Chp 63. Idol Player VS Doctor Player

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Keluarlah musik not!"

Rangkaian not warna-warni bermunculan di udara. Aku menjentikkan jari. Not-not balok itu melenting cepat ke arah musuh.

"Tunggu sebentar! Tolong tahan dulu! Aku tidak punya niatan bertarung!"

Aku mendengus. Aku takkan percaya omongan bullshit itu. Sudah berapa kali aku masuk ke Virtual Room-Break dan ditusuk dari belakang karena tidak siap bertarung?

Dia dengan mudah memotong not-not tersebut dengan skill <Mess>. "Dengarkan aku sebentar. Aku tidak ingin bertarung."

"Oh, ya? Setelah aku lengah, kau akan memanfaatkan celah itu untuk menyerang. Aku hafal orang-orang licik sepertimu!"

Tidak mempan, ya? Kalau begitu...

Aku belum pernah memakai mode konser dari senjata <Mikrofon Impian>. Apa aku coba pakai, ya? Seperti apa skillnya?

"Aktifkan mode konser!"

Sebuah not balok beam berwarna hitam muncul di kakiku. Apa aku disuruh naik? Tanpa babibu, aku melompat ke atasnya. Benda itu bernyala biru. Aku berseru gamang begitu ia membawaku terbang. Di atasku, terbentuklah lingkaran cincin dengan sepuluh lampu stage, menyorotku. <Mikrofon Impian> berubah jadi mic in ear.

Ini... ini skill yang mewah sekali! Sepertinya aku disuruh bernyanyi. Baiklah. Kebetulan mood-ku bagus plus aku bersemangat.

"Bentangkan dan kepakkan sayapmu! Bersiaplah untuk terbang ke angkasa ♪♫

"Jangan takut terjatuh, jangan melihat ke bawah. Aku tepat di sampingmu ♩♪♫"

Hujan not menyerang si Doctor Player dengan ganas. Hebatnya, begitu not-not ini mengenai gedung, maka gedung itu melebur menjadi not dalam jumlah banyak. Penuh dengan kewarna-warnian.

"Cih! Dasar anak muda keras kepala!"

Tanda jengkel hinggap di keningku. Apa katanya? A-anak muda? Sialan! Berapa umurmu, hah?! Ayo adu umur sini! Takkan kubiarkan kau kabur, si sok paling tua!

"Kau bisa terbang walaupun sayapmu baru lahir. Yang kau butuhkan kekuatan dan keberanian. Mendambakan kebebasan ♪♫

"Apa kau melihatnya? Bintang emas yang bersinar di kejauhan sana, disembunyikan dengan baik oleh dunia ♪♫♪"

Not-notku mengejar si Doctor Player bagai rudal. Dia dengan gregetan menangkisnya, melontarkan serangan Gunting Anatomi. Aku pikir aku akan terbelah oleh serangan tajam itu. Tapi...! Garis paranada muncul melindungiku. Pertarungan ini intens.

Percuma saja. Dia terus-terusan meng-heal dirinya dengan Suntikan Medicine miliknya. Kotak HP-nya tidak tersentuh. Rusak sedikit, sembuh dan kembali semula. Kalau terus begini, aku hanya membuang energi.

Apa tak ada cara untuk menjatuhkannya?

"Kembali ke mode stand-mic."

Aku melompat pindah ke not 1/8. Sama seperti sebelumnya, not itu menyala begitu aku menyentuhnya. Ia membawaku menjauh dari jangkauan Doctor Player.

"Haah, sebenarnya aku tidak ingin memakai skill ini. Tapi apa boleh buat?"

"Ugh!" Aku memuntahkan darah, refleks berpegangan pada not Kunci G agar tidak jatuh. HP-ku hilang tiga kotak.

Apa itu barusan? Electric Shock? Rasanya ada yang menyengat jantungku. Itu serangan dari dalam? Ah, defibrillator! Aku lupa kalau lawanku Doctor Player. Jelas semua tekniknya berkaitan dengan medis.

Aku harus membeli ramuan penyembuh—

Dia tiba di hadapanku. "Takkan kubiarkan!"

"<Speaker Bass>!" teriakku.

Lima buah speaker bermunculan di belakangku, berdebum mengeluarkan gelombang suara, menghempaskan si Doctor Player. Dia terpental lima meter, menabrak gedung-gedung, membuat garis panjang di tanah. Kepul abu mengudara.

Aku bisa kalah dengan HP tak cukup 40%!

Not balok warna-warni yang beterbangan di sekitarku menyatu satu sama lain, menciptakan garis paranada. Itu berputar ke bawah seperti perosotan.

Aku meluncur dengan nyaman ke bawah. "Buka shop! Beli Health Potion—"

"Sudah kubilang, kan? Takkan kubiarkan."

Deg! Aku terbelalak. Ternyata dia telah menungguku di bawah. Dengan gerakan tangkas, dia mengayunkan suntiknya.

[Warning! Warning! Anda terkena efek lumpuh. Tidak dapat bergerak sementara.]

Sial! Apa itu skill neurotoksin?!

Dia melompat gagah ke tanah, meletakkan suntik raksasanya ke bahu. "Bagus, kita bisa bicara dengan tenang sekarang. Aku tahu kau pasti trauma dengan keadaan Virtual Room-Break, tapi paling tidak, dengarkan orang yang lebih tua darimu berbicara."

"Memang berapa umurmu, heh?"

"Aku? 26 tahun. Kenapa? Apa aku terlihat tampan karena awet muda?"

Ck, ah. Masih bocah kemarin sore rupanya. Aku merotasikan kedua mata malas. Aku sangat ingin memukul kepalanya karena kedip-kedip manja. Apa dia sakit mata?

"Eh, hei, kenapa ekspresimu menunjukkan seolah-olah kau lebih tua dariku?! Aku jadi tersinggung nih." Dia melotot.

"Baru 26 sudah merasa paling sepuh."

Dia mengembuskan napas panjang. Sorot mukanya berubah. "Ayo kita ngomong serius. Aku berkata jujur tentang tidak akan menyakitimu. Aku sendiri juga kaget kenapa aku masuk ke Virtual Room-Break padahal aku sudah menguncinya. Aku langsung berpikir jika sistem milik lawan lah yang tidak mengunci pintu otomatisnya. Aku punya jadwal operasi hari ini dan kau malah menyerangku habis-habisan. Segitu buruknya pengalamanmu di dalam sini?"

"Pintu? Kau bicara apa sih?"

"Apa kau player baru? Setiap player bisa mengunci pintu Virtual Room-Break di setting pada Status Window-nya."

"Maksudmu aku bisa mencegah terjadinya Virtual Room-Break?! Bagaimana caranya? Aku tidak tahu ada cara aman seperti itu!"

"Kau membutuhkan item <Unnamed Key>."

Kunci... Kunci... Kunci? Aku membuka inventori lewat pikiranku. "Apakah kuncinya mirip dengan kunci ini? Aku baru memperolehnya kemarin. Jadi itu kunci untuk menutup pintu Virtual Room-Break?"

"Ah, benar. Dengan item ini, kau takkan terseret ke Virtual Room-Break walau ada player di dekatmu. Kuncilah selagi ingat."

Aku menghela napas lega. Berkurang satu beban pikiranku. Aku takkan terbawa-bawa ke arena bertarung lagi. Terus terang, tidak enak tahu bertarung di ruang virtual ini. Rasa sakitnya nyata, walau bisa sembuh.

"Ngomong-ngomong kau... pengguna sistem baru, ya? Aku baru mendengar sistem idol."

"Ah, benar. Aku seorang trainee."

"Maka itu berita buruk! Astaga!" Dia mengacak rambut heboh. "Kau belum tahu tentang peringkat sistem?"

Aku menggeleng. "Kenapa... memangnya?" Karena dia terlihat panik, aku jadi ikut panik. Apa yang dia ketahui?

"Kau dalam masalah besar. Kita yang memiliki sistem di bawah ranking standar—Sistem Doctor milikku berada di peringkat 43—harus berhati-hati terhadap Big Four."

"Ingat ini baik-baik, kau harus waspada dengan player yang memiliki sistem dari Big Four. Peringkat keempat, Sistem Reinkarnasi (1.997 user). Peringkat ketiga, Sistem Transmigrasi (2.104 user). Peringkat kedua, Sistem Hunter (3.996 user). Lalu peringkat pertama, yang paling berbahaya dengan pengguna terbanyak (5.531 user)..."

Aku menelan ludah. Menyimak serius.

"Regressor Player."

Itu berbahaya. Bahaya sekali. Berbeda dengan transmigrasi, regresi adalah kasus paling banyak terjadi di dunia manhwa.

Aku meremas rambut (sudah bisa bergerak karena pria itu memberi detoksifikasi).

Gawat. Ini masalah super kritis. Jika aku menjadi idol dan 'Regressor Player' menotis keberadaanku, dia pasti akan langsung tahu aku seorang player karena aku tidak ada di masa depan dalam ingatannya.

"Kau tidak perlu khawatir. Kau sudah mengunci pintu Virtual Room-Break. Hal itu akan memblokir pendeteksian player lain. Tapi, ada baiknya kau berhati-hati karena kita juga tidak tahu dia player atau bukan."

"Terima kasih. Kau mengajariku banyak hal, dan maaf aku brutal menyerangmu."

"Hahaha, tidak masalah. Awal-awal aku juga sama sepertimu. Kalau begitu ayo kembali ke dunia nyata. Aku sudah telat nih!"

Ruang virtual perlahan menghilang. Pria itu melambaikan tangan padaku yang beranjak bangkit. "Selamat tinggal."

Haah. Doctor Player saja sudah sehebat ini. Bagaimana dengan Regressor Player?

~To be continued~
♩✧♪●♩○♬☆




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro