Chp 145. Menang Demi Penanak Nasi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Di induk gedung, Je Wool sedang memperhatikan lapangan dengan tatapan yang sukar diterjemahkan. Arah pandangannya tertuju pada Maehwa yang digebuk (pukulan kasih sayang) teman-temannya yang gemas sekaligus jengkel.

Je Wool mengambil salah satu dokumen trainee di atas meja. Itu adalah profilnya Maehwa.

"Aku tidak mengerti, mengapa Nyonya CEO begitu tertarik dengan anak ini. Padahal tidak ada yang bagus dari latar belakangnya."

Apa pun alasannya, Je Wool harus menelan kebingungannya karena dia tidak punya wewenang menentang CEO Scarlett. Kali saja beliau pecandu game seperti Je Wool dan Maehwa yang suka game tampak menarik di matanya.

Seseorang masuk ke kantor Je Wool tanpa mengetuk pintu. Siapa lagi orang TIDAK SOPAN terhadap direktur pemrograman acara Star Peak selain Caterina Lee? Wanita itu menyelonong masuk sambil meniup permen karet.

"Hei, Nona Sekretaris tadi menelepon."

"Apa yang dia katakan?"

"Kau tahu persis jawabannya," sahut Caterina bersedekap, membuat balon di bibirnya.

Je Wool menghela napas, mengambil ponsel.

Di lapangan, Yihyun yang tengah mengobrol dengan beberapa staf untuk persiapan ronde kedua, tersentak merasakan getaran di sakunya. Dia menoleh ke gedung tinggi sebelah asrama.

"Apalagi maumu sekarang, Direktur?"

***

Waktu istirahat selesai. Seluruh trainee kembali dalam barisan, bersiap untuk pertandingan selanjutnya. Beberapa saling menghidupkan hawa rivalitas, beberapa lagi hanya pasrah.

Apa yang dilakukan tokoh utama kita?

Anak malang itu sibuk menulis kode cheat di tanah menggunakan ranting. Kepalanya benjol, beranak-pinak membuat gunung.

"Lihat saja! Aku akan membalas mereka semua! Mentang-mentang aku lemah, tidak melawan, mereka membullyku. Aku akan mengeluarkan semua cheat yang kuhapal. Ahahaha!"

"Maehwa! Balas dendamnya nanti saja! Lombanya akan segera dilanjutkan!" seru Jun-oh.

Pemilik nama bersungut-sungut, berdiri di sebelah Haedal yang cengar-cengir. Kalau saja tidak ada Yihyun, Ise, kameramen, dan kru produksi, Maehwa pasti sudah menghajarnya. Sepertinya Haedal menikmati pembullyan dirinya.

[Lagian kamu juga salah. Mereka khawatir padamu yang pingsan karena heatstroke, tapi kamu langsung bangun hanya karena konsol game. Aku tahu tubuhmu itu dari dunia game, tapi bisa tidak jangan terlalu berlebihan?]

"Heat... apa tadi namanya? Headshot?"

Sudahlah. Danyi malas menjelaskan.

Yihyun mengangkat tangan, tersenyum lebar. "Apa kalian siap dengan kompetensi berikutnya?"

"Iya!" jawab mereka serempak.

"Ada perubahan dalam kompetensi kedua. Pada ronde ini, kalian akan diuji apakah kalian memiliki hal yang diperlukan untuk menjadi idola. Salah satunya kekuatan fisik! Seorang idola harus punya tubuh yang sehat. Seringkali mereka diet ketat dan olahraga kecil-kecil di rumahnya."

Maehwa seketika letoy. Sekarang adu fisik?

"Tidak hanya itu, kami akan memberi hadiah pada para pemenang. Kalian bisa memilih hadiah yang telah kami sediakan."

Semua trainee memicing menatap layar yang menampilkan beberapa alat elektronik, berseru-seru akan menang untuk mendapatkan hadiah. Maehwa? Dia tidak peduli. Kecuali hadiahnya komputer beserta perangkat—

Tunggu, apa itu? Maehwa ikut memicing.

Ada hadiah penanak nasi?!

Selama ini Maehwa selalu makan di luar, beli makanan instan di swalayan atau lewat delivery food. Tidak pernah makan masakan rumah karena dia tidak bisa memasak. Bukan tidak bisa, namun belum bisa. Kalau dia belajar, dia pasti bisa memasak satu dua jenis makanan.

Dan penanak nasi akan sangat dibutuhkan! Sudah cukup Maehwa membeli makanan yang hanya dipanaskan. Kurang bergizi. Dia harus memakan makanan yang sebenarnya.

"Kenapa punggungku terasa panas?" Eugeum menoleh, tersentak ngeri melihat Maehwa diselimuti kobaran api semangat. "A-ada apa dengannya? Apa dia baik-baik saja?"

"Ini waktunya kompetensi fisik dan ketangkasan! Kalian lihat lingkaran berdiameter 70 meter di lapangan? Kalian akan bertarung di dalamnya. Yang berhasil mendorong lawannya ke luar lingkaran, maka dia pemenangnya. Tapi trainee, yang membuat permainan ini menyenangkan adalah kalian juga bisa menang jika lebih dulu berhasil menyobek papan nama lawanmu."

Setiap tim segera mengirim anggotanya.

Maehwa meremas rambut. Arghh! Bagaimana ini?! Bagaimana cara dia menang?? Bagaimana cara dia mendapatkan penanak nasi yang sudah memasang wajah 'Papa, tolong menangkan aku'?!

Selama lima belas menit, Maehwa menyaksikan pertarungan sejati seorang pria. Saling piting, saling kunci-mengunci, saling mengeluarkan kekuatan. Maehwa insecure dengan mereka punya otot bisep yang menjanjikan.

Seharusnya saat kustomisasi karakter, Im Rae memberi buff 'kekuatan fisik' pada karakter Han Maehwa. Tapi dia malah menambahkan semua buff ke visual, visual, dan visual.

Maehwa menoleh ke layar sistem. "Danyi?"

[Tidak ada bantuan. Berusahalah sendiri.]

Maehwa baru mau bilang pelit, tapi dia tersentak kaget karena suara heboh trainee dan Yihyun sebagai komentator dadakan.

"Terjadi pertarungan sengit antara Moon Jun-oh dan Kim Haedal! Mereka sama-sama bertahan!"

Apa?! Dua monster itu bertarung?!

Sulit memperkirakan siapa yang akan menang. Lihatlah, Jun-oh dan Haedal tidak bergerak sedikitpun. Bertahan di posisi berdirinya tapi kedua tangan saling mendorong satu sama lain.

"Menyerah dong, Jun-oh. Tidak ada barang yang kau inginkan, bukan? Aku butuh alat pendingin itu. Kau mah enak punya rumah sendiri."

"Sayang sekali, tapi aku juga butuh pemanggang barbeque. Kau saja yang menyerah."

"Moon Jun-ah adik terimut sedunia," seringainya.

KOK?! Jun-oh terbelalak. Bagaimana Haedal tahu kata sandi ponselnya?? Kapan dia melihatnya? Mungkin Haedal punya banyak mata-mata karena dia sama seperti Jun-oh: mudah bergaul, yang berkeliaran di sekitar Jun-oh.

"Akan kusebarkan kalau kau mantan siscon."

"Kau ini agak brengsek juga ya."

Tidak ada pilihan. Jun-oh sengaja melemahkan tubuhnya agar Haedal mendorongnya dengan mudar ke luar lingkaran. Bagaimanapun dia harus menjaga reputasinya di depan teman-teman.

Jinyoung menyikut Jun-oh. "Kak Haedal sekuat itu? Sampai bisa mengalahkanmu?"

"Ahahaha! Aku terlalu meremehkannya! Dia kuat banget!" jawab Jun-oh cengengesan, melirik tajam Haedal yang dipuji oleh anggota timnya. Kalau saja Haedal tidak bermain licik, pasti dia yang menang. Ini semua demi melindungi image.

"Selanjutnya Han Maehwa melawan Do Jinyoung!"

Telinga Maehwa tegak mendengar namanya disebut Yihyun. Jinyoung juga sama terkejutnya. Mereka saling tatap dari jauh.

Ini tidak salah nih? Kenapa Maehwa dipasangkan sama Jinyoung sih buset?! Anak itu atletis, jago boxing, semua karakteristik protagonis dalam cerita aksi ada padanya. Dan Maehwa yang hanya (mantan) gamer harus melawan orang dengan segudang buff tidak masuk akal itu.

Yang benar saja! Mana mungkin bisa menang!

Maehwa menoleh ke alat penanak nasi di meja. Benda itu menunjukkan ekspresi sedih seolah ingin bilang 'Aku hanya mau Papa Maehwa yang memenangkanku! Bawa aku pulang, Pa :('

"Tenang saja, Kak Mae!" Maehwa menatap Jinyoung yang berkedip. "Aku takkan kasar ke penyelamatku kok. Ada barang yang Kak Mae inginkan? Aku akan mengalah—"

"Tidak, tidak usah. Aku tidak suka kemenangan seperti itu." Harga dirinya sebagai progamer akan tersentil. Menang karena dikasihani? Emoh!

Maehwa harus menang, demi anaknya: penanak nasi. Kapan lagi dia punya nasi sendiri di rumah. Tidak bosan apa membeli makanan luar?

Tapi bagaimana cara mengalahkan Jinyoung? Adu kekuatan adalah bidangnya Jinyoung. Peluang menang... nol persen. Cara lain, cara lain.

Kalau tidak salah, kita bisa menang tanpa harus mendorong lawan ke luar lingkaran, kan? Yaitu dengan cara merobek nama di punggung lawan.

"Game dimulai!"

Jinyoung refleks memasang kuda-kuda. "Kak Maehwa ingin permainan sportif, kan? Maka aku takkan menahan diri... Huh?"

Maehwa bukannya melangkah maju, malah berbalik ke belakang menuju garis keluar.

"Lho, Kak Mae? Apa yang kakak lakukan?"

"Aku takkan bisa menang melawanmu, Jinyoung. Kau itu lebih kuat dariku. Sekali senggol saja aku pasti jatuh. Mending aku menyerah dengan kesadaran penuh," sahut Maehwa cuek, melambaikan tangan, meneruskan langkah.

Jinyoung menahan lengan Maehwa. "Mana mau aku menang seperti itu! Bukankah Kak Mae sendiri yang menginginkan permainan spo—"

Maehwa menyeringai, berbalik menarik tangan Jinyoung untuk mendorongnya ke luar lingkaran. Anehnya Jinyoung hanya tergerak dua langkah, tersenyum miring. "Kakak pikir aku sebodoh itu? Aku tahu Kak Mae berakting memperdayaku—"

"Kau pikir aku tidak memprediksikan itu?"

SREK! Tangan kiri Maehwa bergerak cepat merobek papan nama di punggung Jinyoung.

"Sejak awal inilah yang kuincar."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro