Chp 140. Boneka Bebek

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tiga hari kemudian...

Ukh, benda kenyal apa yang Maehwa pegang? Lembut, squishy, halus, dan empuk sekali.

Maehwa membuka mata. Sebuah boneka bebek kuning raksasa sedang menatapnya. Oh, jadi boneka toh? Maehwa tersenyum, memeluk kelon boneka bebek sebesar ukuran manusia itu. "Squishy, squishy," gumamnya ketagihan dengan kelembutan badan boneka.

Satu detik, dua detik..., TAHAN DULU! Perasaan, Maehwa tidak punya boneka bebek?

Astaga! Maehwa melotot, beranjak bangun. Dia menyapu pandangan ke sekitar yang serba feminim, cewek banget. Ini bukan kamarnya, bukan rumahnya! Pelataran pink dan imut ini tidak cocok untuk pria sepertinya.

"Apa yang...? Aku diculik? Bagaimana kondisi tubuhku?? Apa organku sudah diambil?" ucapnya panik, meraba-raba perut dan dada, mengabsen tangan dan kaki. Fiuh, masih utuh.

Tapi eh, kalau dia diculik, bukankah tempat penyekapan terlalu menggemaskan?

Gerendel pintu berpelitur diputar dari luar. Maehwa mengangkat boneka bebek. Jika yang datang penculiknya, akan langsung Maehwa lempar benda masif itu lalu kabur.

Tapi eh, yang masuk ternyata orang yang Maehwa kenali dan jauh dari definisi bahaya.

"N-Nona Dahlia? Kenapa anda ada di sini...?"

"Ah, cowok kesayanganku sudah bangun rupanya~! Kalau kamu bertanya kenapa, ya jelas aku di sini karena ini rumahku."

Maehwa melotot. "R-rumah anda?!"

Dahlia mengangguk, tersenyum lebar. "Dokter Cheon menemukan anda ketiduran di rooftop. Beliau tidak tahu alamat rumahmu dan enggan bertanya pada trainee-trainee kenalanmu. Awalnya Dokter Cheon mau membawamu ke rumahnya, namun beliau tidak mau cerita ini berubah haluan jadi BL. Maka aku sukarela membawamu menginap di apartemenku. Tenang saja! Tidak ada paparazzi atau fans fanatik yang melihatmu kugendong kok~"

"Hoooo, begitu." Maehwa manggut-manggut.

Sial, dia imut pakai banget! Dahlia berbalik mengambil sesuatu. Sebuah handuk dan kaus putih polos. "I-ini, Maehwa. Silakan bersihkan dirimu. Mandi dan sarapan."

Maehwa menerimanya. "Kamar mandinya...?"

"Itu, tepat di sampingmu."

Maehwa mengangguk. "Terima kasih sudah menampung dan merawatku, Nona Dahlia. Anda sungguh perawat yang dermawan."

"Tidak masalah," kata Dahlia, tersenyum. Malahan dia seperti mengurus anak sendiri. Apalagi kalau spek-nya Maehwa. Argghh!!!!

*

Selagi asyik mandi, layar pop-up muncul.

[Bagaimana? Apa anda sudah tenang?]

Maehwa melotot, bersembunyi di balik tirai bak. "DANYI! AKU SEDANG MANDI! Jangan muncul tiba-tiba kayak hantu dong!"

Layar tersebut menampilkan emot jijik.

[Apa sih, norak banget. Kampungan. Saya dan GM yang merealisasikan tubuh anda jika anda lupa. Tentu saya sudah melihat semuanya. Itu pekerjaan biasa bagi para admin sistem. Memastikan tidak ada kerusakan pada tubuh baru yang akan digunakan kontraktor.]

"A-apa? S-semuanya? Semua??"

[Iya, semua. Termasuk yang di bawah.]

"HEH! KAMU INI! Apa kamu tidak paham definisi filter mulut? Beri aku ruang pribadi! Hus, hus, hus. Pergi sana. Aku tidak sepertimu. Aku paham kode etika dan moral."

[Cih, sia-sia saya khawatir. Awas kalau cariin.]

"Siapa juga yang mencarimu! Pergi sana!!!"

Tapi..., Danyi tersenyum. Syukurlah. Kalau dia sudah mengoceh semangat begitu, perasaan Maehwa membaik. Bukan pilihan buruk membuatnya tidur pulas selama tiga hari.

"Dasar si Danyi itu...!" omel Maehwa, menyabun badan dengan sedikit kasar. "Apa dia tidak malu bicara blakblakan? Menyebalkan!"

Maehwa diam sejenak, menatap kedua lengannya yang berbusa. Bening. Kulitnya halus. Dipikir-pikir, benar juga ya. Pasti Danyi dan GM bekerja keras untuk mewujudkan tubuh sebagus ini. Sempurna tanpa cacat.

Selang beberapa menit, Maehwa selesai mandi. Ada yang menarik perhatiannya sejak terbangun di apartemen Dahlia. Tempat ini tinggi entah di lantai berapa.

Maehwa melangkah ke jendela, melongok ke bawah, berbinar-binar. Danau! Ternyata Dahlia tinggal di dekat Cheongna, ya??

Tangan Maehwa gemetar. Sesuatu! Dia butuh sesuatu untuk mengambil potret!

Maehwa menoleh ke sembarang arah, menemukan kamera di atas meja. Tanpa pikir panjang, Maehwa meminjam kamera Dahlia, mulai memotret pemandangan di bawah. View indah tidak bisa diabaikan begitu saja.

"Oh, kamu sudah selesai mandi."

Maehwa terkesiap. "A-ah iya. Maaf kalau saya main pinjam kamera anda tanpa izin..." Dia menyerahkan benda itu ke pemiliknya dengan wajah berkedut. Dia paling kesal terciduk.

"Hahaha, bukan masalah besar." Yang jadi masalah itu, Maehwa tidak lihat ada koleksi fotonya di dalam kamera, kan?? Dahlia membatin cemas, memeriksa galeri. Nanti Maehwa mengira dia stalker mengerikan.

"Eh? Ini kamu yang ambil, Maehwa? Wah, bagus sekali. Kamu jago memotret ya?"

Maehwa menggaruk kepala. "Dulu waktu SMA saya sempat ikut klub sinematografi." Yah, sebenarnya tidak ada pilihan lain karena Klub Melukis yang dia ikuti bubar tanpa alasan. Klub catur kuota anggotanya sudah penuh. Maehwa tidak jago berolahraga, jadi tidak mungkin dia ikut klub basket atau bulu tangkis kan.

"Saya tidak tahan tidak memotret kalau nemu pemandangan bagus." Maehwa cengengesan.

Pria ini...! Ada berapa banyak sih bakatnya?! Andaikan Maehwa gagal debut jadi idola, dia bisa menjadi apa saja. Fotografer, progamer, solois, bahkan model! Jangan-jangan masih ada keterampilan tersembunyi?

"Kalau begitu apa kamu mau memotretku?"

"Tentu saja! Saya tidak keberatan."

Alhasil Maehwa jadi fotografer dadakan. Dahlia berpose dengan beragam gaya, membentuk tangannya seperti huruf hangul.

Tunggu, huruf hangul? Maehwa mengernyit menyadari kalau Dahlia hendak menyampaikan sesuatu padanya lewat pose-pose aneh itu.

"Se-man-gat Mae-hwa? Eh?"

"Maehwa..." Pemilik nama menatap ke depan. Dahlia tersenyum teduh padanya. "Aku tidak tahu apa yang kamu alami, tapi jangan pantang menyerah ya? Kalau kamu sedih, Wintermoon juga sedih. Senyum dong."

Maehwa menundukkan kepala. "Tapi aku..."

"Kalau kamu sedih, bebek itu juga sedih lho. Wajah kalian berdua mirip," sela Dahlia memamerkan boneka bebek di kasur.

Maehwa berngidik. Bisa-bisanya Dahlia menyamakan wajah manusia dengan boneka dakron? Selera humornya aneh!

"Kamu bisa membawanya pulang ke motelmu."

"Eh?? Tidak usah, tidak usah. Itu kan milik Nona Dahlia. Lagi pula aku tidak suka bebek."

Dahlia menyeringai. "Yakin? Saat tidur, kamu terus-terusan memeluknya. Menggelindur bilang 'squishy, squishy'. Kamu sangat menyukainya. Jangan malu-malu."

Wajah Maehwa menghangat. "B-bukan. Itu tidak seperti yang anda pikirkan."

Dahlia tertawa, tidak menggoda Maehwa lagi. "Kalau begitu ayo sarapan sebelum kamu terlambat. Sebenarnya aku tidak tega membangunkanmu karena kamu terlihat lelah, tapi syukurlah kamu bangun sendiri."

Maehwa mengerjap. "Terlambat apa?"

"Kamu tertidur tiga hari. Nggak sadar?"

"Tiga hari?" Maehwa berhitung. Melotot. "TIGA HARI?! KALAU BEGITU HARI INI...!"

"Iya, syuting Star Peak dilanjutkan hari ini."

***TBC***

Magic idol cafe

"Kenapa dia ada di sini?" bisik Maehwa, menunjuk Watson yang minum teh.

"Aku yang mengundangnya. Kenapa? Mau protes? Mending jangan deh. Pawangnya nyeremin lho." Kafu menyeringai.

"Sebenarnya..." Watson membuka suara membuat Kafu dan Maehwa menatapnya. "Kasus Im Rae ini sangat sederhana. Saking sederhananya, semua jawaban sudah ada di chapter satu. Tapi tidak ada satu pun yang sadar karena kau pandai membuat sesuatu menjadi rumit. Bukankah itu keahlianmu?"

Kafu menyeringai, menutup mulut lebay. "Astaga, Watson! Kenapa kau begitu pintar?! Anak siapa sih~ Anak Kafuu dong~"

Sementara itu Maehwa dan para Wintermoon refleks baca ulang episode satu.

"Tidak ada apa-apa tuh."

"Tentu saja tidak ada karena—"

"Oke, sudah cukup. Kau nanti spoiler. Kembali ke duniamu sana." Kafu mengusir, menendang Watson keluar dari kafe pertemuan.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro