Chp 70. Kelas Merias (3)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***IDOL PLAYER***

Aku telah membuat kesalahan fatal.

Bukankah aku menerapkan watak 'dingin' pada Maehwa? Pria dingin apatis yang tak acuh dengan sekelilingnya. Jika Maehwa tiba-tiba tertawa seperti itu, bisa ketahuan kalau dia hanya berakting dingin selama ini.

Begitu kelas merias dipublikasikan, aku pasti akan diserang netizen dan dicap sebagai 'Idol Pembohong' yang alih dalam permainan gimik. Aku akan dituduh memiliki kelir dalam mendaftar ke program ini. Skandal, kontroversi, isu negatif, semuanya menyeruduk diriku yang apes. Lantas aku pun ditendang dari Star Peak.

'Kau terlalu banyak skandal. Enyah sana! Kau merusak rating acara kami!'

Aku mati konyol dan bertemu pak kondektur kereta ekspres ke neraka. Kami berdua bersipandang dengan mimik muka letoy.

'Kau akan berangkat ke neraka sungguhan kan kali ini? Jangan php-in aku lagi. Aku lelah dengan profesiku yang tidak jelas. Jangan kemari kalau kau belum mati beneran.'

Kyo Rim sialan! Ini semua salahnya!

Lihatlah anak itu, malah senyam-senyum karena berhasil membuat seorang Maehwa tertawa seolah dia baru saja memenangkan perlombaan super langka. Aku pengen meninjunya!

"Kenapa kakak berhenti tertawa?" kata Do Woo. "Kau tampan saat tertawa. Kakak fotogenik!"

Ahram mengangguk. "I-itu pertama kalinya aku melihat Maehwa tertawa..."

"Tawa Maehwa adalah harta langka!"

"Kombinasi gigi kelinci dan lesung pipi. Kakak! Apa kakak betulan 20 tahun?! Di mataku kakak seperti 17 tahunan!" seru Jinyong.

17 tahun ndasmu. Aku aslinya 32 tahun. Jangan memotong umurku seenak jidatmu.

Syukurlah Lavanya masuk ke penjelasan berikut membuat mereka kembali memusatkan atensi ke depan. Aku akan meledak karena malu bercampur kesal kalau mereka terus menatapku.

Hm? Perasaanku saja atau memang Hangang menatap lurus ke arahku? Apalagi mau si bedebah itu. Apa dia berpikir aku mencuri screentime-nya dengan keluar dari konsepku? Makan screentime sialan itu! Aku tidak butuh!

"Langkah keempat, kalian bisa menggunakan concealer. Trainee, sebaiknya kalian tidak melewatkan pemakaian concealer karena ia berfungsi untuk menyatukan beberapa masalah kulit seperti jerawat, noda hitam, bekas luka, dan membuat warna kulit lebih rata. Kecuali jika kulit kalian baik-baik saja dan sehat.

"Mulailah dari hidungmu. Buat makin tipis dari sisi dalam ke sisi luar. Cara ini akan membuat shading terlihat alami. Wajahmu akan tampak lebih ramping dan cerah. Hidungmu terlihat mancung dan garis wajahmu terlihat tegas."

Mwo? Aku tak mengerti satu pun apa yang dia katakan. Mencontek aja lah! Do Woo dan Ahram sepertinya paham teori tentang merias. Soalnya kuperhatikan, mereka berdua mengerjakannya dengan serius tanpa main-main.

"Kalian pendengar yang baik, ya. Kalau begitu kita lanjut ke tahap berikutnya..."

Tuhanku, kapan kelas neraka ini selesai? Aku tidak kuat lagi melakukan hal-hal bodoh ini. Progamer yang hanya bermain game selama 6 tahun lamanya, sekarang belajar merias diri.

Idol? Apa itu idol? Nama makanan? Ha ha ha.

[Anda terlihat seperti mau mati sekali lagi.]

Ahh! Danyi! Akhirnya kau datang! Tolong aku—

[Sistem tidak merasakan adanya peristiwa yang mengharuskan sistem turun tangan. Lakukan saja seperti yang dijelaskan tutor. Babay.]

Sialan! Kau mau kabur sendirian?! Ajak aku!

"Baiklah, kita sampai di tahap menggambar alis. Trainee, alis ternyata memiliki peran penting dari yang kita bayangkan. Kalian bisa memberikan kesan hanya dengan menggunakan alis saja. Terkesan kuat dan tangguh, terkesan lemah, terkesan kasihan, dan sebagainya. Ikuti bentuk alismu saat kau menggambarinya garis."

"Ahram, apa kau mau kugambarkan alisnya?"

"Jangan, Kak!" seru Do Woo mencegah. "Ditilik dari raut wajah Kak Jun-oh yang genit, dia pasti menggambar dengan ugal-ugalan!"

Jun-oh berdecak. "Cih, kau sadar ya?" Rencana dia mau membuat alis lurus untuk Ahram.

Berbeda dengan Jinyong dan Kangsan yang saling menggambarkan alis satu sama lain, menatap cermin, lalu cekikikan sendiri.

Aku sudah muak, jadi aku tak mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Kubuat gambar cakar kucing di punggung tanganku. Hoo, ini krayon yang bagus. Buat gambar rumah bisa tidak ya? Jiwa seniku mendadak keluar.

"Kita tiba di tahap akhir, yaitu bibir."

"Astaga, bibir. Itu pasti akan seru."

Trainee dengan semangat mengambil lipstik dari kotak make up. Semangat mereka belum turun juga padahal satu jam sudah berlalu? Dasar anak-anak muda bertenaga kuda! Ruangan ini penuh dengan tiga puluh testosteron.

"Aromanya enak," gumam Jun-oh, mencoba warnanya di punggung tangan. "Wow! Produk ini lembut sekali. Kukasih bintang 5!"

"K-kau benar." Ahram mengangguk.

"Brand ALIC3 tidak bisa diremehkan. Ini betulan jadi milik kita begitu kelasnya berakhir, kan?"

"Kita harus berterima kasih pada sponsor."

Aku berhenti memantau seperti periskop pada kapal selam, mulai membuka penutup lipstiknya. Warna merah, namun tidak terlalu terang.

Baiklah. Aku setuju dengan bocah-bocah kencur ini untuk pertama kali. Aromanya enak seperti wangi kue. Ada wangi buah juga.

"Pakai ke bagian dalam bibirmu, lalu ratakan dengan jarimu. Usahakan jari kelingking."

Semua trainee segera menirunya.

Aku melakukan seperti apa yang diinstruksikan, tapi aku tidak sengaja mengecapnya dengan lidahku. Eh? Aku tertegun. R-rasanya lumayan enak dan manis? Kayak permen stroberi.

Kulirik ke sekitarku yang sibuk memolesi bibir mereka dengan lipstik. Oke, situasi aman. Tidak ada yang memperhatikanku. Kameramen juga fokus menyorot Hangang dan trainee lainnya.

Aku meng-hap benda itu. Ini manis—

"ASTAGA, KAK!" Do Woo menabuh punggungku hingga doe foot applicator (kuas bibir) itu keluar dari mulutku. "Jangan dimakan dong! Itu bukan permen. Ayo cepat minum air."

Sial. Apa itu barusan? Aku seperti ditampar telapak tangan raksasa. Apa anak ini juga atletis seperti Jinyong? Rasanya nyawaku hilang satu. Punggungku, kau masih utuh, kan?

"Tenanglah. Produk ALIC3 aman dikonsumsi," kata Lavanya lupa mengingatkan. "Tapi jangan terlalu banyak menjilatnya ya, Maehwa-ssi."

Trainee-trainee di kelas menertawakanku.

Sialan kau, Do Woo! Lihat saja. Kalau aku pergi ke neraka hari ini, kutandai wajahmu!

Para trainee tiba-tiba tertawa. Kyo Rim menyelamatkanku dari situasi memalukan itu. Dia membuat spiral seperti obat nyamuk di pipinya. Anak itu pandai sekali memikat kamera untuk membidik tingkah konyolnya.

"Ahahaha! Kyo Rim astaga, apa kau ingin menambahkan episode spesial horor?"

"Astaga, Kyo Rim-ssi, bukankah sudah saya bilang itu sulit untuk luntur?" Lavanya jengah. "Untunglah anda belum memakai setting spray."

"Saya hanya melakukan apa yang anda terangkan, Guru," kata Kyo Rim watados.

Lavanya menepuk dahi. Hanya bisa tertawa.

"Bagaimanapun, inilah akhir dari pelajaran riasan untuk tampilan alami seorang idola. Sampai jumpa lagi di lain waktu. Kerja bagus."

"Sampai jumpa! Terima kasih!"

Dengan begitu, berakhirlah kelas nerakaku. Lalu aku disambut kelas neraka selanjutnya.

Kelas Olahraga Ceria.

♩✧♪●♩○♬☆



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro