Chp 164. Persiapan Terakhir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah menerima ulasan positif di evaluasi sementara pertama, Tim Pray kembali mendapatkan pujian oleh Gallagher dan Ados di evaluasi sementara kedua. Mereka menyukai koreografi dan formasi yang dibuat oleh Haedal, Kyo Rim, serta Lantern.

Ada yang berbeda dari cara para mentor melihat Maehwa. Yang sebelumnya terkesan merendahkan karena dia hanya trainee independen ingusan, namun bisa bertahan dan menunjukkan perkembangan mengagumkan. Sekarang mereka menatap Maehwa dengan pandangan jauh lebih menghargai.

Tinggal tiga hari lagi sebelum pertunjukan, latihan Tim Pray membaik karena mood anggotanya yang bagus karena mendapat apresiasi dari mentor. Ternyata mood baik bisa menjadi landasan semangat.

Maehwa menatap selendang dari Dahlia.

Sebenarnya tadi Dowoo menyarankan untuk kostum, mereka akan mengenakan baju putih-putih yang melambangkan kesucian. Tapi Maehwa tidak menyukai gagasan itu.

Oke, baiklah. Memang Maehwa yang menyarankan mendominasi panggung dengan warna putih. Jika dia pikir-pikir lagi, center adalah Lantern karena rambut putihnya cocok untuk lagu mereka. Tapi kalau semua orang memakai baju putih yang mirip dengan center, maka center takkan mencolok.

Dan Maehwa ingin sekali memakai kain buatan Dahlia sebagai atribut tambahan.

Ah, tidak bisa begini. Dia buntu. Mungkin jalan-jalan di sore hari yang teduh bisa memberinya ide. Biasa, ide selalu muncul di saat Maehwa terdesak oleh keadaan. Dia harus segera memikirkan jalan tengah soal kostum mengingat Tim Pray menunda hasil diskusi sampai Maehwa mendapat jawaban.

Mau tak mau mereka mesti mengutamakan saran Maehwa karena dia lah yang paling berjasa dalam kemajuan tim walau pria itu sudah berkali-kali menolak. Karena mereka keras kepala, ya sudahlah, Maehwa akan memanfaatkan otoritas yang diberikan.

"Kau pikir kau mau pergi ke mana?" Danyi menjambak rambut Maehwa sebelum melewati gerbang. "Kau terlalu jelas! Pakai sesuatu untuk menutupi wajahmu."

"Lho, kenapa? Aku bukan tahanan."

Danyi menepuk dahi. "Kau lupa siapa dirimu?"

"Lantas apa? Seorang artis tidak boleh sekadar jalan-jalan tanpa penyamaran? Aku tidak peduli ada paparazzi, penguntit, atau apalah. Akan kuhajar kalau macam-macam. Belakangan ini aku olahraga di kamar."

Tapi pada akhirnya Maehwa memakainya juga karena Danyi akan mengadu pada GM jika dia tidak patuh. Haah, begini amat nasib jadi budak sistem. Tidak bisa bebas berpendapat. Memakai masker itu membuatnya gerah, sesak, dan sulit bernapas. Saat Danyi lengah nanti, Maehwa akan melepaskannya.

Lantunan musik anak-anak mengalun ke telinga Maehwa. Dia berhenti pemanasan sebelum lari sore, menoleh ke sebuah truk es krim. Ada beberapa anak kecil berkumpul membeli es krim ditemani orangtuanya.

Ngiler melihat mereka sangat menikmati es krim, Maehwa pun melangkah ke truk itu. Tidak apa lah mengudap sebelum joging. Upah tampil dari evaluasi konsep masih ada. Dia seharusnya berhemat, tapi bodo amat! Yang penting kesenangannya nomor satu.

Setelah menunggu beberapa saat truk itu sudah sepi, Maehwa menurunkan maskernya. "Tolong satu es krim vanila, Tuan."

"Kamu tampan sekali, anak muda. Seperti selebriti. Atau kamu memang seorang artis?" kekehnya mengajak Maehwa mengobrol santai sementara tangannya sibuk bekerja.

Maehwa tersenyum respek. "Bisa dibilang begitu. Tapi saya tidak menganggap diri saya artis melainkan pembeli es krim anda."

"Hahaha! Kamu pandai berbicara ya."

Masalah pun muncul. Saat Maehwa ingin menjilat es krim itu, seseorang menubruk punggungnya membuat cemilannya terjatuh ke tanah. Sang pelaku lanjut berlari menuju salah satu halte bus. Terburu-buru sekali.

"Harus cepat. Wondrous Night oppa akan tampil terakhir. Aku nggak boleh telat!"

"Woy," seru Maehwa bergegas mencegat langkahnya. Dia berhenti. Menoleh tak suka. "Kau menjatuhkan es krimku. Ganti rugi. Aku bahkan belum mencicipinya. Rugi tahu."

"Begitu?" Dia acuh tak acuh menatap es krim yang sudah terkontaminasi oleh debu. Cuek bebek. "Maaf ya. Aku sedang tergesa-gesa."

Maehwa mengulurkan tangan. "Ganti rugi."

Gadis itu tergelak pelan. Dia sangat serius hanya untuk sebuah es krim murahan? Oke! Diambilnya sejumlah uang dari dalam dompet, lalu memberikannya kepada Maehwa. "Sudah, kan? Sekarang saya permisi."

Tadinya dia berpikir pria itu akan merasa tak enak bersikap berlebihan dan mengejarnya untuk mengembalikan uangnya, namun nyatanya pria itu sama sekali bergeming!

Dibuatnya menoleh dengan sebal. Melotot. Pria itu sungguh memakai uangnya untuk membeli es krim baru! Bahkan kembaliannya dia kasih sebagai tip ke penjual.

Dia meradak ke tempat Maehwa yang membuka masker lagi untuk melahap es krim, memegang lengan pria itu. "Apa-apaan kau?! Itu 5000 won asal kau tahu! Kembalikan—"

Maehwa menatapnya datar. "Kan kau sendiri yang memberikannya padaku. Uang itu sudah jadi milikku," jawabnya enteng.

Anjir?! Dia ganteng! Tipeku banget! Tadi aku tidak terlalu mendengarkan karena ketutup masker, tapi suaranya merdu! Dia trainee ya?

Wanita itu justru salfok dengan wajah dan suara Maehwa yang menggetarkan jiwa fangirlingnya yang hanya berdetak untuk Wondrous Night. Wajahnya bersemu merah. Menembak tepat profesi Maehwa.

"A-akan kumaafkan jika kau memberitahu namamu!" ucapnya siap-siap mencari tahu tentang pria itu di ponsel pintar.

"Omong-omong kenapa kau terburu-buru?" Maehwa mengalihkan pembicaraan dengan mulus. Mengingatkan wanita itu kepada tujuan awalnya. "Apa ada urusan penting? Jika iya, apa kau yakin baik-baik saja kalau berbincang-bincang begini?"

"Oh benar juga! Aku kan dalam perjalanan menuju konser Wondrous Night!"

Sudah Maehwa duga. Sebenarnya dia sempat ragu dari gumaman wanita itu, tapi ternyata memang Wondrous Night. Salah satu grup senior yang mendominasi dunia kpop dan namanya seringkali terdengar oleh Maehwa di asrama. Banyak yang membahas mereka.

Yah, apa peduli Maehwa? Yang penting wanita itu lupa akan pertanyaannya. Danyi bisa mengamuk kalau dia asal memberitahu nama. Maehwa mau membohongi wanita itu, tapi dia baru saja kehilangan lima ribu won.

Wanita itu melihat jam di ponsel. Maehwa mengintip. Wallpapernya adalah member Wondrous Night yang berpakaian hanbok.

Maehwa tersenyum geli. Kenapa mereka mengenakan pakaian tradisional Korea? Apa tidak panas? Apakah itu lagi ngetrend atau  konsep lagu mereka? Budaya korsel...

Maehwa terdiam cukup lama. Lampu ide keluar dari kepala. Dia benci mengakuinya, tapi karena melihat Wondrous Night, dia mendapatkan ide untuk pengguna kostum. Pakaian tradisional. Itulah jawabannya!

Begitu wanita itu teringat kembali dengan pertanyaannya, Maehwa sudah hilang dari pandangan. Tentu saja tujuannya asrama.

Maehwa menggebrak pintu. "Guys!"

Teman-temannya yang sedang berlatih kala dia sampai, menoleh berbarengan.

"Ayo kita pakai kimono!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro