Chp 160. Kau Ingin Aku Mengatakan Itu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sekarang katakan, alasanmu mempermainkan semua orang. Kau tidak kehilangan fungsi mulutmu secara tiba-tiba untuk menghindari pertanyaanku, kan?"

"Kau takkan mengerti."

Yang mana bisa Maehwa mengerti jika Kyo Rim memilih tutup mulut. Dia membiarkan Dowoo dan Lantern kebingungan dari tadi. Mereka tidak menyangka akan ada perpecahan internal di tim.

Maehwa mendesah pendek. Baik, jika Kyo Rim tidak mau membuka mulut, maka tidak ada pilihan selain mencari tahunya secara mandiri. Dia menatap flashdisk yang hendak Kyo Rim serahkan ke mentor. Jawabannya pasti ada di dalam benda itu. Lagu buatan Kyo Rim akan menjelaskan sikapnya.

Sebenarnya apa yang begitu membuatnya paranoid hingga melarang Maehwa mendengarkan lagunya? Menurut Haedal, Dowoo, dan Lantern lagunya bagus. Seharusnya Kyo Rim percaya diri dengan mahakaryanya bukan bertingkah mencurigakan.

Atau ada sesuatu di balik pembuatan lagu itu? Maehwa teringat tempo lalu Kyo Rim menelepon seseorang saat mereka berpapasan di asrama.

Tidak mungkin, kan? Maehwa menelan ludah. Kyo Rim meminta bantuan luar untuk membuat lagu? Dia jelas mendengar aturan di Misi Produksi ini. Sekali ketahuan, dia akan langsung didiskualifikasi. Maehwa ragu Kyo Rim nekat melakukannya.

"Apa Kak Kyo Rim dan Kak Maeh bertengkar?" bisik Dowoo menunjuk situasi dua orang yang bersangkutan. Atmosfernya tidak baik.

Haedal ber-sst pelan. Dia tidak mau mengganggu Maehwa yang sedang serius mendengarkan lagu tim. Kyo Rim tampak panik. Tapi kedoknya sudah ketahuan. Dia tidak bisa mengendalikan situasi ini.

"Bukankah ini bagus?"

Kyo Rim tersentak, menatap Maehwa yang selesai mendengarkannya. Dia punya firasat tidak baik jika membiarkan Maehwa mendengarnya, tapi sepertinya itu hanya kekhawatirannya saja?

"Eh, sungguh?" Haedal mengerjap bingung. Jika itu bagus, Kyo Rim tidak perlu repot-repot melakukan trik manipulasi untuk menipu Dowoo dan Lantern. Seharusnya dia bicara terang-terangan.

"M-menurutmu itu bagus? Syukurlah."

Tak terbilang wajah lega Kyo Rim seolah dia sukses meloloskan diri dari kejaran harimau. Ini semua keliru. Seharusnya dia sedikit lebih percaya pada Maehwa, bukan malah meragukannya.

"Kau ingin aku mengatakan itu, kan?"

Dahi Kyo Rim terlipat. Baru saja dia merasa lega berhasil membuat Maehwa menyukai lagu buatannya, sekarang wajahnya menjadi pucat karena perubahan tatapan mata Maehwa kepadanya.

"Sepertinya aku sudah paham mengapa kau tidak ingin aku mendengar lagu ini karena kau takut ketahuan telah menjiplak lagu soundtrack dari sebuah game lawas yang telah lama tutup."

Tubuh Kyo Rim sempurna membeku. Dowoo dan Lantern menatapnya tak percaya. "J-jiplak? I-itu berarti Kak Kyo Rim meniru lagu orang lain??"

Ya, inilah alasannya. Kyo Rim tahu persis Maehwa mengetahui nama game yang tak sengaja dia temukan karena Maehwa itu pecinta game. Makanya dia sengaja mengasingkan Maehwa untuk menghindari kejadian ini. Tapi semua usahanya sia-sia.

Game itu sudah tutup sejak tahun 2013, saat usia Im Rae masih belasan tahun. Sebelum menjadi progamer, dia memang sudah menyukai game dan mencoba seluruh game RPG. Jadi bisa dibilang dia sempat memainkan game itu selama beberapa minggu dan sangat menghapal BGM latarnya.

Ini keliru. Apakah Kyo Rim berpikir jika meniru sesuatu yang sudah tenggelam membuatnya baik-baik saja? Itu akan terjadi butterfly effect. Kariernya akan hancur begitu rahasianya terungkap bahkan sebelum dia memulainya.

Meski sudah tutup, game itu pernah menjadi yang terbaik di pasar game. Banyak pemainnya yang boleh jadi tidak mengingatnya lagi karena sudah beranjak dewasa. Tapi Maehwa takkan pernah melupakan setiap game yang dia mainkan. Karena setiap dia menamatkan setiap game, dia selalu mendapatkan pengalaman baru dan sebuah hikmah.

"Aku tidak punya pilihan. Aku sangat ingin debut. Kontrakku dengan agensiku akan berakhir tahun ini. Jika aku gagal di acara ini—"

"Jangan jadikan masalahmu sebagai alasan. Kau hanya mencari pembenaran diri. Ini bukan hanya tentang dirimu. Kalau mentor tahu kau melakukan plagiat, bahkan kau tidak inisiatif mengubahnya dan mengikuti semua perkembangan yang ada, kami juga ikut hancur. Kau membawa kami jatuh bersama."

Plagiator. Hanya karena dirinya terkenal, dia bebas menjiplak apa saja karena dia punya bekingan kuat yakninya sang penggemar. Ironisnya, yang kena plagiat hanya bisa pasrah. Tidak ada yang mengenalnya, segelintir orang yang tahu. Lalu nantinya justru dia yang kena tuduh plagiat dan terpaksa menghentikan pekerjaannya.

Dan untuk melawan mereka, kita membutuhkan kelompok yang lebih banyak dibandingkan fansnya untuk memaksanya mengakui kesalahannya.

Maehwa mengusap wajah. Ini mengecewakan. Dia takkan mau menerima apalagi menyanyikan lagu copy paste tersebut. Sepertinya masalah mendesak Kyo Rim untuk melakukan tindakan plagiarisme.

"Kau mau ke mana, Maeh?" tanya Haedal karena pria itu melangkah malas menuju lobi asrama.

"Aku ingin menenangkan pikiranku."

***

Haah, ini percuma.

Maehwa pikir jalan-jalan malam bisa memberinya jalan keluar untuk menghadapi kebuntuan ini, tapi otaknya mentok. Pagi telah tiba enggan menunggu orang lamban. Ini hari terakhir sebelum menyerahkan lagunya kepada para mentor.

Bagaimana cara Maehwa mengatasi urusan ini? Tidak mungkin timnya mampu membuat lagu baru dalam sehari. Dan lebih tidak mungkin memaksa memakai lagu Kyo Rim setelah tahu kebenarannya.

Semalam Maehwa mendapatkan hadiah dari Danyi karena berhasil menyelesaikan quest 'ungkap rahasia Kyo Rim' dan sekarang dia dibekali keterampilan dasar teknik produksi, namun itu sia-sia jika tidak ada ide masukan. Dia tidak tahu elemen apa yang harus digabungkan meski sudah memahami cara pemakaian launchpad dan synthesizer. Sedikit.

"Aku tidak punya bakat musik. Yang kupunya hanya niat. Kenapa dulu aku mau jadi idol ya?"

"Hei, kenapa patah semangat gitu?"

Maehwa melirik Danyi yang berjalan santai di sampingnya sambil lihat-lihat toko. Menghela napas panjang. "Mungkin ini sudah waktunya. Aku harus menyiapkan diri untuk berangkat ke alam baka."

Danyi melotot. "Setelah semua ini, masa kau menyerah sih? Ayolah! Im Rae takkan pernah menyerah terhadap puzzle dalam game."

"Tapi ini bukan game. Berhenti menyamakan apa yang kulakukan dulu sama seperti sekarang."

"Walau kau bilang begitu, kau yang pertama menyelesaikan game laknat MYIS. Kau selalu punya solusi di saat-saat kritis. Jangan pesimis."

Di dalam game ada yang namanya save point. Titik atau lokasi yang mempersilakan player menyimpan data permainan. Sedangkan di dunia nyata? Tidak bisa mengulang apa yang telah terjadi.

Maehwa tidak menjawab pertanyaan Danyi, menoleh ke sebuah restoran. Tempat itu sepi, hanya ada sekitar lima pengunjung yang tengah mengangkat gelas berisi wine. Sepertinya mereka sudah menyewa restoran selama beberapa jam.

"Bersulang untuk kerja sama perusahaan kita!"

Heh. Ternyata pertemuan para politikus yang minum-minum toh. Formalitas untuk membangun relasi. Maehwa mendengus geli. Dia tidak pernah tertarik dengan pekerjaan kantoran.

Tringg! Kelima gelas saling beradu. Mereka tertawa sebelum meneguk wine mahal.

Tunggu dulu. Maehwa berhenti melangkah, menatap mereka. Dia bukannya tertarik dengan percakapan orang-orang berdasi itu yang berat untuk dipahami, namun bunyi barusan terngiang-ngiang di kepalanya.

"Ada apa?" Danyi bertanya.

"Sepertinya aku mendapatkan ide."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro