Chp 71. Waktunya Olahraga Ceria!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***IDOL PLAYER***

Kelas merias telah berakhir, namun beberapa trainee masih tinggal di ruangan sambil pamer hasil make upnya ke teman-temannya.

Ada beberapa wajah familiar. Orang-orang yang kulawan di mini-game misi grup kedua. Di antaranya Daejung, Ho-soo, Chong Kyu, dan In-tak. Ada Geonwoo juga tengah bercengkrama dengan Jiho, Yihwan, dan Eugeum? Wadidaw! Diam-diam Geonwoo memperluas circle-nya.

Aku menoleh ke klan Jun-oh. Terdiri dari Ahram, Kyo Rim, Ha Yoon, Jinyong, Kangsan. Tapi Ha Yoon sudah keluar bersama siapa lah tadi itu. Aku tidak lihat banner namanya.

Tentu aku tidak berada di kubu mana pun. Aku solo player sama seperti saat jadi Im Rae.

"Apa aku terlihat seksi?" Jun-oh memperagakan gaya yang menggoda dengan menggigit bibirnya. Ditambah dia memakai lipstik secara tebal.

"Tidak, Kak. Kau justru terlihat erotis," kata Kangsan lurus berkomentar.

Nice! Kangsan anak yang pintar.

Jun-oh cemberut. Tidak menyerah, dia pun menoleh ke Ahram yang diajak selfie oleh Do Woo dan Jinyong. "Kenapa kalian berfoto sendiri-sendiri saja?! Kata pepatah orang tua, dilarang foto bertiga. Nanti ada hantu nyempil."

Omong kosong dari mana itu? Aku memutar mata malas, keluar dari sana untuk mengambil ponselku. Tidak bisa dipungkiri, kalau Ahram dan Do Woo andal dalam merias. Hanya mereka berdua yang riasannya sempurna (Hangang tidak dihitung karena dia adalah boneka contoh Lavanya). Yang lain pada main-main semua.

"Ini ponsel anda."

Staf wanita yang tadi? Aku melirik kalung namanya. 'Park Yoonseo'. Ke mana larinya wanita kaku yang bahkan tidak mau melihat wajahku? Sepertinya tadi pagi dia grogi.

"Terima kasih," kataku sopan. Orang sopan, kita harus membalasnya sopan juga.

"A-anu! Anda terlihat tampan dan manis!"

Atas dasar apa dia bicara begitu? Menurutku Ahram yang paling manis di sini karena make up-nya berhasil. Tidak sepertiku, bermodal muka karakter game bukan muka alami dari lahir. Fakta ini terkadang menusuk sanubari.

Aku mendapatkan kecurangan ketimbang anak-anak ini yang berusaha merangkak dari bawah untuk merawat kulit dan wajah mereka.

[Hei, jangan sedih begitu.]

Aku menatap layar pop-up di udara.

[Anda yang membuat, anda yang merancang, anda yang mendesain karakter Han Maehwa. Dia takkan seperti itu tanpa kreativitas anda. Wajah anda sekarang anda yang membuatnya sendiri. Kami hanya tinggal merealisasikannya saja. Apa yang bisa kami wujudkan jika sampel wajahnya tidak ada? Jangan terlalu rendah diri atau saya hapus akun ML anda karena greget.]

Oi, kau memuji atau mengancamku? Dan jangan harap kau tahu password ML-ku.

Tapi... Kutatap kotak make-up ALIC3 di tangan. Apa yang harus kulakukan dengan mainan ini? Kalau bisa digadaikan, aku akan menyimpannya.

Saat itu aku mendapatkan ide.

Aku menoleh ke Yoonseo yang hendak pergi ke baraknya. "Permisi, Yoonseo-ssi..."

Yoonseo terkesiap. "I-iya?"

Sebelum menyerahkan kotak make up-nya, tak lupa aku memperhatikan sekeliling. Kan bisa gawat kalau ada yang melihatnya. "Aku tidak suka berdandan. Benda ini untukmu saja," kataku usai memastikan tempat itu sepi.

Yoonseo menatapku, kembali menatap kotak make up, melotot. "Apa?! T-tidak mungkin saya menerimanya! Sponsor memberikannya ke peserta pelatihan. Anda harus menyimpannya."

Sudah kuduga dia akan menolaknya.

"Yoonseo-ssi, anda seorang penata rias, kan?"

"B-bagaimana anda bisa tahu?"

Aku tidak bisa bilang ada nameplates seperti papan nama npc di game di atas kepalanya. "Saya tahu nama-nama staf divisi penitipan dan tidak pernah mendengar nama anda."

Yoonseo bergerak tak nyaman. Ketahuan sudah.

"Anda bisa menyimpan kotak make up ini dan memakaikannya kepada saya pada kompetensi berikutnya." Aku tersenyum tipis. "Saya ingin Nona Yoonseo yang merias saya."

Karena kelihatannya wanita ini bisa diajak kompromi dan meriasku secukupnya saja.

"Saya bersumpah akan melakukannya!" jawab Yoonseo, mengambil peralatan make up itu dengan kilat. Hah? Aku mengerjap. Tahu-tahu kotak itu sudah berpindah ke tangannya.

"Tidak perlu pakai sumpah segala..." Aku menunjuk gedung asrama. "Kalau begitu saya permisi dulu. Terima kasih."

Yes! Aku tak perlu menyimpan benda konyol itu!

Pukul 15.15.

Peserta pelatihan disuruh pergi ke gimnasium setelah mengganti pakaian dengan pakaian olahraga. Akhirnya kelas neraka selanjutnya dimulai beberapa saat lagi.

Aku menatap wajahku di cermin. Sial, padahal aku sudah minum banyak sampai bolak-balik toilet untuk buang air kecil. Tapi kenapa bibirku masih warna merah? Apa ini permanen? Aku tampak seperti habis disengat lebah.

Kulirik teman roommate-ku yang tidak terlihat terganggu dengan riasan di kelas berdandan tadi masih menempel sempurna di paras wajah mereka. Inikah kekuatan mental idol?

"Danyi, kapan aku bisa menaikkan mentalku? Apa aku sudah bisa menerima poin stat?"

[Admin sedang di luar operator sistem...]

Sok sibuk sekali entitas bernama Danyi itu. Paling dia lagi jalan-jalan di Plaza yang ada di dunia sistem. Aku penasaran bentuk dunianya.

"M-Maehwa, mau pergi bareng?"

Aku menoleh ke Ahram, seketika disorot cahaya ilahi bagai hutan gelap disenter tiba-tiba. Akhh!!! Silaunya!!! Mataku... mataku terpapar cahaya ketampanan! Kenapa dia bisa begitu tampan?!

"K-kenapa ekspresimu kesakitan, begitu? Kau bukannya lagi tidak enak badan, kan?"

Anak ini selalu khawatir berlebihan. Memangnya kau ibuku, heh? Aku menghela napas pendek. "Aku sedang memikirkan mengapa Gaming mirip dengan karakter kartun malaysia."

Ahram mengerjap polos. "Y-ya?"

"Lupakan, aku melantur. Ayo pergi."

Begitulah. Aku pergi ke gimnasium bersama Ahram. Pergi bersamanya otomatis menyeret Jun-oh. Dimana ada Jun-oh, di sana ada si kembar beda rahim alias Jinyong dan Kangsan.

Kenapa jadi berantai begini? Aku seperti kepala kereta yang mengangkut gerbong.

Seluruh trainee berbaris di ruangan besar itu, mengobrol dengan teman-temannya sembari menunggu siapa pun yang menjadi 'pengarah' di Kelas Olahraga ini. Ada yang melambai ke kamera, ada yang menebak-nebak kegiatan kami, ada juga yang memamerkan otot bisep.

"Kalian bisa mengandalkanku!" kata Kyo Rim menyugar rambutnya. "Olahraga adalah keahlianku. Kemenangan kalian terjamin."

"Oh, ya? Bukankah kau kalah panco dengan Jinyong di kamar semalam?" seringai Jun-oh.

Kyo Rim mingkem. "K-kok kau tahu?" Melirik Jinyong yang melempar pandangan ke arah lain. "Bukankah itu rahasia kita berdua?"

"M-maaf, Kak Kyo Rim...!"

Selagi mereka asyik bicara, seseorang masuk ke dalam. Jiho yang berdiri paling depan refleks berseru, "Oh! Diakah pembawa acaranya??"

Itu Baek Siwan! Juri khusus Misi Individu tempo lalu. Dia menjadi pemandu kelas olahraga? Gawat. Aku punya firasat buruk.

"Halo, Trainee. Kita bertemu lagi. Ya ampun, kalian terlihat tampan dari terakhir kali kita bertemu. Sepertinya kalian memakai riasan, ya," canda Siwan sambil tertawa pelan.

"Iyaa~" jawab trainee kompak.

"Kalau begitu tanpa berlama-lama, mari kita mulai kelasnya. Kalian semua tahu kan menjadi idol tidaklah mudah? Idol harus menari di atas ataupun di bawah panggung. Latihan dan latihan untuk menyempurnakan tiap gerakan. Maka dari itu kalian membutuhkan tubuh yang sehat dan kuat sekaligus menjaga pola makan. Apa kalian sudah pemanasan terlebih dulu?"

"Belum, Instruktur!"

"Carilah pasangan dan lakukan pemanasan selama sepuluh menit," perintah Siwan.

Trainee dengan cepat mencari partnernya. Ruangan itu mendadak jadi tempat nyamuk yang saling keroyok berebut darah.

Awalnya aku ingin menghampiri Ahram, namun aku keduluan oleh Kyo Rim. Jika berpasangan dengan Jun-oh, aku khawatir dia malah mematahkan tulang-tulangku yang berharga.

"Mau partneran denganku, Maehwa?" Sebuah suara menyapa. Dia tersenyum.

Aku berbalik. Park Daejung?

Layar pop-up muncul. Tapi, itu berbeda dari yang biasa. Ketika Danyi yang menjadi admin protokol, layar jendela statusnya berwarna biru. Tapi yang ini... Aku menelan ludah. Warnanya merah membuatku langsung tahu, kalau GM sendiri yang menurunkan quest kali ini.

[MainQuest telah diperbaharui...]

[Usir Park Daejung dari kompetensi Star Peak.]

♩✧♪●♩○♬☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro