Chp 69. Kelas Merias (2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

AUTHOR PoV

"Bagaimana persiapannya?"

Dinding-dinding gabus (tipe papan) dengan tinggi 250 senti, lebar 200 senti, dan tebal 10,5 senti, didirikan di aula pelatihan. Ada lima dinding, dan kelimanya dibungkus oleh banner The Star Peak. Untuk apakah itu?

Sementara peserta pelatihan mengikuti kelas merias, sebenarnya Tim Produksi bersama para traine dan Jung Je Wool sedang menyiapkan pertandingan Misi Grup babak ketiga sesuai yang diarahkan oleh Je Wool selama di ruang rapat. Mereka telah menentukan temanya. 

"Anak-anak itu berkembang pesat berkat idemu, Nona Je Wool. Solo Perfomance adalah misi menarik yang membuat para trainee mengeluarkan semua kemampuan terpendam mereka karena keinginan tidak mau merusak lagu yang mereka dapatkan. Itu sangat membebani, tapi mereka harus tahu betapa kerasnya jalan yang mereka pilih. Dunia idol tidak diperuntukkan oleh mereka yang bertekad lemah." Ados berkata, menoleh ke Je Wool yang tengah menyesap kopinya. "Apa idemu kali ini?"

"Aku memutuskan tidak merubah apa pun."

Je Wool mungkin menambahkan beberapa tema menarik dari idenya di setiap kompetensi setelah disetujui oleh Scarlett. Tapi misi grup ketiga, sama seperti di musim-musim sebelumnya. Tidak ada revisi. Retensi ini harus dilakukan. Tradisi untuk trainee memahami keahlian mereka dan berusaha meningkatkan kemampuan itu.

Biarkan mereka istirahat dan main-main dengan sesi hiburan sebelum kembali menderita saat Misi Grup ketiga dimulai. Je Wool menyeringai. Bersenang-senanglah dulu, bersakit-sakit kemudian.

Ados manyun. "Kau membuat ekspresi yang menyeramkan seperti antagonis..."

"Aku terbawa suasana." Je Wool berdeham. Dia menoleh ke sekeliling, mendapati Chan-Ri berbicara dengan staf, namun tidak dengan Ise. "Aku tidak melihat Ise."

"Ah, Ise? Katanya dia bosan dan mau melihat trainee di kelas merias."

Bosan hanyalah alasan klise.

Seong Mee, juri khusus di Solo Perfomance, merupakan teman Ise. Wanita itu meminta tolong untuk mengambil foto seorang trainee di pusat pelatihan. Siapa sangka artis satu itu jatuh cinta dengan salah seorang trainee? Terlebih itu Maehwa?

Dan kenapa, Ise mau saja mengiyakan?! Memotret diam-diam? Memangnya Ise seorang penguntit apa. Dia itu mentor di sana. Penyanyi solois yang sudah menikah.

Aku pasti sudah gila, batin Ise.

Ise mendapatkan kewarasannya kembali. Sesaat dia ingin memutar langkah, Ise melihat aktivitas mencurigakan seorang staf perempuan. Dia memicing. Staf itu mondar-mandir, sesekali mengintip jendela, lalu bersikap gemas terhadap sesuatu.

Apa yang dia lakukan? Kenapa dia tidak melakukan pekerjaannya? Tidak bisa nih.

Ise pun menghampirinya, bersedekap. "Apa yang kau lakukan di depan ruangan kelas?" tanyanya dengan intonasi galak.

Perempuan itu terkejut, ekspresi maling terciduk. Ise membaca kalung namanya. "Park Yoonseo? Tunggu, kau tim penata rias, kan? Ngapain kau di sini?"

Menyamar menjadi bagian penitipan, tidak mungkin Yoonseo mengatakan itu. Dia bisa dipecat dan kehilangan kesempatan bertemu biasnya setiap hari.

Park Yoonseo. Staf penitipan barang yang bersikap kaku pada Maehwa tadi. Maehwa telah salah paham akan sikapnya.

Dia... salah satu penggemarnya!

Yoonseo sudah sangat stres karena dia tidak bisa merias Maehwa saat Misi Solo Perfomance sebab shiftnya tiba-tiba diganti oleh atasannya. Maka dari itu dia nekat untuk melihat Maehwa dari jarak dekat, meminjam kartu nama temannya yang kebetulan berada di divisi penitipan.

Tapi yang tadi pagi itu..., sungguh keadaan bahaya untuk jantung Yoonseo. Dia bisa lewat karena takikardia.

Maehwa yang baru datang dengan kacamata dan semerbak wangi bunga plum menguar dari tubuhnya, siapa yang kuat dengan godaan itu?! Belum lagi tangannya terlihat sangat halus membuat Yoonseo hampir dipidana karena tindak pencabulan.

Untunglah Yoonseo sukses mengendalikan diri dan hasratnya. Tetapi, dia malah membuat kesalahan dengan bersikap kagok di depan biasnya. Hasilnya, Maehwa menatapnya dengan pandangan dingin.

'Ahh, Maehwa!!! Bagaimana cara aku menjelaskan sikapku tadi?!'

Ise ingin membuka mulut sekali lagi, menginterogasi Yoonseo, tapi tertahan mendengar seruan dan suara tawa dari dalam ruangan. Mereka berdua mengintip. Peserta didik telah memulai kelasnya.

"Trainee, make up adalah kebutuhan pokok seorang selebriti. Make up tidak berlaku untuk wanita saja. Pria juga bisa memakainya. Lihatlah senior-senior kalian di televisi. Wajah mereka dirias seindah mungkin, serupawan mungkin. Terkadang, ada juga yang mandiri menghias wajahnya tanpa bantuan penata rias.

"Dan untuk itulah saya datang kemari. Saya akan mengajari kalian cara merias diri supaya kalian selalu tampak tampan baik di atas maupun di luar panggung. Mari kita mulai kelas riasan idola ini."

Semua orang bertepuk tangan.

Maehwa menatap malas trainee di sekitar. Segitu tidak sabarnya sampai tepuk tangan dan berseru-seru seperti orang utan? Apa pentingnya mempelajari riasan?

Mending menghafal kode cheat GTA.

Baik. Maehwa tahan karena ada kamera. Dia ikut tepuk tangan, membuat ekspresi robot. Ya, Maehwa saat ini bukan manusia. Dia menganggap dirinya robot yang tidak tahu definisi malu atau harga diri.

Beberapa staf mendorong meja rias kecil ke depan. Lavanya melanjutkan, "Di antara kalian, ada yang mau dirias—"

Hangang mengangkat tangannya sebelum Lavanya genap menuntaskan kalimatnya. Trainee-trainee lain menggigit bibir, cemberut karena kurang cepat.

Tapi Maehwa memikirkan hal lain.

Si Hangang itu, apa dia tidak tahu tata krama? Mau seantusias apa dia, paling tidak biarkan Lavanya menyelesaikan kata-katanya. Tidak sopan memotong ucapan tamu yang diundang ke acara. Sepertinya dia lapar screentime deh.

"Hangang-ssi, tolong maju ke depan. Saya akan merias anda untuk ditiru." Lavanya tersenyum simpul. "Yang lain, segera pakai bandananya. Kita mulai pelajarannya."

Maehwa mengumpat dalam hati. Sial! Ternyata disuruh pakai betulan dong.

"Apakah aku lucu?" kata Jun-oh pada Ahram yang tertawa. Dia menopang dagu dengan kedua tangannya, berkedip-kedip sambil tersenyum. "Bagaimana, Maehwa? Apakah aku sudah lebih lucu darimu?"

P-pose cringe apa itu? Tangan Maehwa gemetar ingin menghajar Jun-oh yang sok imut. Tidak! Sadarlah, Maehwa! Sekali lagi, seorang idol biasa berfoto dengan beragam gaya yang menggemaskan!

Maehwa mengalihkan mukanya. "Ya. Kau imut," katanya secara robotik. Dia terus mendoktrin dirinya bahwa dia robot.

"M-Maehwa, kau tidak memakai punyamu?" tanya Ahram, menatap bandana Maehwa yang tidak dia sentuh sama sekali.

"Kak Maehwa, gih dipakai," kata Do Woo.

Aku adalah robot saat ini. Robot yang tidak memiliki perasaan. Aku robot saat ini!

Maehwa mengenakan bandana kucing. Sedangkan milik Do Woo jerapah. Trainee di ruangan itu memasang pose imut sambil melambai-lambai ke kamera. Hal ini diperlukan untuk HIBURAN penonton.

Tahanlah. Ini akan berlalu dengan cepat.

"Kalian sudah cuci muka sebelum ke sini, kan?" Lavanya tersenyum melihat trainee mengangguk serempak. "Kalau begitu... Pertama-tama, kalian harus memakai moisturizer (pelembab) terlebih dahulu secara menyeluruh ke seluruh pemukaan wajah, paling banter sampai leher. Kalian bisa memakai sunscreen saat bepergian secara outdoor agar kulitmu terlindungi. Setelahnya, tunggu itu mengering."

Hah? Apa? Apa? Maehwa melirik peserta pelatihan yang mulai mengerjakan instruksi Lavanya. Eh, woy, dia bilang apa barusan? Maehwa tidak tahu apa yang dia katakan!

"Ini pelembabnya, Kak."

Terima kasih kepada Do Woo yang mau menjelaskan benda-benda asing di atas meja. Maehwa bagai manusia purba di sini.

"Lalu, supaya kulit tampak lebih mulus dan halus sebelum menggunakan foundation, kalian bisa memakai primer sehingga foundation akan tahan lebih lama. Kalian tidak perlu memakainya banyak-banyak. Cukup 1-2 pump dan oleskan merata di area dahi, pipi, hidung, dan dagu."

Ya Tuhan, benda apalagi itu? Sekali lagi, Maehwa melirik para trainee yang sangat mengerti pengarahan Lavanya. Hanya dia melongo seperti orang bodoh.

Danyi sialan malah ngilang!

Untuk kedua kalinya, Do Woo membantu Maehwa begitu dia menyelesaikan bagiannya. "Kakak dari goa, ya? Kok bisa tak tahu apa-apa? Sini kujelasin satu-satu."

Untung dia baik. Kalau tidak, Maehwa akan menampol wajah tampannya yang R+ itu. Susahnya punya kesabaran setipis tisu.

"Barulah kita mengaplikasikan foundation. Beri foundation sebesar kacang ke seluruh wajah. Warnanya lebih baik warna yang mendekati warna kulit. Ratakan dengan sponge basah. Tap-tap dengan nyaman."

Oke! Maehwa sudah menerima panduan singkat dari Do Woo. Dia menyeringai. Dia bisa melakukannya sendiri kali ini.

"Tap! Tap! Tap!"

Maehwa menatap meja di depan. Tampak Ahram ngeri melihat Jun-oh melakukannya dengan tenaga super. "A-apa itu tidak sakit? Pelan-pelan saja, Jun-oh. Kau bisa menyakiti wajah dan tenggorokanmu."

"Dengarkan Kak Ahram," celetuk Kangsan.

"Kenapa? Aku terlihat jantan kalau melakukannya seperti ini—Cough! Cough!"

Yang Ahram katakan terjadi. Jun-oh terbatuk-batuk. Itu yang namanya jantan?

Ada apa dengan anak-anak tak waras ini...

"HAHAHA!" Seseorang tertawa. "Aduh, Kyo Rim, kenapa kau memakai warna putih sih?? Kan tidak cocok dengan kulitmu!"

Maehwa dan Do Woo pun menoleh ke meja di barisan sebelah. Kyo Rim memalingkan kepalanya. Astaga! Pada dasarnya, kulit Kyo Rim itu berwarna sawo matang, namun dia memakai foundation warna putih cerah membuatnya mirip vampire. Mana tebal lagi. Mana ekspresinya dibuat datar lagi.

"Pufft! Ahahaha!" Maehwa tertawa. "Kau terlihat seperti hantu!"

APA?! Jun-oh dan Ahram menoleh cepat. Jinyong dan Kangsan berhenti bermain, ikut menoleh. Do Woo memutar kepalanya. Kyo Rim mengerjap tak percaya.

Ah... Maehwa langsung diam. Ekhem! Dia kembali memasang wajah tembok.

Di luar, Yoonseo dan Ise menyaksikan kejadian kecil itu. Wajah mereka memerah seolah kembali ke umur 18 tahun.

"Hidupku tidak ada penyesalan," monolog Yoonseo. Mendekam dadanya.

Ise termangu. Jantungnya berdebar-debar.

Kenapa Maehwa jarang tertawa padahal dia sangat tampan saat tertawa?

♩✧♪●♩○♬☆


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro