Chp 142. Peringkat 18

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

A/N I need more and more motivation... -, -

Itu adalah pengumuman peringkat paling cepat sejauh Star Peak berjalan. Tampaknya video Dong-Moon benar-benar membuat Caterina dan kru produksi kesulitan meredam amarah publik. Mereka tidak punya pilihan selain mempercepat misi selanjutnya. Tidak pakai lama karena penonton anti menunggu.

Dan coba tebak peringkat Maehwa sekarang.

Yah, bukan tebakan lagi namanya karena sudah terpampang jelas di atas.

Maehwa berada di posisi urutan ke-18 dengan poin 876.412 suara. Wow! Hampir sejuta. Dia bisa merasakan kekompakan dan kerja keras Interstellar untuk membantunya debut.

Tapi ini masalah. Tinggal dua tahap lagi tersisa, Maehwa masih berada di ambang dua puluh besar. Rankingnya tidak aman. Dia tidak bisa santai karena bisa tersingkir kapan saja jika lengah. Paling tidak di Misi Produksi ini, Maehwa harus masuk sepuluh besar.

Maehwa menatap Ha-yoon. Pria itu terjun bebas ke peringkat 20. Menyedihkan sekali penampilannya. Kantung mata hitam, mata merah, tatapan tidak fokus. Sepertinya dia tidak bisa tidur nyenyak saat cuti kemarin.

Sebenarnya apa yang begitu menyiksanya? Setiap batang hidungnya tampak, Ha-yoon seperti ingin menangis. Ketakutan. Waswas menatap sekitar seolah diintai...

Maehwa tertegun dengan pemikirannya sendiri, sekali lagi menatap Ha-yoon lamat-lamat. Mungkinkah dia dikuntit fans fanatik? Tapi tidak harus sefrustasi itu, kan?

Saat itu Maehwa belum tahu...

Kalau masalah Ha-yoon akan menjadi tantangan terakhirnya di acara Star Peak sialan itu. Tentu hal ini masih lama sekali terjadinya. Mari jangan terburu-buru.

Baiklah. Sampai di mana kita tadi? Oh benar.

Juara satu tetap dipegang Jinyoung. Total suaranya? Wih, enam juta lebih vote. Juara dua bisa ditebak. Jika Jinyoung ada di kursi atas, maka di bawah sudah pasti Kangsan. Skor dua monster itu beda tipis selisihnya.

3 — Im Eugeum
4 — Song Kyo Rim
7 — Moon Jun-oh
9 — Kim Haedal
10 — Woo Geonwoo

Maehwa menatap Jun-oh jengkel. Bagaimana bisa peringkatnya lebih tinggi daripada dia yang membuang rasa malu di kompetensi sebelumnya? Bikin iri saja makhluk satu itu!

Tapi, Maehwa mulai cemas. Anak-anak ini jarang sekali keluar dari deretan sepuluh besar. Dia punya peluang, kan? Kenapa kursi debut hanya tujuh orang sih! Tambah kek.

Sesuai dugaan, Haru dan Kiyoung gugur di babak ini bersama Hongjo dan beberapa trainee yang tidak sempat Maehwa ajak kenalan. Tapi yang tidak dia duga adalah...

Ahram mengundurkan diri.

"Hah?! Kok begitu??" Maehwa menoleh ke Kyo Rim si paling update. "Kenapa Ahram keluar dari Star Peak? Aku ketinggalan apa?"

Kyo Rim bersitatap dengan Haedal. "Yah, kau tidak tahu karena masalah Dong-Moon..."

Geonwoo menghela napas. "Sepertinya Kak Ahram punya masalah internal yang memaksanya harus keluar dari acara."

Tidak bisa begini! Maehwa merogoh ponsel di saku, keluar dari aula. Begitu-begitu dia dan Ahram cukup akrab. Ahram tidak bisa pergi tanpa salam perpisahan serta menjelaskan alasannya. Apa dia membuang mimpinya?

"Aku sudah tahu kau akan menghubungiku cepat atau lambat, Maehwa..."

"Ahram! Apa yang terjadi? Kenapa kau tiba-tiba mundur dari Star Peak? Apa ada masalah? Kau serius mengundurkan diri?"

Suara lantang panggilan menaiki pesawat yang menjawab pertanyaan Maehwa. "Kau ada di mana sekarang? Bandara...?"

"Waktuku tidak banyak. Aku akan berangkat ke Jerman pagi ini, melanjutkan kuliah di sana untuk mendapatkan gelar. Aku... tidak bisa menjadi idol. Orangtuaku tidak mengizini. Mereka hanya ingin aku menjadi jaksa."

Maehwa mau menjawab tapi Ahram menyela. "Aku sangat senang bisa berteman denganmu walau sebentar, Maehwa. Kau pria yang baik. Maaf ya aku pergi tanpa pamit denganmu. Orangtuaku enggan menunggu. Kau harus debut, oke? Supaya aku bisa menontonnya di mana pun aku berada."

"Aku bahkan belum berterima kasih padamu atas bantuanmu selama ini."

"Hahaha! Kau selalu bisa berterima kasih kapan saja, Maehwa. Orangtuaku melarangku menjadi idol bukan melarangku berteman. Ah, waktuku habis. Aku pergi dulu ya."

"Tunggu, Ahram! Tunggu—"

Panggilan terputus. Ahram telah berangkat.

[Anak itu sudah kehilangan hasrat untuk menjadi idol. Walau dibantu pun takkan ada gunanya. Kamu tahu keluarga Ahram? Orang tuanya seorang politikus. Pengusaha top. Jelas mereka ingin anak mereka punya profesi yang berkelas. Idol tidak termasuk.]

Maehwa mendengus. Tentu dia tahu. Dia pernah main ke rumah Ahram—rumah besar dan super luas itu. Maehwa tahu Ahram dari keluarga berada, tapi dia tidak menyangka akan jadi begitu jalan ceritanya.

"Haah... padahal dia teman yang baik."

[Kita tidak bisa ikut campur. Ini masalah keluarga. Kamu hanya perlu terus maju ke depan. Ingat, tinggal dua evaluasi lagi.]

Maehwa tidak menjawab, mendongak menatap langit biru. Hari ini cerah. Matahari mengintip malu-malu dari balik awan. Cahayanya menyiram Bumi dengan lembut. Tapi yang janggal adalah sapuan angin yang terlalu sejuk untuk temperatur pagi ini.

Ah, Maehwa tahu penyebabnya.

"Sepertinya musim gugur hampir dekat."

*

Pukul dua siang, para trainee disuruh ganti baju. Syuting resmi akan segera dimulai. Di saat semua orang menggantinya dengan cepat, Maehwa justru melambat-lambatkan aktivitasnya (sengaja). Duh, dia masih malas.

Baru rasanya kemarin Maehwa tampil seksi di panggung, sekarang sudah misi baru lagi. Sebagai manusia, ini sangat melelahkan.

[Kamu bahkan belum jadi idol betulan, tapi sudah mengeluh? Payah ah.]

"Cih! Kamu mah enak, cuman nonton di balik layar. Aku yang mengerjakannya tahu. Aku harus meningkatkan staminaku yang rendah. Ada misi untuk itu nggak?"

[Jangan ketergantungan deh! Kamu hanya perlu sering BEROLAHRAGA dan makan.]

Maehwa tersenyum miring. Berolahraga? Dalam mimpi pun tidak pernah. Itu jauh lebih melelahkan daripada manggung. Dia sudah benci olahraga sejak SD.

"Omong-omong..." Maehwa menatap cermin, mengelus dagu. "Bukankah aku semakin tampan? Apakah aku terpengaruh dengan nilai pesonaku sendiri? Kupikir itu hanya berdampak pada orang lain saja."

[Pandai sekali mengalihkan topik.]

Maehwa asyik mengacak-acak rambutnya jadi kusut, membelah poninya.

[Eh, woi! Kamu dengar aku nggak?! Aku—]

"Bagaimana? Apa sudah cukup 100%?"

[Huh! Kalau kamu mau menggodaku, itu sia-sia saja. Aku tidak tertarik. Sudahlah, cepat pergi saja ke aula. Semua orang sudah berkumpul. Kamu membuang waktu.]

"Apa salahnya memujiku tampan. Kayak... Ah! Anakku memang tampan! Aku mencintaimu, Han Maehwa!" pekiknya lebay (dibuat-buat).

[Pergi sekarang atau kusetrum jantungmu!]

Maehwa keluar sambil mengomel. "Dasar pemarah! Ubanan dan keriputan baru tahu."

[Lalu, turunkan ponimu itu. Kamu bisa membuat kameramen wanita salah fokus.]

"Hah? Kenapa? Apa hubungannya?"

[Turunkan atau kusetrum jantungmu!]

"AKU PAHAM! AKU PAHAM!" Maehwa menggeruru, melangkah dengan langkah sebal. "Ini dilarang, itu dilarang. Dikit-dikit diancam, dikit-dikit dimarahi. Oh hidup."

Danyi menatap Maehwa yang menyusuri lorong sambil sumpah-menyumpah.

"Itulah mengapa aku malas memujimu. Kamu bodoh dan tidak peka."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro