Chp 86. Teguran Gallagher

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semua tim termasuk SOLDAT menelan ludah saat melihat para mentor yakninya Ise, Chan-Ri, Ados, dan Gallagher memasuki ruangan.

"Itu dia mentor rap, Gallagher. Kakak pasti pertama kali melihatnya, kan?" bisik Hong Jo kepada Maehwa yang menguap.

Jinyoung menambahkan, "Nona Gallagher sangat perfeksionis dan tajam dalam berkomentar. Tapi setiap kritikan yang dia berikan selalu berhasil mengembangkan kemampuan trainee."

"Aku tidak pernah lihat dia sebelumnya."

"Nona Gallagher salah satu juri dalam variety show khusus rapper SHOW ME YOUR TALENT dan sangat sedikit peserta yang membuatnya tertarik. Tapi sekali tertarik, antusiasnya bukan main. Kita harus membuat Gallagher tersenyum dengan latihan kita lima hari ini!"

Maehwa lebih penasaran mengapa Hong Jo dan Jinyoung memanggilnya dengan embel-embel 'nona'. Memang berapa umurnya?

[Sisa waktu misi: 4 hari 13 jam.]

Maehwa mengerucutkan bibir. Waktunya tinggal empat hari, sementara dia akan tampil lima hari lagi. Secepatnya, Daejung harus diusir sebelum mereka tampil di panggung. Tunggu, itu berarti SOLDAT cuman tampil berempat dong?

Formasinya bisa berantakan karena selama ini mereka berlatih dengan jumlah lima orang. Maehwa harus segera mengusirnya supaya ada waktu untuk memperbaiki formasi.

Kabar baiknya Dain mau diajak bekerja sama.

Lewat fitur party, Maehwa menerima alat penyadap yang dihadiahkan Dain tadi pagi. Tidak sia-sia berteman dengan Doctor Player.

Sekarang, dia hanya perlu menempelkan benda itu ke Daejung dan biarkan Daejung sumpah serapah di mana lah. Kalau beruntung, dia menyeret Hangang. Maehwa tahu ini cara yang licik dan hati nuraninya meronta-ronta. Tapi dia harus melakukan ini jika mau hidup.

Lagi pula orang seperti Daejung tidak perlu dikasihani. Maehwa yakin, kalau dia benar-benar berkepribadian baik, GM takkan menyuruhnya menendang Daejung dari audisi Star Peak.

'Dia tak pantas menerima simpatiku setelah kekerasan yang dia lakukan padaku selama ini.'

Tapi ngomong-ngomong, dari tadi kok rasanya Maehwa mengantuk ya? Dia mengucek mata kesekian kalinya. Padahal Maehwa tidur nyenyak semalam sebagai ganti tidak tidur lusa lalu.

Itu menjadi masalah bagi Maehwa.

Dia mengantuk dan tidak tahu sudah menguap berapa kali. Selagi mentor menilai Tim Dance, Maehwa pergi ke toilet untuk mencuci muka. Meski sudah membasuh seluruh muka, rasa kantuk Maehwa tetap tidak mau hilang.

'Apa aku salah makan sesuatu, ya?'

Maehwa menepuk kedua pipinya supaya sadar, hendak mencuci muka sekali lagi. Tapi karena bunyi kran, dia tidak mendengar langkah kaki seseorang dan suara pintu terkunci.

Adalah Hangang yang masuk.

Dia menyeringai lebar karena hanya ada dia dan Maehwa di sana sesuai rencana. Lalu tanpa terkawal, dia pun menjambak rambut Maehwa, menyeretnya ke tempat ember bekas air pel.

Hangang menceburkan kepala Maehwa ke ember tersebut. Air tumpah dan membuat genangan.

Blup, blup, blup!

Sepuluh detik kemudian, Hangang menarik kembali Maehwa yang tersengal. "Itu balasanku karena sudah merusak ponselku."

"H-Hangang? Apa yang kau—"

Hangang sekali lagi menceburkan Maehwa. Tidak ada saksi atau pun kamera yang merekam perbuatannya. Walau Maehwa mengadu ke siapa pun, apa ada bukti kejahatan? Di dunia ini, yang pertama adalah bukti daripada korban.

Maehwa basah sampai ke leher hingga akhirnya Hangang berhenti menekan kepalanya ke ember comberan itu. Wajahnya memerah sesak karena kurangnya pasokan udara.

Hangang menyalakan rokok. "Kemarin malam, seharusnya kau tidak cari gara-gara denganku. Maka kau takkan berakhir seperti ini. Aku..."

Pria itu memegang dagu Maehwa yang masih lemas, menyeringai. "Orang yang suka membalas dendam lima kali lipat lhoo~"

Hangang memasukkan rokoknya ke mulut Maehwa. Dia terbelalak, refleks muntah.

"Aku lah yang harusnya bilang 'ini peringatan terakhirku'. Berhentilah bertingkah atau kau mendapatkan sesuatu yang lebih besar dari itu. Pada akhirnya aku yang tertawa di puncak dan kau akan menangisi dirimu yang lemah."

Setelah puas bermain-main, Hangang pun keluar dari toilet dengan seringaian kemenangan.

Maehwa mengepalkan tangan. "Bedebah...!"

♫♬

Jinyoung khawatir karena Maehwa tak kunjung kembali, namun tersenyum sumringah melihat Maehwa akhirnya masuk ke ruang latihan, mengernyit. Eh, kenapa rambutnya basah?

Dikejar waktu, Maehwa menukar atasannya dan keramas dengan kilat. Dia tidak sempat memakai hairdryer untuk mengeringkan rambut.

"Kak Maehwa, apa kakak baik-baik saja?" tanya Hong Jo khawatir melihat mata Maehwa merah karena dia terus mengosoknya.

"Hmm." Maehwa berdeham singkat, tetap menunduk. Dia tak ingin melihat siapa pun saat ini. Entah teman tim, trainee, atau para mentor.

Geonwoo dan Ahram bersitatap.

"Tim SOLDAT, silakan maju ke depan dan tunjukkan hasil latihan kalian kepada kami."

Mereka berlima mengangguk dengan mimik yakin kecuali Maehwa yang mengucek mata lagi dan lagi. Kantuk semakin menyerang.

Maehwa menggelengkan kepala. Ayo sadar! Dia segera menyatu dengan yang lain membuat formasi seperti di latihan

Musik pun diputar. Mereka mempraktekkan koreo yang mereka latih selama lima hari terakhir, namun Maehwa sama sekali tidak sinkronisasi dengan timnya membuat Ise risau.

Ada apa dengannya? Maehwa terus keluar dari irama. Gerakannya tidak bertenaga. Kepalanya rebah-bangun. Tatapannya tidak fokus.

Mereka berhenti menari satu menit kemudian.

Ados mengerjap. "Eh, sudah? Begitu saja?"

Jun-oh mengatur napas. "Kami baru membuat koreonya sampai di sini, Mentor Ados."

Ados tergelak. "Wah, jujur saja aku berharap tinggi pada tim ini karena ada empat 10 besar di sini. Koreo yang kalian buat, aku akui itu bagus dan harmonisasinya sesuai dengan lagu. Tapi apa-apaan ini. Koreonya belum selesai? Apa hanya satu orang yang mengerjakannya? Kalian tidak ada waktu lagi karena akan tampil dalam lima hari. Penonton tidak membayar untuk melihat tarian yang sangat pendek."

Jinyoung menelan ludah, memberanikan diri. "Itu karena koreo kami yang sulit dan memakai banyak tenaga. Anggota kami kesakitan—"

Hah? Apa yang kau coba katakan, Jinyoung?!

"Kami akan berusaha sekuat mungkin membuat sisa koreonya, Mentor Ados." Maehwa menyela sebelum Jinyoung menyempurnakan kalimatnya. Walau matanya berat, kepalanya pusing, Maehwa sadar bahwa perkataan Jinyoung bisa memberikan dampak fatal pada Tim SOLDAT.

Ados bersedekap. "Lalu kau, Maehwa. Apa yang kau lakukan? Gara-garamu yang tidak fokus, tatanan timmu ikut kacau. Kau leader SOLDAT, kan? Apa kau tidak menghafal koreonya?"

"Maaf." Hanya itu yang bisa Maehwa katakan.

Gallagher mengangkat tangan.

"Maehwa, bisakah kau menyanyikan bagianmu?"

Kacau. Sepertinya Gallagher menyadari ada yang ganjil dengan Maehwa, dan tebakannya akurat karena otak Maehwa mendadak kosong. Dia tidak ingat satu pun lirik yang dia tulis. Belum lagi pandangannya semakin mengabur dan suaranya parau berkat ulah Hangang.

"Kau juga tidak menghafal lirik, ya?" Gallagher mendesah kecewa. "Maehwa, apa Star Peak lelucon bagimu? Jika kau hanya ingin tidur di sini, lebih baik kepak barangmu dan tinggalkan asrama kami. Sungguh sebuah kesalahan membuang trainee yang mungkin jauh lebih berharga dan menahan orang sepertimu."

"Maaf..." Sekali lagi, Maehwa tidak bisa apa-apa selain mengatakan kata membosankan. Dia merasa bersalah karena selaku leader SOLDAT, dia telah gagal memimpin timnya.

"Pufft. Hihihi..."

Huh? Maehwa melirik Daejung yang berusaha mati-matian menahan tawanya. Seketika Maehwa teringat air yang pria itu berikan. Apa dia mengisi sesuatu pada air itu yang membuat Maehwa mengantuk tak berkesudahan?

Jun-oh berngidik merasakan aura nafsu membunuh menguar dari tubuh Maehwa.

Daejung, Hangang, kalian sudah kelewatan.

~To be continued~
Don't forget like, comment, and follow
♩✧♪●♩○♬☆


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro