Chp 193. Senyuman Terhangat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Maeh! Kau baik-baik saja? Kau tidak digrepe-grepe atau diapain, kan?"

Pria itu membalas pertanyaan Jun-oh dengan memberi tatapan hina seolah ingin bilang jika Jun-oh membuka mulut sekali lagi dan berbicara tidak-tidak, itu tangan akan meninggalkan jejak ke pipinya.

"Apa yang terjadi? Di mana stalker itu?"

Maehwa menjelaskan singkat. Tentang rencana Watson yang ingin membawa wanita itu ke pusat kejiwaan alih-alih melaporkannya ke kantor polisi. Dia melakukan hal benar. Ibunya memang bersalah, namun tidak dengan anaknya.

"Oh! Kau bertemu dengan remaja itu?! Bagaimana menurutmu, Maeh? Bukankah dia keren?" kata Ha-yoon semangat.

"Yeah. Genius, namun juga menyeramkan. Dia seperti tahu semuanya."

Ha-yoon semakin semangat. "Benar, kan?! Saat dia mendatangiku, dia menebak apa yang kulakukan di hari kemarin dengan akurat. Anak itu detektif yang jitu dan jeli. Dia adalah Sherlock Holmes versi nyata!"

"Aku jadi penasaran dengannya."

Intinya, masalah telah selesai. Syukurlah Kangsan mengadukan hal ini dengan cepat sebelum situasinya jadi parah. Syukurnya lagi detektif Watson membantu.

Rasanya malam ini spotlight direbut oleh anak itu sehingga Maehwa tidak mendapat panggung sedikitpun. Tapi yang terpenting Ha-yoon berhasil melawan traumanya dan Kangsan bisa melanjutkan final.

Rencananya mereka hendak membeli beberapa cemilan dan minuman dingin di swayalan sebelum kembali ke asrama. Tentu saja alkohol tidak termasuk.

"Terima kasih banyak!" kata Kangsan. "Jika tidak ada kalian, aku tak yakin masih bertahan di Star Peak. Terima kasih."

Maehwa dan Jun-oh berhenti membahas apa yang akan dibeli, menatapnya. Ha-yoon sih masih sibuk stalking Watson. Jeda beberapa detik sebelum Jun-oh terkekeh, menepuk-nepuk bahu Kangsan.

"Bicara apa kau ini? Kami tidak melakukan apa-apa. Kau lah yang memberanikan diri untuk meminta bantuan."

Bisa-bisanya Jun-oh ngomong percaya diri begitu. Secara teknis, mereka benar-benar tidak melakukan apa pun karena semua diatur dan diselesaikan oleh Watson.

Terlebih dia itu penumpang gelap! Kangsan kan hanya meminta bantuan pada Maehwa dan Ha-yoon, tim Pretty Feeling. Jun-oh lah yang mendadak mengajukan diri.

Malam semakin larut.

*

Tiga hari sebelum final.

Pagi-pagi di pusat pelatihan,  Maehwa melanjutkan tugasnya menyambung lirik. Itu masih belum selesai. Ha-yoon sempat menawarkan diri untuk membantu, namun Eugeum mencegahnya membuat bencana.

Sejak kasus wanita stalker resmi selesai, wajah Ha-yoon cerah berkali-kali lipat. Apalagi Kangsan yang over semangat dalam latihan. Tidak hanya membantu anggotanya menari, dia juga menolong Eugeum merancang panggung dan kostum.

Kejadian tadi malam memberi Maehwa ide berlimpah. Dia tidak keberatan tidak dibantu. Malahan kalau membantunya sekarang hanya akan mengganggunya.

Fufufu! Sepertinya Maehwa punya keterampilan baru yaitu menulis sajak. Bakat seorang idol selalu ada pada dirinya.

"Kau sudah menyelesaikannya?" celetuk Eugeum melihat Maehwa meletakkan buku tulisnya ke samping. Menggeliat.

"Yeah. Tanganku pegal menulis dari tadi."

"Bolehkah aku membacanya?"

Maehwa mengangguk. Dia ingin tahu tanggapan rekannya. Tanpa basa-basi Eugeum segera membaca liriknya. Tulisan pria itu rapi dan bagus, mudah dibaca.

"Kau benar-benar mengubahnya jadi bittersweet, ya? Dia tidak ditolak, namun si perempuan menuntut kesempurnaan. Meski hubungan mereka akhirnya gantung, si cowok mendapat pelajaran berharga. Kau tidak mau mengikuti alur romantis yang dibuat senior Wondrous Night, heh."

Maehwa menegakkan punggung, senang Eugeum mengerti poin utamanya.

"Ternyata perkataan Jun-oh benar. Setim denganmu rasanya digendong," kekeh Eugeum usai membaca liriknya.

"Biasa saja," imbuh Maehwa datar.

"Jadi kapan kau akan melatih ekspresimu yang jutek itu? Kau takkan tampil dengan tatapan sinis, kan?" tembak Eugeum membuat Maehwa mengerutkan kening.

"Aku juga sedang berusaha."

Daripada melanjutkan lirik kosong, tersenyum lebar adalah masalah serius. Mau berapa kali Maehwa melakukannya, senyumannya selalu terlihat dipaksakan. Interstellar akan langsung sadar kalau dia tidak bersungguh-sungguh melakukannya.

Saat Maehwa mengunyel-unyel pipinya membentuk senyuman seakan hal itu bisa membantu, seorang staf menyembulkan kepala dari pintu ruang latihan.

"Para trainee diharapkan berkumpul di Ruang Audio Visual. Kami punya sesuatu untuk kalian semua," lapornya.

Begitu saja, pekerja magang menutup pintu. Beranjak pergi ke ruang latihan tim The Man untuk melaporkan hal yang sama.

Ahyun menggaruk pipi. "Ada apa ya?"

Ha-yoon mengedikkan bahu. "Mungkin pengumuman terkait final. Kita masih belum diberitahu di mana lokasinya, kan?"

Tidak, ini pasti itu! Konten keluarga. Tema yang tidak mungkin dilewatkan dalam program audisi. Star Peak mengundang keluarga peserta pelatihan demi adegan emosional untuk episode terakhir nanti.

Maehwa menyeringai. Jika benar, dia jadi penasaran Star Peak mengundang siapa untuknya. Dia kan yatim piatu—meski Caterina tidak merilis hal itu ke profilnya. Kira-kira siapa yang mereka undang?

Mau tak mau mereka bergerak menuju ruangan yang dimaksud sambil terus menyimpan pertanyaan dalam hati.

Jun-oh tersenyum neko, melambaikan tangan ke Maehwa, menepuk sebelahnya yang kosong. Tapi Eugeum buru-buru mendahuluinya, mengisi tempat yang disediakan oleh Jun-oh. Menyeringai puas.

"Apa yang kau lakukan?" desis Jun-oh.

"Kenapa? Aku tidak bau."

Rasanya Maehwa ingin memiting kedua bocah itu  yang masih kekanak-kanakan soal tempat duduk. Maehwa mengabaikan mereka, duduk di barisan paling akhir. Lebih nyaman sendirian di ujung.

"Hei, mungkinkah mereka juga melakukan konten itu di musim sekarang?" gumam trainee lainnya saling bisik-bisik.

"Tentu saja. Itu mana boleh dilewatkan."

Tidak hanya Maehwa, sepertinya beberapa trainee juga punya dugaan kuat tentang alasan mereka dikumpulkan di sana.

Lampu dimatikan, memotong bisik-bisik. Melodi indah dimainkan. Layar di depan menyala, menampilkan tulisan 'jurnal terakhir' lantas memutar seluruh momen perjalanan yang trainee lalui selama ini.

Ternyata adegan nostalgia, ya?

Tentu saja konten ini juga tidak boleh dilupakan. Mendengarkan kembali pesan yang disampaikan dari diri mereka di masa lalu. Layar memutar masing-masing trainee di ruang jurnal berbicara tentang impian mereka menjadi seorang idola.

Maehwa menopang dagu, menatap bosan bocah-bocah di sekelilingnya yang sibuk menangis sesegukan, memuji diri sendiri karena telah bertahan sampai akhir.

Bisa dimaklumi. Bagaimanapun mereka tergolong anak muda betulan. Menjalani berbagai tantangan sulit untuk mengejar impian, jelas membuat mereka menangis saat mengingat jerih payah tersebut.

Beberapa menit kemudian, layar berkedip menampilkan video audisi pendahuluan, mengungkap aib kepayahan mereka sebelum syuting episode satu. Ruangan yang tadinya dipenuhi dengan suasana melankolis, berubah penuh canda tawa.

Jun-oh dan Kyo Rim yang paling tertawa kencang saat melihat klip Maehwa menari untuk kali pertama. Sangat kaku.

"Awokawok! Kayak kakek-kakek lagi senam pagi dan berteriak 'aduh punggungku'!"

Tanda jengkel memenuhi tubuh Maehwa yang menahan malu di belakang sana, mati-matian menjaga ekspresi tetap datar karena kamera lagi rolling ke arahnya.

Tapi Jun-oh segera mendapat balasannya karena dia berikutnya yang ditampilkan. Jun-oh mencoba rap untuk pertama kali. Sudah keluar dari irama, pakaiannya seperti jamet, melantunkan lirik tak jelas.

"Apa yang kau kenakan, Kak Jun-oh?! Apa kau anak SMP lagi chuuni? Memalukan!" kata Jinyoung dan Geonwoo dengan wajah merona, memukul-mukul lengan Jun-oh.

"K-kupikir itu lagi ngetrend."

Pfft! Maehwa membuang mukanya ke samping. Bukan karena Jun-oh, tapi karena video berikutnya adalah Kyo Rim mencoba parkour namun gagal karena keram kaki. Semua trainee tertawa terbahak-bahak.

Ada-ada saja kelakuan anak-anak ini.

Video baru ditambahkan ke layar. Itu adalah jurnal terakhir milik Maehwa yang belum dipertontonkan. Kru produksi baru saja mengambil data rekamannya.

"Kira-kira apa yang dikatakan Maeh, ya? Pasti dia akan menyebut kakaknya ini!"

Jun-oh melirik Maehwa yang menguap malas. Dia ingat melakukan wawancara itu dengan setengah sadar. Jika mereka mengharapkan pesan mengharukan, maka mereka berharap ke orang yang salah.

Maehwa hanya mengatakan basa-basi busuk yang isinya omong kosong.

Layar hitam di depan berkedip-kedip mengetik 'untuk diriku di masa depan' dengan font yang cantik, lalu menunjukkan wajahnya sendiri yang berambut putih.

Huh? Topangan tangan Maehwa terlepas. Kok itu dia yang masih rambut putih?

Saat dia keheranan, orang dalam video itu membuka matanya yang merah seperti ruby. Tersenyum. Itu adalah senyuman terhangat yang pernah Maehwa lakukan. Senyuman ikhlas. Membuatnya sadar...

Jika itu bukan dia. Bukan Im Rae.

Melainkan Han Maehwa yang asli.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro