Chp 64. Tur Melihat Iklan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***IDOL PLAYER***

Aku baru sadar akan sesuatu.

Saat aku dan 'Doctor Player' berpisah—kukira dia ingin menjadi idol, tapi rupanya dia mencintai profesinya—keramaian di sini berkurang. Di iklanku yang tadinya ada puluhan orang selfie di sana, sekarang bisa dihitung jari. Yah, dapat dimaklumi. Mereka kan juga punya kesibukan sendiri.

Baguslah berkurang sedrastis ini. Aku bisa leluasa melihat iklan itu dari dekat.

Coba kita lihat. Aku membaca post-it.

{Semangat, Maehwa! Kau pasti bisa debut!}

{Aku menyukai hari kamis karena aku bisa melihatmu pada hari itu.}

{Maehwa, kau makan dan istirahat dengan teratur, kan? Jangan terlalu memforsir diri. Kami tidak mau kau sakit nantinya :<}

{Aku akan mendukungmu sampai akhir. Jadi jaga kesehatanmu, ya!}

{Kau membuatku menyukai bunga maehwa. Ibuku memarahiku karena aku mendesak beliau mengajariku cara menanam bunga.}

Aku terkekeh. Kenapa jadi salahku dia dimarahi orangtuanya? Aku tidak pernah menyuruhnya menanam bunga maehwa. Lagian bunga satu itu tidak tumbuh semudah itu. Kau bisa melihatnya di musim semi. Bunga maehwa bunga yang cantik.

Cantik kayak orangnya.

Kutampar pipiku sendiri. Apa itu barusan, Im Rae? Jangan sok imut. Kau harus ingat umur. Jangan malu-maluin woy! Sepertinya aku terbawa suasana lagu Give Me 5.

Katuk! Katuk!

Aku merogoh saku. Notifikasi kakao yang berisik membuatku terganggu. Aku harus merubah modenya jadi mode hening. Tapi... aku khawatir kalau ada berita penting yang disampaikan bocah-bocah bau kencur itu dan aku melewatkannya.

Kyo Rim mengirim foto. Itu fotonya dengan Do Woo yang selfie bersama iklan mereka di Stasiun Subway. Selain Hongdae, tempat itu juga menjadi salah satu sarana komunikasi antara fans dan idola mereka.

Kyo Rim: 'Jun-oh, Ahram, aku keliling di Subway dan melihat iklan kalian dipasang di mana-mana hahaha. Apa kalian tidak mau ke sini? Kita bisa ketemuan.'

Ahram: 'Maaf, aku lagi bareng Geonwoo di Stasiun Konkuk University.'

Jun-oh: 'Wah! Benarkah? Aku pengen, tapi aku lagi di Stasiun Cheongdam bersama Jinyong. Di sini ada iklan kita juga, wkwkwk.'

Jinyong: 'Kak Maehwa, kakak harus datang ke sini. Mereka sepertinya menyukaimu karena memasang iklanmu di dinding dan di spanduk pintu masuk ke stasiun.'

Kyo Rim: 'Ada banyak sekali post-it di sini.'

Aku benar-benar bingung mengapa para penggemar rela datang jauh-jauh ke sana-sini hanya untuk berfoto dan menaruh post-it ke iklan peserta didik TSP.

Agaknya, mereka puas mendatangi papan-papan iklan itu dan bangga melihat wajah idola favoritnya dipampang lantas dilihat oleh orang-orang non kpop.

Jun-oh menyematkan alamat.

Jun-oh: 'Datanglah ke sini jika kau berubah pikiran, Maehwa. Kau harus melihatnya :3'

Ck, sebenarnya aku malas dan pengen melanjutkan aktivitasku (main warnet) yang tertunda gegara sistem. Tapi, ukh! Fans susah payah mengunjungi iklannya, ukh! Mereka sudah susah payah membuat iklannya, ukh! Aku tak bisa tak datang, ukh!

Aku tidak ingin dikeroyok perasaan tidak tahu terima kasih. Ahhh! Dilema!!

Baiklah. Aku memesan taksi online.

♫♬

Sial. Aku telah dijebak.

"Aku tahu kau akan datang, Maehwa!" seru Jun-oh menyengir lebar. Dia pasti sengaja belum pulang untuk menungguku.

"H-halo!" Jinyong menyapa dengan kikuk. Ini pertama kalinya kami bertemu di luar, terlebih kami belum pernah satu tim sebelumnya. Aku bisa 'berteman' dengan Jun-oh saja karena anaknya yang gaul.

Tapi... Aku memperhatikan sekitar.

Satu, Jun-oh tidak bergurau tentang iklanku. Dua, syukurlah Jun-oh peka aku benci perhatian dan tidak ada penggemar datang kemari. Sepertinya mereka bergegas ke Stasiun Konkuk setelah melihat postingan Geonwoo. Oh yeah, baguslah.

"Kemari, Maehwa, di sini! Sini!" Jun-oh selaku orang yang mengajakku kemarin menjadi pemandu jalan mendadak. "Ada yang pas rambutmu putih dan juga ada yang biru. Sepertinya mereka berdebat, mana yang lebih bagus antara warna putih atau biru. Tuh, itu tuh! Baru saja dipasang kemarin sore. Penampilanmu yang Give Me 5."

Kenapa kau bisa tahu, wahai?

Kami pun berpencar (letak iklan kami berbeda). Aku bersedekap. Rasanya sangat memalukan melihat fotomu sendiri tanpa menunjukkan reaksi. Tapi ada Jun-oh dan Jinyong di sini. Aku harus bersikap sebagaimana karakter yang kubuat agar tidak ketahuan aku tukang ngegas.

"Lho, kau kenapa, Jinyong?"

Aku menoleh ke belakang. Tampak Jun-oh kebingungan dengan Jinyong yang membungkuk. Tubuhnya gemetar. Tak mau diam saja, aku pun menghampiri mereka.

"Ada apa dengannya?"

Jun-oh mengedikkan bahu. "Dia menangis setelah membaca post-it di iklannya. Apa ada yang menghinamu, Jinyong?"

"Tidak, bukan begitu..." Jinyong terisak, mengangkat kepalanya. "Aku hanya... tersentuh dengan pesan Interstellar. Mereka mendukungku dengan tulus. Hatiku benar-benar tersentuh. Aku merasa kerja kerasku dibayar kembali terlalu banyak. Lalu, adikku juga menempelkan pesan."

"Ah, benar juga. Kau hanya memiliki adik perempuan dan ibumu, kan?" Jun-oh mendekat, berbisik padaku, "Ibunya sakit dan ayahnya sudah tidak ada. Dia tulang punggung keluarga. Meski begitu, Jinyong tidak menyerah mengejar mimpinya."

"Adikmu pasti bangga, Jinyong."

Tunggu. Mendadak saja perasaanku tidak enak. Sepertinya aku jadi sensitif tanpa sebab ketika melihat iklan-iklan ini.

Menangis karena terharu membaca pesan fans? Betapa menggelikannya. Aku mengambil salah satu post-it random.

{Maehwa, pasti berat, kan?}

Aku terdiam. Meneruskan membaca.

{Aku tahu, tidak mudah tampil di atas panggung. Aku tahu kau melewati proses sulit di belakang layar meski kau terlihat baik-baik saja di panggung. Aku hanya ingin bilang, jika kau tidak bisa melakukannya, maka tidak masalah. Kami mendukungmu bukan untuk membuatmu menderita. Lalui seperti yang hatimu inginkan. Kenyamanan dan kesehatanmu yang terpenting bagi kami. Jangan sampai melukai tubuhmu.}

Layar pop-up muncul di udara.

[*Lmao* Inilah mengapa anda harus membeli cermin. Berkacalah sebelum mengatai orang lain, Bung. Sendirinya juga tersentuh. Harga cermin tidak mahal kok.]

D-diam kau! Aku kembali menempelkan memo itu, malu diledek Danyi.

Jun-oh menepuk tangan. "Nanti malam episode 8 rilis, kan? Bagaimana kalau kita nobar?" Dia spontan menatapku.

"Tidak," kataku cepat. "Aku akan menontonnya di warnet." Tentu saja aku bohong. Mana kuat aku nonton bersama Dasom. Dia pasti menertawakanku.

Dan aku membuat pilihan bagus.

Episode 8 berfokus pada latihan para peserta didik dan keluh-kesah mereka di Ruang Jurnal akan dimasukkan. Kejadian di belakang stage juga ditambahkan.

[Pilih top trainee yang anda suka!]

Aku manggut-manggut menontonnya dengan sebungkus snack dan cocacola. Ini adalah hiburan untuk penonton. Sesama trainee disuruh memilih trainee yang mereka suka dan menjelaskan alasannya.

[Tim produksi: Siapa trainee yang anda suka? Dan apa alasannya?]

[Moon Jun-oh: Saya menyukai Han Maehwa. Saya sangat sebal dengannya perihal di mini-game, tapi Maehwa punya aura yang membuat kita tidak bisa lama-lama marah padanya. Dia orang yang unik.]

[Sung Kyo Rim: Trainee yang saya suka... Itu Jun-oh dan Maehwa. Mereka sangat manis.]

[Doo Jinyong: Saya pilih Kak Maehwa. Dia itu sebenarnya lucu, tapi dia menutupinya dengan wajah temboknya.]

Aku hanya tertawa robot. "Makasih, fans."

Tibalah di adegan berikutnya.

Byurr! Soda di mulutku muncrat.

KENAPA ITU DISIARKAN?! ITU TERTANGKAP KAMERA?! PADAHAL AKU YAKIN KAMERAMEN SIBUK! ADA KAMERA TERSEMBUNYI?!

♩✧♪●♩○♬☆








Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro