Chp 85. Saatnya Evaluasi Sementara

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Masih ingat Song Ina?

Leader dari grup FANTASIZE yang kontraknya tersisa lima bulan dan akan bubar tahun ini, tengah mengendap keluar dari 'rest area' lokasi syuting drama terbarunya.

Ina mendapat informasi dari fansite, ada iklan biasnya di dekat rumah sakit Sungin-dong. Selagi jaraknya dekat, Ina mau mampir ke sana untuk meninggalkan post-it. Siapa tahu Maehwa membacanya suatu saat nanti.

Bermodalkan topi, ponsel, dan masker, Ina pun melesat pergi menuju iklan itu dipasang. Dia harus cepat pergi dan cepat pulang sebelum ketahuan oleh staf dia pergi diam-diam.

"Tunggulah aku, Maehwa! Semoga surat dan doaku tersampaikan padamu!"

Ya, Ina beruntung karena sepertinya itu akan tersampaikan langsung ke orangnya karena Maehwa masih berada di sekitar Sungin-dong.

Selendang pemberian Dahlia menjadi mainan baru Maehwa. Entah karena efek tidak tidur dan mengantuk, Maehwa berjalan sambil melompat seperti anak kecil menuju asrama Scarlett. Yah, terkadang ada momennya bagi manusia menjadi gila dan manja jika lagi sendirian.

"Pintu pertama akan membunuhmu sekejap ♪

"Pintu kedua akan membunuhmu perlahan ♪

"Aku berteriak pada Ibu Pertiwi, 'Tolong jawab saya!' hingga suara mengering ♪

"Mengharapkan pertolongan ♪"

Lentera terang menerangi Maehwa kala dia melewati sebuah gang. Dia berhenti bernyanyi ngawur. Hah? Apa benda tuh?

Dibuatnya melangkah mundur untuk melihat lebih jelas. Ternyata cahaya barusan berasal dari layar LED iklan. Ukurannya cukup besar untuk bisa dipandangi oleh orang di jalan. Itu momen dia memakai school uniform Star Peak.

"Bahkan di sini ada iklanku?" Maehwa mengelus dagu, menatap tertarik layar tersebut dan memonten diri sendiri. "Anakku tampan seperti biasa yah. Mata merah itu menggoda."

Maehwa membaca note-note berwarna.

{Terima kasih sudah membawaku kembali ke dunia per-kpopan, Tuan Wintermoon <3!}

{Berkatmu aku merasa hidup sekali lagi.}

{Aku menantikan penampilanmu berikutnya!}

Puh! Maehwa mencibir. Dia masih tidak terbiasa dengan nama fandomnya. Apa banget 'Wintermoon'. Tidak adakah yang lebih keren dari itu? Seperti 'God Game' atau apalah yang berhubungan dengan mekanisme game.

"Permisi," Seseorang menceletuk. "Bisakah anda geser sedikit? Saya ingin menempelkan post-it."

Orang itu adalah Ina.

Awalnya Ina agak takut melihat seseorang yang memakai selendang misterius berdiri di depan papan iklan biasnya, tapi dia menepis rasa takut itu dan menggantinya jadi pemikiran bahwa mungkin saja orang itu fansnya Maehwa.

Tapi, kenapa orang freak ini pakai selendang sekaki segala? Iya sih udara subuh lebih dingin daripada malam dan patut memakai selimut. Di mata Ina, orang ini mempunyai konsep eksentrik.

Pikiran Ina yang menyeleweng, seketika mendadak kosong kala orang itu mengangkat kain lembut yang menutupi wajahnya seperti anak kecil mengintip malu-malu di balik kaki ibunya. Hanya dua jengkal, dan Ina dapat melihat wajahnya yang disenter cahaya layar LED.

"Maehwa?" Ina mengerjap tak percaya, mengucek mata, memastikan dia masih waras. "Astaga, apakah kau benar-benar Maehwa?"

"Tidak ada Maehwa kedua di dunia ini."

Jika ada yang harus disalahkan mengapa wanita 27 tahun mendadak jadi fangirl 18 tahunan, maka itu adalah salah Maehwa yang tiba-tiba merubah konsep dingin menjadi anak-anak. Siapa! Siapa yang memberinya ide konsep ini?!

Ahhh! Aku ingin mengantonginya! Ina berusaha menahan diri untuk tidak menjerit.

Bingung karena wanita itu tidak bereaksi sama sekali, Maehwa menggaruk kepala. "Kalau begitu saya pergi dulu. Sampai jumpa."

Ah! Ina tersadarkan. Dia memaksa atma yang melayang-layang kembali masuk ke raga. Ina mengambil surat di tas selempang. "T-tunggu, Maehwa! Ada sesuatu yang ingin kuberi—"

Maehwa berhenti melangkah, menoleh sambil meletakkan jari telunjuk ke bibir.

"Tolong jangan katakan kau melihatku di sini."

Sekali lagi, Ina lupa dengan tujuannya.

Dengan kemampuan maling, Maehwa dapat menyusup ke kamar asrama setelah penuh perjuangan menjalani malam yang panjang. Di luar, staf sudah mulai bergerak menyiapkan acara karena sekarang sudah pukul enam.

Maehwa sangat berterima kasih pada Dahlia. Selendang itu telah menyelamatkannya.

Baru juga menuju kasurnya, Maehwa dikejutkan oleh lampu yang menyala tiba-tiba. Tampaklah semua teman roommate-nya berdiri di tengah ruangan sambil berkacak pinggang. Maehwa mengumpat. Ternyata dia terlambat.

"Habis jalan-jalan ke mana, Kak Maehwa?" tanya Jinyoung, tersenyum manis yang malah terlihat mematikan bagi Maehwa.

Jun-oh meregangkan sekujur tubuh. "Apakah kau menikmati jalan-jalan malam hatimu?"

"Hari, Kak Jun-oh. Kakak typo," ralat Kangsan.

Tunggu, apa ini? Kenapa rasanya dia tertangkap basah mandi hujan oleh sang ibu?

Kyo Rim tertawa menengahi. "Sudahlah. Jangan menghakimi Maehwa kita yang lucu. Seharusnya kita senang bisa melihat sisi nakal Maehwa. Lebih baik kita segera mandi, ke kafetaria untuk makan, lalu bersiap-siap berlatih. Ini hari terakhir latihan sebelum evaluasi sementara."

Baiklah, Maehwa bisa menerima fakta Kyo Rim membelanya. Tapi tidak ketika Kyo Rim menyebutnya lucu. Dia paling benci dikaitkan dengan hal-hal berbau imut, manis, dan lucu.

Pagi menjadi sibuk dengan cepat.

Walau mengantuk dan seringkali menguap, Maehwa tetap melatih nyanyian rap-nya bersama Jinyoung. Setidaknya dia tidak merasakan sakit nyeri lagi di dadanya karena obat dari Dain dan bisa berlatih dengan lancar.

Sedang asyik-asyiknya menghafal lagi dan lagi supaya lekat di otak, Daejung masuk ke ruang latihan dengan lesu. Begitu matanya bertemu mata tajam Maehwa, dia berngidik lantas berjalan sambil menundukkan kepala.

Oh? Coba lihat ini. Maehwa menyeringai samar. Sepertinya provokasi Maehwa berhasil menciutkan mental kerupuk bocah itu.

Dan itu benar! Daejung tidak mengganggunya sama sekali hari ini sampai malam kembali tiba.

"Cukup sampai di sini," kata Maehwa selaku leader tim SOLDAT. "Kita lanjutkan latihannya besok sebelum para mentor tiba. Kalian sudah bekerja keras lima hari ini. Lalu Jun-oh, ayo sini. Ada yang ingin kubicarakan denganmu."

Hong Jo menggeliat. "Akhirnya besok evaluasi sementara. Semoga mentor puas dengan kita."

Jinyoung mengangguk-angguk setuju.

"Ada apa?" tanya Jun-oh mengesot ke tempat Maehwa duduk saking malasnya berdiri.

"Apa kau sudah menyelesaikan koreo bait terakhir? Tarian kita masih terlalu pendek."

"Aku dan Jinyoung sudah membuat polanya tapi kami buntu. Kulanjutkan nanti malam deh."

"Kalau ada yang bisa kubantu, jangan sungkan speak-up. Aku akan membantu sebisaku." 

Jun-oh menyengir, seenaknya menepuk-nepuk kepala Maehwa. "Serahkan pada kakakmu ini."

"Kakak?" Maehwa mengernyit, menepis ringan tangan Jun-oh. "Berapa umurmu memangnya? Dan jangan sentuh aku. Aku benci diusap."

"Lho, kau tidak tahu? Aku... ya segitu."

"Kau ingin kepalamu hilang olehku?"

Sisa hari diisi oleh Jun-oh yang menggoda Maehwa untuk memanggilnya 'kakak' namun enggan memberitahu umurnya. Berniat meminta bantuan Jinyoung dan Hong Jo, dua anak muda itu malah asyik menyantap makan malam.

Waktu berlalu. Hingga akhirnya hari evaluasi sementara. Sudah saatnya memperlihatkan hasil latihan kepada para mentor.

"Satu, dua, tiga... lalu tendang. Satu, dua, pukul."

Tim SOLDAT pagi-pagi sudah pemanasan dengan latihan lagu mereka. Yang ada di tempat itu tim Dance, Vokal-Dance, dan Rap-Dance. Trainee-trainee lain menonton demonstrasi SOLDAT sebelum mereka memulai latihannya.

"Ini sudah bagus, kakak-kakak!" ucap Hong Jo, terkapar di lantai bersama Jinyoung.

Maehwa bersandar kelelahan. Capek banget!

Seseorang menyodorkan sebotol air dingin ke wajah Maehwa. Dia menengadah. Daejung?

"Kau capek, kan? Aku minta maaf atas sikapku selama ini. Mari akhiri permusuhan kita," katanya dengan ekspresi serius.

Bisa begitu minta maaf di depan kamera?

Tapi baiklah. Maehwa menerimanya. Kebetulan dia sangat haus. "Santai saja."

Jinyoung dan Jun-oh saling tatap, tersenyum. Mereka tahu ada yang terjadi di antara Maehwa dan Daejung. Syukurlah mereka berbaikan.

Sementara itu di lorong, seorang petugas kebersihan yang sedang menyapu lantai, menemukan benda aneh di tong sampah ketika dia hendak mengangkut kantong sampah.

"Apa ini?" Dia memungutnya.

"Suntikan dan obat tidur likuid?"

~To be continued~
Don't forget like, comment, and follow
♩✧♪●♩○♬☆

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro