Chp 146. Kali Ini Menang Demi Genre

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maehwa mengabaikan tatapan cemooh para trainee yang hendak bilang dia telah bermain curang. Ini kompetensi fisik, bukan kecerdasan. Peduli amat. Malah cerdik dong dia bisa menang tanpa harus memakai stamina. Anak itu sudah asyik menciumi penanak nasinya.

Yosh, sudah diputuskan. Maehwa akan belajar memasak. Setidaknya masakan dasar saja, yang gampang untuk dikuasai.

Di sisi lain, Jinyoung tengah dihibur oleh Kangsan dan Jun-oh. Lagi-lagi dia dikalahkan Maehwa. Dia tidak pernah menang sekalipun padahal ronde ini adalah bidangnya. Siapa sangka Maehwa akan mengalahkannya seperti itu.

"Sudahlah. Jangan pundung terus. Kau tahu sendiri urusan game Kak Maehwa tiada dua."

"Dia sudah setingkat dengan orang itu tidak sih? Aku yakin kalau mereka berduel, pasti hasilnya seri atau tidak ada pemenang."

"Siapa yang kalian maksud?" tanya Do-Woo.

Kangsan mengelus dagu. Pose mengingat-ingat. "Yang bisa mengimbangi Kak Maehwa soal game mungkin hanya si progamer itu. Siapa nama aslinya? Im Rae? Iya, benar! Itu namanya."

DEG! Maehwa berhenti memeluk penanak nasi yang dia menangkan, mematung mendengar obrolan Jinyoung dan Kangsan. Dia menoleh, menahan napas. Setengah kaget, setengah tak percaya mereka akan menyebut nama itu.

Namanya di tubuh sebelumnya.

"Apa yang kalian bahas?" celetuk Jun-oh kepo. "Im Rae? Siapa? Trainee yang sudah gugur?"

Jinyoung menggeleng. Ekspresinya cerah. "Ada seorang gamer streamer yang sangat hebat seperti Kak Maehwa bernama Im Rae. Sejak dulu aku selalu mengikuti kontennya. Akunku jadi terurus hasil dari video pemandu paman itu."

"Aku pun sama," timpal Kangsan. "Dari masa sekolah lho kami mengikutinya. Tapi entah kenapa dia tidak ngonten lagi. Sepertinya dia sudah pensiun dari dunia game."

Rasanya Maehwa ingin tertawa puas. Mau sehebat apa orang-orang brengsek itu mencoba melenyapkan eksistensi Im Rae, tetap saja terlalu banyak yang mengenal dirinya. Mereka tidak bisa menghapus ingatan seseorang.

Mendengar kenalannya mengenali dirinya yang lalu membuat Maehwa jadi semangat. Bukan hanya Jinyoung, namun juga Kangsan! Duo monster yang lumayan menyukai game dengan persentase debut di atas sembilan puluh.

Kalau Maehwa hasut mereka dan menyebarkan rumor bahwa Im Rae hilang bukan karena pensiun tapi ada 'sesuatu', mereka pasti akan tertarik mencari tahu. Ini rencana bagus!

Kyo Rim menatap Maehwa bingung.

Jinyoung dan Kangsan membahas serta memuji orang lain yang bukan dari acara Star Peak, tapi kenapa malah dia yang terlihat bangga?

Istirahat kedua pun selesai.

***

"Akhirnya kita tiba di ronde terakhir, trainee! Perlu disimak, permainan ketiga ini sangat penting untuk perkembangan tim kalian. Jadi sebaiknya kalian bermain dengan serius."

Wajah-wajah tampan di lapangan hanya menunjukkan mimik bingung. Apa maksudnya?

Maehwa duduk gelisah di tempatnya. Firasat buruk terus memberinya tanda.

Kalau Yihyun berbicara sepotong-sepotong begitu, biasanya sih gamenya susah, rulesnya yang rumit, atau ada hukumannya. Atau jangan-jangan lebih buruk dari tiga opsi itu.

"Pemenang pada ronde terakhir dapat memilih genre lagu yang dia inginkan!" sambungnya.

Suasana ricuh kesekian kalinya.

Dapat memilih genre lagu tanpa ditentukan? Itu keuntungan yang membantu sekali—apalagi di Misi Produksi ini. Semua trainee seketika berambisi untuk menang. Tak terkecuali timnya Maehwa, termasuk Maehwa sendiri.

Otak, mari berpikir.

Genre-genre lagu belum diungkapkan. Bisa gawat kalau Maehwa dapat genre yang belum pernah dia ketahui. Buru-buru membuat lagu, dia mesti mempelajari genrenya dulu. Dan itu pasti akan membuang banyak waktu. Kalau poinnya juga tidak naik di evaluasi ini, dia harus mengucapkan selamat tinggal pada dunia fana.

Maehwa mengepalkan tangan.

Menang... mari menang! Kali ini demi genre! Jika dia menang, dia bebas memilih genre apa saja. Kalau ada genre gampang, tinggal pilih itu.

"Baiklah, peserta didik! Ronde ketiga kita akan bermain permainan populer yaitu Dart Board! Tapi trainee, kita akan memainkan dart dengan mode yang ekstrim. Di papannya, kami sudah memasang lima buah balon. Bagi pemain yang bisa meletuskan kelima balon itu dalam tiga kali lemparan, maka dia lah pemenangnya."

Apa! Itu curang! Bagaimana cara mereka menghancurkan balon-balon itu hanya dengan tiga kali bidik? Mustahil, mustahil! Mereka itu trainee idol, bukan atlet dart yang profesional. Ditambah jaraknya empat meter. Melebihi jarak standar permainan dart pada umumnya.

"Eii, jangan langsung patah semangat dong, trainee. Kalian akan diberi lima buah panah, bukan tiga panah. Maka dari itu kalian akan sangat membutuhkan ketepatan di sini. Nah sekarang, silakan kirim pemain terbaikmu!"

Haedal menarik Maehwa yang melamun ke tim mereka. "Apa yang harus kita lakukan?"

"Hadiahnya menggiurkan tapi tantangannya juga tidak bisa dianggap enteng," desah Do-Woo jengkel. "Aku tidak pernah main dart."

Lantern menggeleng. "Aku juga tidak. Malah aku takut sama benda tajam."

Haedal melirik Kyo Rim. Dia refleks menggeleng. "Jangan aku deh. Aku payah membidik. Yang ada nanti kena kepala orang."

"Aku juga tidak pernah..."

Mereka menoleh ke Maehwa yang diam. Satu-satunya harapan adalah Maehwa. Dia seorang gamer, kan? Pasti pernah bermain dart walau sekali saat mampir ke arkade. Biasanya dart sering ditemukan di casino atau arkade.

Maehwa mengembuskan napas berat, juga menggeleng. "Maaf, aku tidak pernah bermain panah atau dart sebelumnya."

Tamat sudah riwayat tim empat.

Pada akhirnya, ambisi pun tidak cukup untuk menang. Mereka membutuhkan keterampilan, mata tajam, akurasi tinggi, dan keberuntungan. Kebanyakan trainee meleset. Ada yang berhasil meletuskan balon, namun hanya dua buah. Sisa lemparannya lebih dulu habis.

Dan ketika tiba giliran tim tiga... semua orang termasuk kru produksi dibuat melongo melihat Eugeum berhasil memecahkan kelima balon hanya dalam dua kali lempar.

"Sial! Aku tidak tahu Eugeum sejago itu," desis Kyo Rim melihat Eugeum saling tos dengan anggota timnya. "Apa dia pernah ikut klub memanah di sekolahnya dulu? Dan, astaga, pecah lima dalam dua kali bidik? Jitu sekali!"

"Kalau begini ceritanya, sudah pasti Eugeum pemenangnya. Ini bukan keberuntungan kita."

Ya, karena memang hanya Eugeum yang berhasil melakukannya. Maka tak pelak lagi tim tiga lah yang menang. Mereka mendapat tiket pemilihan genre. Tiket jaminan kemenangan.

Tatapan iri, kecewa pada diri sendiri, silih berganti mengisi atmosfer lapangan.

"Selanjutnya tim empat!"

"Siapa yang akan bermain?" tanya Haedal.

Kyo Rim mengedikkan bahu. Toh Eugeum sudah menang. Mereka hanya jadi bahan tambahan.

"Biar aku coba."

Haedal mengernyit, tak menyangka Maehwa akan mengajukan diri. "Bukannya kau bilang kau tidak pernah memanah atau main dart?"

"Iya. Tapi tidak ada salahnya mencoba, kan?"

Demi melihat Maehwa mewakili tim empat, perasaan waswas menghampiri Eugeum. Anak itu memang harus diperhatikan karena dia tidak pernah mau mengalah kalau sudah berurusan dengan game. Contohnya ronde kedua tadi. Fisik tidak memadai, dia mengandalkan otak.

Yihyun tersenyum. "Pemenang ronde ini sudah didapatkan. Sisanya hanya pemanis."

Ise melotot, menepuk bahu rekannya itu. "Itu kiasan yang kasar. Kita tidak boleh menyebut seseorang sebagai pemanis acara."

"Oke, oke, maaf. Aku keceplosan."

Jun-oh memicing. "Apa yang Maehwa lakukan?"

"Tunggu, kenapa dia langsung memegang kelima panahnya??" Jinyoung dan Kangsan penasaran sekali. Padahal timnya sudah bermain, tapi malah heboh dengan tim musuh.

Benar. Maehwa meletakkan kelima panah dartnya kelima jarinya pula, menatap lurus ke arah papan target di depannya.

Jarak sasaran 4,15 meter. Kecepatan angin 0,06. Arah angin 30,5 derajat. Kelembapan udara 43.8%. Diameter masing-masing balon adalah 10 milimeter. Kekuatan genggaman 25 kg, apakah itu cukup? Maehwa menggeleng. Terlalu kuat. Turunkan sedikit lagi. 18 kg.

Oke. Kalkulasi selesai. Maehwa pun melempar kelima panah dartnya menuju papan.

Dor! Dor! Dor! Dor! Dor!

Mulut demi mulut ternganga. Kelima balonnya pecah... dalam sekali lempar.

Eugeum mendesah jengkel, geleng-geleng kepala. Baru saja dia merasa di atas angin, dia langsung dijatuhkan ke daratan realita.

Mereka menatap Maehwa yang tersenyum miring. Siapa orang ini sebenarnya?!

Aku memang tidak pernah memanah atau main dart sebelumnya, tapi soal akurasi bidikan, aku tak pernah gagal dalam tembakan headshot.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro