Chp 72. Perintah GM Itu Absolut

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jangan lupa like dan tinggalkan jejak ^~^

***IDOL PLAYER***

Kalau kupikirkan secara matang, sebenarnya ini bukan kali pertama GM mengambil alih protokol quest. Aku hanya tidak mengingatnya.

Pengemis yang tidur di jalan. GM lah yang menyuruhku mengobatinya. Lalu pergi ke Hongdae, kurasa itu juga perbuatan GM. Walau aku tidak tahu 'menghajar Lee Hangang' saat pengumuman peringkat adalah ulahnya juga, tapi aku yakin sekali dengan dua insiden di atas.

Apa yang GM pikirkan? Tepatnya, apa yang dia rencanakan? Dia mau aku mengusir seseorang yang sungguh-sungguh ingin meraih mimpinya? Itu sama saja merenggut cita-cita seseorang!

Ada perbedaan kentara antara Danyi dan GM.

Aku masih bisa melempar candaan dan ketawa-ketiwi dengan Danyi yang humoris. Tapi GM? Hawa dingin menyeruak ke sekujur tubuhku membuatku membeku di tempat seolah tubuhku berteriak untuk tidak menentang GM.

Apa aku ketakutan? Atau karena tubuh ini, dialah yang menarik keluar dari game makanya otomatis tunduk padanya begitu?

[MainQuest diperbaharui: Buat Park Daejung keluar dari kompetensi The Star Peak.]

Ini bukan lagi quest, tapi kewajiban yang harus kuselesaikan. Perintah GM absolut, tidak seperti Danyi yang bisa kuajak tawar-menawar. Sejak awal dia datang, aku tidak punya banyak pilihan.

Tapi, mengusir seseorang...? Astaga! Otakku ngeblank. Bagaimana cara aku melakukannya? Tidak, tidak. Aku bukan penjahat yang tega menghancurkan impian anak muda!

[Hukuman kegagalan: Anda mati.]

Aku termangu. Apa? Hukumannya... mati?

[Mati. Mati. Mati. Mati. Mati. Mati.]

Tiga, enam, delapan, belasan, puluhan layar berwarna merah memenuhi udara seperti 'pesan kesalahan' eror pada komputer yang ditekan terus-terusan. Seperti virus menyepam komputer membuat komputer menjadi ngehang.

Ini bukan sekadar gertakan doang! GM benar-benar akan membunuhku kalau aku gagal melakukannya, lebih-lebih menolak questnya.

[Waktu tersisa: Enam hari 23 jam 50 menit.]

Hiy, seram! GM itu menakutkan! Aku tidak bisa membantahnya, bahkan tidak bisa mengeluarkan satu patah kata pun. Wibawanya berbeda dengan Danyi. Aku tidak berani melawannya.

Wahai Danyi, kapan kau mengambil alih kendali sistem? Aku tidak ingin bersama GM mengerikan ini! Biarlah kau yang kurang ajar padaku ketimbang psikopat sepertinya. Perasaan merinding ini nyata seakan ada pedang tengah berputar di atas kepalaku, siap jatuh kapan saja.

Tunggu, pedang berputar? Aku mendongak.

BETULAN ADA DONG NJIR! Ditambah ada timernya pula! Pedang seukuran gajah itu akan terjatuh begitu aku gagal menyelesaikan misi dari waktu yang telah diberikan. Aku pasti bakal langsung terbelah kalau ukurannya segitu.

Gawat, aku seperti membawa bom waktu. Aku harus bertindak. Aku tidak mau mati konyol!

"Maehwa? Kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk. "Oke. Ayo partneran."

Berpikirlah, Im Rae. Bukankah kau ahli game siasat? Aku percaya, GM tidak sembarangan memberi quest biadab itu merujuk dia hanya mengambil otoritas penurunan quest di situasi tertentu saja seperti prajurit sedang melakukan persiapan sebelum pergi ke medan tempur.

Mungkin, siapa tahu, Park Daejung bukan anak baik-baik yang membuat GM merasa waspada dan harus mengusirnya dari 'Star Peak'.

Tapi daripada Hangang yang membenci dan menyerangku terang-terangan, selama ini aku dan Daejung tidak pernah berinteraksi. Bahkan saat di mini-game, kami tak pernah berpapasan. Kami benar-benar hanya orang asing.

Aku dan Daejung melakukan stretching secara bergantian. Dia yang pertama.

Banyak yang harus kupikirkan tentang quest ini karena skalanya besar. Salah langkah, bisa-bisa jadi bumerang dan malah aku yang ditendang. Aku juga tidak bisa blakblakan menunjukkan ketidaksukaanku pada Daejung di saat status Han Maehwa saat ini terombang-ambing.

Episode 8 menit 34.51, perselisihan antara aku dan Hangang memperoleh tuaian pro-kontra. Aku tahu itu akan ditayangkan karena mustahil kru editor mengabaikan segmen "sebagus" itu.

- Maehwa, dasar kau bajingan brengsek! Apa yang kau lakukan pada Hangang-ku?!

- Sudah kuduga, sudah kuduga! Pria ini seorang bajingan di balik topeng imutnya. Kalian, stan Wintermoon, sudah gila mendukung orang ini.

- Maehwa itu kotoran. Maehwa itu najis.

- Perhatikan baik-baik, keparat buta! Hangang menjatuhkan dirinya sendiri dan Maehwa sudah berbaik hati menolongnya. Lalu dengan gerakan smooth, dia menolak pegangan Maehwa dan pura-pura terjatuh. Pura-pura tersakiti.

- Fans fanatik ya begitu, membenarkan semua tingkah laku biasnya. Tak terkecuali jika itu perbuatan yang menjijikkan. #KeluarkanMaehwa
-> Ayo ramaikan hastagnya, guys!

- #KeluarkanMaehwa #DiaTidakBolehDebut

- Semoga Hangang baik-baik saja. Banyak sekali musuhnya di sana. Kangsan, sekarang si brengsek Maehwa. Keep strong, Han-Han!

Sepertinya mentalitas B+ tidak menunjukkan keefektifannya terhadap kegiatan, tapi untuk menahan ejekan dan hinaan netizen. Karena, bukannya tersinggung atau menangis, aku malah tidur nyenyak. Menganggap ketikan-ketikan menyebalkan itu dongeng sebelum tidur.

Apa yang harus kulakukan? Mengusir Daejung dari Star Peak tanpa memicu serangan bumerang, tanpa memicu perasaan bersalah...

Baik. Mari kita diskusi memakai metode jouska.

[Note. Percakapan (psikologi) hipotesis yang dilakukan dengan diri sendiri secara berulang.]

"Apa pendapat kalian?" Aku membuka suara.

"Kurasa kau harus mempertimbangkan questnya dulu, Paman Rae. Meskipun pertaruhannya adalah nyawa kita, rasanya tidak pantas menghancurkan impian orang," kata Maehwa. "Aku tidak mau menjadi idol jahat seperti itu."

"Nak, kenaifan takkan menyelamatkan kita dari kematian. Aku tahu karena memainkan gamenya, dunia showbiz itu lekat sekali dengan trik kotor. Kita takkan bisa bertahan hidup jika berpikir naif." Demikian ceramah dari Im Rae.

"Maksud Paman, kita harus jadi idol pembohong begitu? Aku ingin jadi idol yang jujur!"

"Hidup kita berubah seperti game saja sudah syukur tahu! Kau ingin mati sekali lagi?"

Percuma. Metode ini hanya membuat kepalaku sakit karena pemikiran Im Rae dan Han Maehwa saling bentrokan. Mari kita pikirkan cara lain.

Tapi ngomong-ngomong, Daejung ini ngapain?

Dia hanya perlu mendorong punggungku sampai aku bisa memegang ujung kakiku, tapi dia malah meraba-raba punggungku seakan mencari sesuatu. Apa yang dia mau lakukan—

Aku terbelalak merasakan sengatan listrik.

"Apa yang kau lakukan, Park Daejung?! Itu menyakitkan!" seruku, spontan mendorongnya.

Semua orang menoleh kepadaku. Ah, gawat...

"Apa yang terjadi di sana?" tajam Siwan.

Mata Daejung berkaca-kaca. Kedua tangannya gemetar. "S-sepertinya saya tidak sengaja menyakiti Maehwa. Maaf, Maehwa. Apa aku salah tekan? Maafkan aku...!"

Salah tekan katamu, sialan? Anak ini jelas mengetahui titik-titik akupunktur, makanya meraba punggungku untuk mencari titik vital lalu menekannya secara sengaja. Itu benar-benar menyakitkan. Punggungku bisa cedera. Apa dia berniat membuatku kelumpuhan sementara?

Ujung mataku melirik kameramen yang menyeringai puas seolah senang mendapatkan segmen adegan yang menarik.

Sial! Sial! Sial! Aku jadi serba salah di sini.

"Tidak apa. Aku yang terlalu berlebihan mendorongmu." Pada akhirnya aku mengalah karena situasiku sangat memberatkan. "Maaf..."

Aku mengumpat tertahan. Padahal aku korbannya, kenapa aku harus minta maaf? Menjadi idol lebih berat daripada progamer.

Aku... takkan bertahan jika naif.

♩✧♪●♩○♬☆




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro