Chp 166. Nggak Ada Ide Buat Judulnya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Mohon pelan-pelan, Nona Yoon. Saya sedikit sesak. Apa anda bisa melonggarkannya?"

Danyi menatap Maehwa yang sedang dibantu Yeonso mengenakan obi. Awalnya dia pikir pria itu typo, salah sebut, salah mengartikan antara hanbok dan kimono. Ternyata Maehwa benar-benar mengatakan kimono.

Maehwa merekomendasikan supaya Tim Pray memakai nagajuban (lapisan awal) dengan warna yang berbeda menyesuaikan warna rambut mereka. Maehwa biru, Lantern putih, Kyo Rim dan Dowoo hitam, Haedal ungu. Lalu barulah dibungkus dengan mantel haori yang terbuat dari sutra sama-sama berwarna putih. Dilipat kemudian diikat menggunakan obi dengan simpul pita agar tampak elegan.

"Tapi Maehwa, lengannya kebesaran dan kepanjangan. Bahkan tanganku sampai tenggelam. Bukankah ini akan mengganggu saat kita menari nanti?" tanya Dowoo.

Pertanyaan Dowoo sesuai dengan yang ada di pikiran Maehwa. Dia menggeleng. "Tidak lah. Orang-orang di Jepang saat beraktivitas akan menyingsingkan lengan bajunya lantas menggunakan kain pendek guna mengikatnya. Singkat kata, lengan kita akan terekspos."

Maehwa mengambil sesuatu di meja rias yang sudah dia pesan ke Yeonso. "Tapi ramalan cuaca bilang malam ini akan turun hujan. Udara dingin masuk lewat ventilasi. Aku khawatir salah satu dari kita masuk angin dan sakit. Maka dari itu aku meminta Nona Yoon menyiapkan pelindung tangan (manset)."

Kyo Rim menutup mulut. "Kau...! Dasar sialan! Selain jago menari, menyanyi, rap, buat lagu, apa kau juga jago dalam bidang fashion?!"

Bagaimana cara bilangnya ya?

Dulu Im Rae seringkali top-up mahal untuk membeli skin kostum tingkat legend atau mystic yang memiliki efek. Ini sebenarnya hanya masalah selera saja. Selera Im Rae cukup tinggi soal penampilan. Dia akan misuh-misuh jika menurutnya tidak bagus.

Tidak mungkin Maehwa memberikan jawaban sejujur itu. Mereka bisa tahu kalau Maehwa tipe yang suka menghamburkan uang untuk kecantikan akun gamenya. Mereka akan tahu alasan Maehwa miskin karena dia kecanduan membeli skin epic atau semacamnya!

"Aku mau cari angin dulu bentar. Toh, kita tampil nomor empat. Masih agak lama." Maehwa mengalihkan obrolan. "Kalian cepatlah bersiap dan berhentilah bermain."

Maehwa menatap datar Dowoo dan Lantern yang malah asyik berputar-putar. Karena ada sebagian kecil bagian mantel yang tertinggal, itu terlihat seperti rok pendek.

Ketahuan bermain-main, mereka menggaruk kepala. Cengengesan. Mungkin itu reaksi terbaik mereka saat ketahuan. Dasar anak muda. Semangatnya tidak habis-habis.

Ada alasan Maehwa keluar selain lari dari pertanyaan Kyo Rim. Dia hendak mengambil selendang dari Dahlia yang dititipkan ke Jun-oh karena kebetulan pria itu jago dalam membersihkan pakaian. Sepertinya dia cukup cocok untuk menjadi tukang laundry tampan.

"Aku nggak nyangka Ibu datang kemari."

Oh, itu dia. Jun-oh. Dia bersama seseorang? Maehwa tidak langsung memanggilnya, mengintip dari balik dinding. Itu ibunya alias gebetan Maehwa. Dia datang ke studio?!

Maehwa menutup mulut. Sial! Dia berdamage sekali memakai pakaian kasual daripada pakaian rumahan. Lalu ada motif bunga maehwa di bajunya! Apakah ini sungguh lampu hijau (merasa spesial karena namanya sama)?

"Terima kasih, Bu. Ini pertama kalinya Ibu datang untuk menontonku. Aku sangat senang!" kata Jun-oh tersenyum bocah.

Hmm, sepertinya ini bukan timing yang tepat untuk Maehwa mengganggu. Ini waktu ibu-anak. Sebaiknya dia pergi saja.

Saat berbalik, Maehwa mendapati sosok Kangsan keluar dari ruang tunggu timnya. Raut wajahnya tidak baik. Tampak tegang. Dia tergesa-gesa berlari menuju entah ke mana dan punggungnya hilang dimakan jarak.

Kenapa lagi itu? Aku mencium masalah...

"Maeh!" tegur Jun-oh menepuk bahunya. Dia sudah selesai bicara dengan Joonha yang kembali ke bangku penonton. "Ternyata kau di sini. Aku sudah mencarimu... Wow! Kau terlihat kayak bayi polos dengan kimono itu."

"Jangan basa-basi. Serahkan saja barangku."

Jun-oh cemberut. Memang ya, Maehwa paling tidak suka dipuji tampan. Dia pasti akan menatap lawan bicaranya dengan tatapan memusuhi atau membalas dengan dingin. Coba dipuji dalam bidang game, pasti kembang hidungnya. Dasar otaku pecandu game.

Jun-oh menyerahkan kain selendang bertekstur halus itu ke pemiliknya yang asli. Maehwa tersenyum tipis saat menerimanya. Itu tercium wangi dan tidak ada kerutan.

"Aku penasaran. Mau kau apakan benda itu?"

"Yah, kau akan tahu nanti."

Maehwa tersenyum misterius. Menyampirkan selendang itu ke bahunya dan pergi.

***

Seluruh anggota tim Maehwa telah selesai dirias begitu dia kembali ke ruang tunggu sepuluh menit kemudian, menyisakan dirinya sendiri. Yeonso menepuk bangku dengan semangat, menyuruhnya untuk segera duduk.

Bukannya Maehwa tipe yang suka keringatan. Hanya saja dia tidak nyaman berkeliaran dengan make-up. Im Rae percaya pada wajah dan pesona karakter yang dia ciptakan. Make-up itu hanya polesan penyempurna.

Maehwa bisa saja langsung duduk menuruti keinginan Yeonso, namun melihat rekan timnya pada berdiri semua sembari menyaksikan televisi yang menampilkan tim Ha-yoon, mau tak mau Maehwa penasaran.

Apa yang membuat mereka bengong begitu? Padahal tadi ricuhnya minta ampun.

Teriakan keras penonton membuat Maehwa tertegun. Dia ikut memperhatikan layar.

Tidak ada lagi kekacauan. Ha-yoon kembali ke dirinya yang awal. Mendominasi panggung dari awal sampai akhir. Beberapa hari lalu hanya ekspresi murung yang tercetak di wajahnya. Malam ini dia terlihat bercahaya.

"Ini baru Ha-yoon yang kukenal." Kyo Rim mengangguk-angguk bangga, seolah yang tampil di panggung adalah dirinya.

"Aku tidak tahu apa yang terjadi. Sepertinya dia sudah menyelesaikan masalahnya. Baguslah. Dia membuat semua orang cemas."

Tidak, bukan begitu. Maehwa menelan ludah. Ada yang salah dengan anak itu. Masalahnya sama sekali belum selesai. Jika iya kenapa Kangsan yang setim dengan Ha-yoon membuat muka seperti habis melihat hantu?

Aku merasa gelisah, tapi ya sudahlah. Untuk saat ini fokus dengan perfomance dulu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro