Chp 158. Jadi Ini Sungguh Ulahmu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

A/N: Oke. Ini waktunya fast update.

Yang menyambut Maehwa adalah administrator wanita yang mesem-mesem malu sambil menatapnya, menyelipkan rambut ke telinga. Dia menata rambutnya, bercermin untuk memastikan dandanannya masih sempurna.

Dia pikir keberuntungan dalam hidupnya berakhir dengan bertemu Haedal, biasnya. Sekarang dia juga bertemu Maehwa yang merupakan bias keduanya! Sepertinya di kehidupan sebelumnya dia jemaat yang taat.

"Apa? Mereka sudah pergi?"

"Benar. Sekitar sepuluh menit lalu..."

Wanita itu melirik Maehwa yang mengelus dagu, tampak hanyut dalam pikirannya. Menekan dada. Melihat para idolanya secara langsung ketimbang di layar jauh lebih tampan. Sudah diputuskan, di ronde berikutnya dia akan datang ke studio. Dia akan meminta cuti!

Selagi dia mencuri pandang ke wajah Maehwa, pria itu justru bergelut dalam benaknya.

Aneh. Kenapa timingnya tepat sekali setelah Maehwa mengirim pesan ke Dowoo? Masa sih mereka langsung pergi saat Maehwa bilang akan segera datang. Seolah seseorang di antara rekan timnya ingin menghindarinya.

"Anu, Nona, apakah anda melihat Haedal di dalam rombongan itu?"

Dia berpikir sejenak, kemudian menggeleng. "Kyo Rim berkata Haedal sudah pergi dulu. Oh iya, Kyo Rim menitipkan pesan kepada saya untuk anda. Segera pergi ke asrama karena misi sudah selesai. Saya penasaran dengan evaluasi berikutnya. Anda harus semangat."

Maehwa tersenyum tanggung, keluar dari hostel itu dengan berbagai pertanyaan.

Teman-temannya sudah kembali ke asrama tanpa dirinya. Maehwa tahu dia menghabiskan waktu sehari memprioritaskan urusan pribadi. Dia akui itu salahnya. Tapi mereka tidak bisa memperlakukan Maehwa secara tidak adil begini. Apa salahnya memberitahunya?

Jelas-jelas Haedal lah leader dalam tim ini, kenapa Kyo Rim bertingkah pemimpin? Mengingat tier komunikasi S+ lebih, Dowoo dan Lantern sangat mudah dimanipulasi, mengikuti intruksinya tanpa banyak tanya.

Benar nih, ada yang disembunyikan oleh bocah itu. Pengamatan GM tidak salah.

Maehwa hendak memanggil taksi, namun Danyi mencegahnya. "Apa yang kau lakukan? Kau kira Pulau Jeju ke Seoul jaraknya dekat? Pikirkan argometernya. Kau itu gembel. Apa kau mampu membayar ongkosnya? Bagaimana jika sebagai ganti ongkos, dia meminta macam-macam?"

Brengsek, nyelekit banget kata-katanya. Maehwa melirik Danyi tajam. Ingin marah, tapi dia cuma mengatakan fakta. Maehwa takkan semiskin ini kalau dia punya akses rekening tabungan Im Rae. Dia beruang banyak! Jutaan won! Beli satu apartemen pun dia sanggup!

Ya sudahlah. Maehwa naik kereta saja.

*

Maehwa tiba di asrama Scarlett pukul sebelas siang. Ternyata bukan hanya timnya yang memotong waktu liburan "cari referensi". Di sana sudah ada tim Eugeum dan tim Ha-yoon. Mereka tersenyum menyapa Maehwa sebelum lanjut merancang koreografi.

Baiklah, di mana teman-temannya? Maehwa tolah-toleh ke sekeliling. Apa di kamar? Atau di ruang latihan? Dari tadi pesannya tidak dibaca oleh seorangpun di grup.

Maehwa memutuskan untuk mengecek di pusat pelatihan dulu. Tidak sebelum dia melihat batang hidung kameramen pribadi tim empat yang celingak-celinguk mencurigakan. Pria itu membuang sesuatu ke tong sampah dengan gerakan halus. Lalu pergi begitu saja.

Huh? Apa yang dia buang? Sus sekali!

Baru saja Maehwa hendak menyusulnya, seseorang menepuk bahunya. "Maeh! Ternyata kau di sini. Aku sudah mencarimu dari tadi."

Maehwa menoleh, mendesah lega. "Haedal."

Eh, sebentar. Ada yang ganjil dari kalimatnya barusan Bukankah harusnya 'kau sudah sampai'? Kenapa dia memakai kata 'ternyata'? Seakan-akan menunjukkan Maehwa sudah datang ke asrama dari tadi dan berkeliaran.

"Kau mencariku? Untuk apa?"

Haedal mengangguk lalu mengernyit. "Untuk apa? Tentu saja untuk berdiskusi. Kata Kyo Rim kau sudah balik ke asrama lebih awal."

Apa? Padahal yang dikatakan wanita administrator lain lagi... Ah, begitu rupanya. Maehwa menyeringai. Kyo Rim, dasar sialan. Dia jago memanipulasi orang rupanya.

Ini di luar dugaan. Maehwa berpikir Kyo Rim bukan karakter troll. Ternyata dia lebih ahli mengendalikan seseorang daripada Hangang. Bisa-bisanya dia mempermainkan rekannya, termasuk Haedal yang jauh lebih tua darinya.

Baik. Akan kuturuti permainanmu.

Maehwa bersedekap. "Jika kau bilang diskusi, itu berarti kau sudah mendengarkan lagunya?"

"Yeah. Aku berencana mau memberitahumu, tapi ponselku hilang. Tidak ketemu. Karena lagunya sudah diselesaikan Kyo Rim, aku ingin kau membantuku membuat koreografi."

"Lho, kok aku? Bukankah seharusnya Lantern? Kita kan sudah membagi peran."

Haedal menggaruk kepala. "Aku berkonsultasi dengan Jun-oh. Kudengar di evaluasi posisi kau membantunya membuat koreografi. Itu artinya kau cukup pandai dalam seni tari."

Yah, mumpung tier dance Maehwa sudah mencapai level SSS+, tak apalah dia membantu sedikit. Hitung-hitung konstribusi tim. Dia merasa tidak enak karena tidak ada seharian kemarin bersama mereka.

Maehwa menggangguk. "Tidak masalah. Tapi omong-omong, yang lain dimana?"

"Dowoo dan Lantern ikut bersama Kyo Rim untuk menyempurnakan lagu tim kita sebelum diberikan ke mentor. Karena hanya Kyo Rim yang memiliki file musiknya, kita mesti menunggu mereka kembali baru lah membuat koreo. Lagunya enak lho, Maeh. Aku yakin kau candu dengan bagian chorusnya."

Katakan itu setelah aku mendengarnya.

"Omong-omong, Haedal, ponselmu kayak gimana? Maksudku, kau memakai casing apa?"

"Spongebob," jawabnya ringan tanpa beban.

Maehwa terdiam syok. Haedal cengengesan. Serius? Ada yang salah dengan selera pria ini. Bocah banget. Bagusan Tom & Jerry lah.

"Kenapa bertanya?"

"Selagi menunggu mereka, aku ingin melakukan sesuatu. Aku akan segera kembali."

.

.

Sial. Karena dia teralihkan bercakap-cakap dengan Haedal, Maehwa lupa ingin memeriksa benda yang dibuang pria tadi. Lihatlah, saat dia lengah, petugas kebersihan telah memindahkan kantongnya ke bank sampah.

Maehwa menatap linglung kantong-kantong sampah di depannya, meremas rambut. Semua bentuknya sama persis! Mana Maehwa tahu yang mana kantong berisikan "benda itu". Petugasnya juga seorang orang tua. Maehwa ragu bertanya padanya. Dia takkan ingat.

Maehwa menyingsingkan lengan baju. Tidak ada pilihan selain mencarinya secara manual. Dia harus minta maaf ke Jun-oh karena membuat baju pinjamannya kotor oleh sampah.

Butuh satu jam Maehwa menyisir bank sampah untuk menemukan kantong yang dia incar. Seluruh tubuhnya cemong oleh sampah. Begitu dia mendapatkannya, Maehwa mengangkat tinggi-tinggi ponsel bercasing spongebob itu.

"Akhirnya penderitaanku selesai! Sudah kuduga, dialah yang mengambil ponsel Haedal! Rupanya aku punya bakat jadi detektif."

Seorang pelajar lewat di trotoar, menatap Maehwa jijik. Tapi saat melihat wajahnya yang aduhag, mereka seketika tersenyum berseri.

"Bagaimana mungkin pengemis setampan itu?"

Peduli amat. Yang penting pencariannya membuahkan hasil. Tanpa berpikir dua kali, Maehwa segera meluncur mencari kameramen tadi tak peduli tubuhnya bau sampah dan kulit pisang menempel di kepalanya.

Tidak sulit menemukannya karena Maehwa hapal wajahnya. Pria itu terkejut melihat Maehwa mendatanginya dengan penampilan yang lusuh. Kameramen lainnya yang ada di sana segera menyingkir, mendesis iri. Padahal dia bergelimang sampah, tapi kenapa hal itu justru semakin membuatnya tampan?!

"A-apa kau punya urusan denganku?"

"Benar." Tubuhnya membeku begitu Maehwa memamerkan ponsel Haedal. "Kenapa kau mencuri dan membuang benda ini, huh?"

Ketahuan sudah. Maehwa segera menahan lengan pria itu saat dia berpikir untuk kabur, mendorongnya ke dinding. "Aku menghabiskan satu jam di tumpukan sampah untuk menemukannya bukan demi melihatmu kabur."

"A-aku tidak tahu apa-apa."

"Jawab saja pertanyaanku. Siapa yang menyuruhmu mengambil ponsel Haedal."

Dia menggigit bibir. Sial, sudah tidak ada jalan untuk mengelak dari interogasi. Lebih baik dia berkhianat daripada jatuh di sini. Dia tidak boleh sampai kehilangan pekerjaannya.

"Kyo Rim! Dia yang memerintahku!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro