkin dia sudah berperang dengan Danyi yang mendadak tengil.

Maehwa mendekat, mengabaikan Danyi yang sengaja membuatnya kesal. Sepertinya Maehwa paham mengapa Jun-oh ceramah. Energi kegugupan mereka sangat kental.

Apa mereka terpengaruh dengan kondisi Ha-yoon tadi dan menjadi takut? Trainee emas seperti Ha-yoon saja membuat kesalahan, apalagi mereka yang ikan teri.

"Ayolah, tim, jangan lesu begini. Bukankah kita sudah saling menyemangati selama di ruang rias? Kalian bukan anak-anak yang ingin tampil di pentas drama kecil-kecilan. Kalian calon idola. Nikmatilah stage ini!"

"Bagaimana kalau kami nanti—"

"Tidak ada bagaimana-bagaimana. Tanamkan mindset 'aku pasti bisa!' di otakmu. Teriakan 'aku takkan membuat kesalahan, aku sudah latihan keras untuk ini!' di alam bawah sadarmu. Ingat, yang kita kejar di sini bukan popularitas melainkan impian menjadi idol.

"Jika ada yang meremehkanmu, abaikan saja. Kita sedang berusaha untuk menjadi bintang, tidak seperti mereka yang hanya pandai berkomentar buruk tapi tidak berani merangkak naik ke langit. Orang seperti itu hanya tong kosong tak berarti daripadamu yang mau berjuang melawan rintangan."

Maehwa melirik Jun-oh, berdecak kagum. Pria ini selalu tahu apa yang harus dikatakan. Jiwa kepimpinannya tebal.

Berkat kalimat-kalimat pembangkit tekad Jun-oh, mereka bertiga diselimuti aura keteguhan. Saling bergumam aku pasti bisa!

Jun-oh menoleh. "Kau juga, Maehwa."

"Lah, kenapa aku juga kena? Aku baik-baik saja. Katakan itu pada dirimu sendiri."

"Halah, jangan bohong. Kau itu center tim, tidak mungkin kau tidak merasa gugup. Aku hapal kau luar-dalam, Maehwa."

Tidak si kampret ini, tidak si iblis Danyi, kenapa mereka seolah meremehkannya sih. Mereka bahkan hampir mengatakan dialog yang sama! Apa mereka pikir Maehwa masih takut di atas panggung setelah semua pengalaman yang dia dapatkan di Star Peak?

"Tim APONA, silakan naik ke panggung."

"Siap!" jawab mereka serempak kecuali Maehwa yang masih bertarung di pikirannya.

Baik, akan kubuktikan kalau aku serius.

Maehwa melirik pita merah dari Yoonseo yang dia ikatkan di sengkelitnya. Kalau tidak salah ada sebaris lirik yang mendukung untuk menggunakan tali. Sempurna sekali.

"Hei, Jun-oh."

Pemilik nama berhenti di ambang anak tangga, menoleh ke Maehwa. "Ada apa?"

"Saat dance break bagian kita berdua nanti, aku akan sedikit berimprovisasi. Kau cukup ikuti alurnya saja," ucapnya misterius.

Jun-oh tak mengerti, namun dia mengangguk. Tapi seperkian detik kemudian, dia menyesal mengiyakan perkataan Maehwa. Melihat ekspresinya yang sulit ditebak, apa pun yang dia rencanakan, itu mungkin bukan hal baik.

.

.

"Ini dia, mari kita sambut Tim APONA!"

Lampu-lampu stage padam, menyisakan seruan antusias para penggemar.

"Maehwa tak mungkin di sini. Kalau kita sepemikiran dengan Wintermoon universal, mereka pasti juga memilihkan lagu The Day I Got My Goals untuk Maehwa," kata Ina.

Yeosu mengangguk setuju. "Dia dapat urutan tampil terakhir kali. Aku penasaran sejak lama, apa Maehwa kita itu dikutuk? Dia selalu dapat nomor terakhir lho."

"Sudahlah, kita nikmati saja tim ini. Jangan hanya fokus pada Maehwa saja. Kita juga harus menghargai tim-tim lainnya."

Satu per satu lampu stage warna merah dihidupkan secara perlahan, menyenter bayangan lima pria di balik tirai putih yang siap membuat jantung Interstellar jumpalitan dengan pesonanya. Selang dua menit berlalu tegang, tirai tersebut dibuka dengan dramatis, menampilkan lima pria tampan berpakaian putih... Tidak! Ada satu orang yang pakaiannya berbeda!

Tubuh Yeosu membeku. Begitu pula partai Wintermoon. Maehwa tidak di ELESIS, dia di sini, dia di APONA, dan dia berdiri di tengah!

"Astaga, itu Maehwa, kan? Aku tidak salah lihat, kan?" Verdandi menggoyangkan lengan Narae yang sama syoknya dengan Yeosu.

Tebakan mereka lagi-lagi meleset seperti di misi sebelumnya, pertarungan posisi. Maehwa selalu mengejutkan Wintermoon dengan membawakan lagu yang tidak diharapkan.

"Ya ampun, Maehwa benar-benar di sini."

Ina menggigit bibir. Padahal rasanya baru kemarin dia berpisah dengan Maehwa yang terlihat seperti bayi baru lahir. Tapi malam ini, kepolosan itu lenyap digantikan oleh sosok pria dewasa yang maskulin.

"Dia terlihat... seksi," desis Verdandi.

Penonton yang bukan Wintermoon juga saling berbisik. "C-center mereka menggoda ya. Siapa namanya? Han Maehwa?"

Lampu menyorot mereka berlima yang akhirnya membuka mata. Tapi saat giliran Maehwa, lagi-lagi mata merah miliknya itu menyihir para penonton agar hanya melihat ke dirinya saja. Jangan sampai menoleh.

"Apa-apaan dia? Matanya memikat sekali!"

"Matanya sangat memabukkan!"

"Apa Han Maehwa memang setampan ini?!"

Sementara itu suasana di ruang mentor, sama berisiknya dengan penonton. Mereka berseru tertahan melihat kelima trainee yang rata-rata ranking bawah menunjukkan pesona yang berbahaya.

Dan akhirnya intro pun dimulai.

"Hmm... Oh, sorry love. You mine, you mine, you mine, yeah...♫"

***TBC***

Magic idol cafe

Maehwa: Kau sangat pandai bagaimana cara membuat orang emosi ya. Sudah berapa kali kau menggantung mereka?

Kafu: Aku tidak bisa berpikir kalau haus dan lapar... Lo pikir gw nggak butuh waktu gitu mengarang lirik lengkapnya? Terlebih aku takut ketikanku keapus lagi kayak waktu itu dan terpaksa menulis ulang—biasalah, wattpad kan bajingan. Jadi aku ingin menulis semuanya dulu di buku catatan.

Maehwa: *Rolling eyes* Ngomong2 ada yang bertanya padamu nih. Katanya, ada niat buat nerbitin Idol Player nggak?

Kafu menatap Maehwa yang cengar-cengir gak jelas. "Niat? Ada sih...," tapi revisinya itu malesin banget subhanallah.

Maehwa melompat riang mendekati Kafu. "Jadi kau punya niat toh. Ayolah, apa kau tidak mau memeluk anakmu ini?"

"Siapa juga yang demen sama MC bau kayak kau. Lagipula ada yang mau gitu membelimu?"

"Kau gantung saja mereka di bagian klimaks. Mereka pasti penasaran kelanjutannya."

"Sial, Maehwa, kau s3 teknik marketing ya?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro